Pasang Surut Radio NHK Jepang

0

nhk-world

Pada 22 Maret, Nippon Hoso Kyoukai merayakan penyiaran perdana mereka yang dimulai pada tahun 1925. Sampai hari ini, terjadi berbagai pasang-surut dalam perkembangan radio NHK, menyesuaikan atau bahkan berpacu dengan zaman.

NHK yang dimodel dari BBC (British Broadcasting Corporation), lembaga penyiaran publik Britania, merupakan sumber utama informasi pada awal pendiriannya. Berbeda dengan BBC yang diatur dengan Akta Kerajaan (Royal Charter) yang menegaskan keindependenannya (meski didanai oleh pemerintah), menjelang Perang Dunia II (Perang Pasifik) NHK berubah menjadi corong propaganda pemerintah, yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan rakyat atas program pemerintah saat itu.

Penggunaan NHK sebagai corong propaganda, menurut salah satu dokumenter mengenai peranan NHK dalam masa perang, terinspirasi akan pidato Adolf Hitler (yang di Indonesia mungkin mirip dengan pidato Soekarno).

“Mendengarkannya membangkitkan semangat juang rakyat”, menurut dokumenter tersebut.

Pendengar NHK tidak melulu orang dewasa semata. Di awal zaman Showa (1926-1989), setiap malam NHK menyiarkan program untuk anak-anak bertajuk “Kodomo no Jikan”.

Dalam program “Shina no Guntai”, yang disiarkan pada 1938, memosisikan anak-anak Jepang sebagai bagian terdepan pertahanan Jepang, bertujuan untuk membangkitkan patriotisme mereka. Hal ini mendorong banyak putra-putri bangsa saat itu memiliki loyalitas tinggi terhadap kaisar.

Tenggelam dalam perjalanannya menuju zaman digital, mendadak fungsinya kembali ditemukan setelah Gempa Tohoku pada 2011 silam. Mudah disiarkan dan didengarkan, radio menjadi media berguna untuk bertukar informasi dan pesan dalam saat-saat genting. Penyiaran AM yang selama ini dipergunakan pun rencananya akan dipindahkan ke frekuensi AM, sehubungan interferensi yang semakin besar di kota-kota besar.

Media (termasuk yang tersedia dalam format digital) saat ini berperan penting dalam kehidupan masyarakat, termasuk pada saat-saat genting. Fungsinya begitu strategis, mampu menjatuhkan sebuah bangsa, namun juga mampu menyelamatkan banyak nyawa. Agar tidak terbawa isu semata, kita harus menjadi pendengar yang cerdas. Inilah hal yang harus diingat, apalagi bila mengenang masa-masa awal penyiaran radio di Jepang.

KAORI Newsline | sumber, dengan pengolahan seperlunya

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses