Devtheism: Sebuah Game yang Akan Menguji Toleransi Anda

1
fahmi

devtheism-title

 

Kenali Devtheism. Sebuah Game yang “bukan game”. Karena sesungguhnya game ini tidak betul-betul mengajak kita “bermain” lantaran tak ada musuh untuk dilawan atau tantangan yang harus dilewati. Sebaliknya memainkan game ini justru beresiko membuat Anda berpikir keras soal toleransi beragama.

Game ini diciptakan oleh Mohammad Fahmi dengan menggunakan software RPG Maker VX Ace pada pertengahan 2013 dengan mengambil inspirasi dari game Mainichi karya Mattie Brice dan Actual Sunlight karya Wiil O’ Neil dan baru rampung Februari lalu. Tokoh utama game ini adalah seorang anak laki-laki dengan rambut kuning belah pinggir dan mengenakan celana hijau. Si tokoh hanya disebut “You” tanpa diberi penjelasan latar belakang usia, pekerjaan atau yang lainnya. Jang jelas, si tokoh ini masih tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya.

Mencari Sang Pencipta

devtheism-screenshot-2

Screenshot Game

Adegan pertama game ini dibuka dengan sebuah ruangan gelap, dengan jalanan berwarna ungu seperti di antah berantah. Si anak lantas bertemu seorang karakter laki-laki seseorang yang berkata “Watch out! That guy will blow us all. Becouse his developers told him so!” yang artinya “Hati-hati, orang itu akan meledakkan kita semua karena disuruh oleh pembuatnya!”

Karakter kedua yang ditemui si tokoh berkata,”Seriously?! You believe all craps about developers?” Dan ternyata itu adalah semacam alam mimpi si tokoh, karena begitu bangun, si tokoh sudah ada di rumahnya sendiri.

Sebagai sebuah game, Devtheism lebih menekankan pada cerita, disertai sedikit interaksi dengan pemain. Kita akan lebih banyak diajak membaca cerita dan mengikuti perjalanan si tokoh tak bernama ini.

Termasuk ketika si tokoh permainan kembali ke “dunia nyata” di sebuah negara yang disebut United Region of Altmecia. Di jalan, si tokoh bertemu dengan teman-temannya yang mengejeknya. Si tokoh diledek sebagai bagian dari kelompok agama garis keras (extremist) hanya karena memiliki agama yang sama. Ketika ditanya alasannya, teman-temannya itu menjawab “We just hate your belief” atau “Kami hanya membenci keyakinanmu.”

Sang pembuat game Mohammad Fahmi menjelaskan inti game ini memang adalah cerita tentang si tokoh yang mencari jawaban atas sebuah pertanyaan “Apakah Anda percaya pada Sang Pencipta (developer)?” Sang pencipta yang dimaksud di sini bisa pembuat game, atau bisa juga Tuhan – jika dilihat dari konteks toleransi beragama. Sepanjang game, Anda juga akan diajak menyaksikan cerita perdebatan soal ada tidaknya developer itu.

“Mereka hanya tahu, yah mereka memainkan permainan itu. Tanpa mempedulikan siapa pencipta games itu,” jelas Fahmi saat ditemui PortalKBR di sebuah mal di Jakarta Barat belum lama ini.

“Karakternya bisa interaksi dengan orang lain dan objek-objek di sana. Mereka kasih tahu cerita dalam dunianya. Kalau kamu jalan-jalan iseng mengecek lemari buku dan ada yang bisa dibaca,” jelasnya.

fahmi

Sang kreator Mohammad Fahmi

Pengalaman pribadi

Fahmi bercerita, game itu sedikit banyak menggambarkan peristiwa ‘menyakitkan’ yang pernah dia alami ketika berselancar di dunia maya.

Menurut Fahmi, ia seringkali memilih untuk tidak menggunakan nama aslinya saat online, “Karena nama saya itu, saya sering dikira teroris.” Belum lagi kalau orang melihat wajahnya yang memang berparas khas Timur Tengah.

Gejala ketakutan pada hal-hal yang berbau Islam atau Islamophobia ini bermula dari serangan teror ke Gedung WTC pada 11 September 2001 yang menewaskan hampir 3.000 orang di New York. Sejak itu muncul gejala Islamophobia dan banyak juga yang menyamaratakan Islam dengan teroris atau kekerasan.

Sebagai orang Indonesia, nama “Mohammad Fahmi” sebetulnya cukup lazim dan tak mengundang rasa curiga apa pun. Masalah baru muncul ketika Fahmi berinteraksi di internet. “Kalau saya komentar di forum-forum bule, dengan nama saya Mohammad Fahmi, itu orang tiba-tiba bikin jokes teroris gitu,” katanya.

Saya mikir, kenapa begini? Rupanya di Barat itu ada namanya Islamophobia kan. Pokoknya kalau ada kata Islam, Mohammad pasti identik dengan teroris gitu. Sampai pada akhirnya sekarang di dunia maya saya pakai nama samaran,” kata lulusan sekolah teknologi di Malaysia itu. 

Game untuk Patahkan Prasangka Budaya

 [youtube http://www.youtube.com/watch?v=GdDCEvs0W-s]

Itulah yang memicu Fahmi merancang game Devtheism. Lewat gamenya, dia ingin menjelaskan sikap Islamophobia yang masih banyak ditemui di Eropa dan Amerika adalah sikap yang berlebihan.

“Terlebih Eropa dan Amerika itu kebanyakan sosialnya tidak begitu mempedulikan identitas kepercayaan agama. Menurut saya, karena ada Islamopobia, orang langsung menghakimi Islam sebagai sesuatu yang salah,” kata Fahmi yang juga wartawan di laman berita soal games ini.

Tidak banyak pesan yang ingin disampaikan Fahmi lewat Devtheism. “Pada intinya, setiap kepercayaan kita, yah kita harus hormati, menghormati kepercayaan orang lain,” jelas laki-laki kelahiran tahun 1990 ini.

Di penghujung game, bisa jadi Anda punya refleksi lebih dalam soal bagaimana toleransi beragama di tengah masyarakat. Sekaligus menyadari kalau ada begitu banyak kata-kata bernada prasangka yang beredar soal agama.

“Pada game ini saya berusaha untuk tidak  menyinggung kepercayaan apapun termasuk kepercayaan orang yang tidak beragama karena target market saya adalah orang barat yang memang banyak di antara mereka adalah orang tidak beragama.” Jelas Fahmi.

Tertarik mencoba Devtheism? Anda bisa mengunduhnya melalui tautan di bawah ini :

via Dropbox

via Mediafire

Fakta Devtheism:

Developer:
Mohammad Fahmi

Based in Jakarta, Indonesia

Release Date:
February 2014

Website:
Jetpacker’s Journal (Blog)

E-Mail Contact:
[email protected]

Social:
Twitter
Facebook

KAORI Newsline | Courtesy of Mohammad Fahmi’s Jetpackers Journal & Citra Dyah Prastuti @PortalKBR | Video Courtesy of Ayo Main Indonesia

1 KOMENTAR

  1. sudah nyoba main dan
    "well, thats escalated quickly "
    sudah bagus dan temanya tentu saja bagus
    tapi mungkin kalo lebih panjang dan ceritanya lebih dalam bakal lebih mengena

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses