14,8% Ibu Rumah Tangga di Jepang Pernah Berselingkuh

3

fdbdnndgnj

Indonesia mungkin punya Tukang Bubur Naik Haji, namun di Jepang dorama siang hari “Shiawase no jikan” saat ini jadi buah bibir ibu-ibu di sana.

Dalam drama ini, konflik rumah tangga, bukan kekerasan antara mertua ke menantu, namun bagaimana pasangan suami istri terjebak dalam konflik batin mereka masing-masing, termasuk menenggelamkan diri dalam hubungan perselingkuhan.

Perselingkuhan boleh jadi tema klise dalam sinetron, namun apa benar kenyataannya seperti itu?

Dalam survei baru-baru ini, ibu rumah tangga Jepang disurvei dengan pertanyaan ini. “Setelah menikah, pernahkah Anda menjalin hubungan intim dengan orang lain selain suami Anda?”

Sebagian besar (85,2%) menjawab tidak, namun dari 14,8% yang menjawab ya, ada hal menarik yang bisa digali.

Dokter Iwasaki, psikiater di klinik kejiwaan Iwasaki, punya teori untuk menjawab mengapa ibu-ibu ini memilih “ya”.

“Bagi ibu rumah tangga, kadang-kadang bisa saja sulit untuk meluangkan waktu. Biasanya mereka bersosialisasi dengan teman mereka, atau menekuni hobi baru yang menarik.”

“Selain itu, saya melihat tidak ada hubungan pasti antara komunikasi yang dilakukan pasangan dengan kemungkinan seseorang berselingkuh.”

Fakta berbicara: dari 14,8% ibu-ibu yang berselingkuh, 60,8% dari mereka berhubungan dengan 2-5 orang sekaligus, 36,5% hanya dengan satu orang, dan mengejutkannya, 2,5% mengaku berhubungan dengan 6-10 orang.

Kameyama, salah satu pakar perkawinan, juga punya teori lain mengenai tingginya pasangan selingkuh yang dimiliki ini.

“Meskipun 2-5 orang itu terkesan banyak, namun faktanya setelah seseorang mulai berselingkuh, rasa segan yang ada dalam dirinya pun berkurang. Celakanya, ada eufimisme di sini, mengganti istilah perselingkuhan dengan “cinta di luar pernikahan” (kongai-renai). Ini dilakukan untuk menghindari rasa bersalah yang masih jadi norma saat ini.”

Jadi, berapa lama perselingkuhan ini bertahan?

Cukup lama. 48,6% menjawab tiga tahun atau lebih, 20,3% menjawab 1,5 tahun, 10,8% menjawab kurang dari satu bulan, dan 6,8% menjawab 6-12 bulan.

“Dalam perselingkuhan, masalah keluarga dan anak jadi hal sensitif. Ada saat ketika nafsu birahi begitu membuncah, namun ada pula kekhawatiran akan rusaknya keluarga. Ini mengakibatkan munculnya semacam rasa ‘tahu sama tahu’ akan situasi masing-masing. Hasilnya, perselingkuhan begitu dinamis, mudah dilakukan jarak jauh via ponsel dan mudah pula dihentikan tanpa efek apapun.”

Dari sekian banyak hal di balik perselingkuhan ini, ada hal penting yang tidak boleh terlewatkan: kenyataan sebagian besar istri di Jepang tetap setia terhadap pasangan mereka. Ini hal yang mungkin harus diacungi jempol!

KAORI Newsline | via Japan Today

3 KOMENTAR

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses