Mulai menuanya sejumlah armada lokomotif yang ada dan juga banyaknya lokomotif yang tidak siap operasional, membuat Bangladesh Railway (BR) selaku operator kereta api (KA) Nasional Bangladesh harus bergerak cepat untuk mencari penggantinya. Tender untuk pengadaan 70 unit lokomotif pun dibuat dengan sumber dana berasal dari pinjaman yang diberikan oleh Asian Development Bank.
Dilansir dari New Age Bangladesh, 5 perusahaan ambil bagian dalam tender tersebut. Mereka adalah CRRC Ziyang, dan CRRC Qingdao Sifang dari Tiongkok, Hyundai Rotem dari Korea Selatan, Vossloh Espana dari Spanyol, dan Grindrord Locomotives dari Afrika Selatan. Setelah proses seleksi yang panjang, akhirnya Hyundai Rotem terpilih sebagai pemenang tender pengadaan lokomotif Bangladesh Railway.
Pada Kamis (17/5), Direktur Sarana BR Mohd Shamsuzzaman bersama dengan Direktur Hyundai Rotem Kwang-Kyun Yoon secara resmi menandatangani kesepakatan pengadaan lokomotif ini. Menteri Perkeretaapian Bangladesh Md Mujibul Huq dan Direktur Utama BR Md Amjad Hossain juga turut hadir dalam acara tersebut bersama dengan perwakilan Hyundai Rotem.
“(Hyundai Rotem) akan menyuplai 10 unit lokomotif metre-gauge dalam kurun waktu 24 bulan.” tutur Md Mujibul Huq seperti yang dilansir dari The Independent BD. “Total 70 unit lokomotif akan disuplai oleh mereka,” tambahnya.
Md Mujibul Huq meminta agar Hyundai Rotem dapat menyuplai lokomotif-lokomotif tersebut sesegera mungkin untuk menggantikan armada lokomotif yang sudah tua.
Dilansir dari Global Rail News, lokomotif ini akan memiliki nilai tenaga kuda yang lebih tinggi dari lokomotif yang pernah dipesan dari Hyundai Rotem sebelumnya yaitu Class 2900. Nantinya, pesanan lokomotif baru tersebut akan dikerjakan di pabrik Changwon, Korea Selatan.

Tidak hanya lokomotif, BR rencananya juga akan menambah jumlah kereta penumpangnya. Menurut Md Mujibul Huq, sebanyak 150 unit kereta penumpang baru sedang dalam proses dengan menggunakan dana investasi pemerintah Korea.
Hingga kini, BR memiliki total 272 unit lokomotif, namun 60 unit diantaranya sudah tidak siap operasional menurut Md Shamsuzzaman.