Pada Minggu (10/12), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengikuti agenda untuk mencoba perjalanan kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta. Perjalanan yang diikuti oleh Gubernur DKI Jakarta tersebut dimulai dari Stasiun Bundaran HI menuju Depo Lebak Bulus.
Rombongan akhirnya tiba di Depo Lebak Bulus. Di Depo ini, Gubernur melakukan peresmian nama untuk kereta MRT Jakarta. Nama yang dipilih adalah Ratangga. Apa etimologis dari Ratangga?
Ratangga menurut Bahasa Jawa Kuno berarti kereta perang. Kata tersebut dikutip dari kitab Arjuna Wijaya dan Kitab Sutasoma karangan dari Mpu Tantular. Kereta perang identik dengan kekuatan dan pejuang. Makna tersebut yang membuat kata Ratangga dipilih untuk nama kereta MRT Jakarta. Kereta MRT Jakarta dimaknai sebagai sebuah moda transportasi massal yang tangguh dan kuat untuk melayani dan mengantar masyarakat Jakarta dalam mobilitasnya sehari-hari.
Untuk fase 1 MRT Jakarta yang menghubungkan Stasiun Bundaran HI dengan Stasiun Lebak Bulus, telah tersedia 16 rangkaian kereta di Depo Lebak Bulus dengan satu rangkaian terdiri dari enam kereta. Satu kereta berkapasitas hingga 200-300 penumpang sehingga satu rangkaian dapat mengangkut 1800 penumpang.
Setiap hari kereta MRT Jakarta akan beroperasi melayani masyarakat dari pukul 05.00 hingga 24.00 WIB dan
diperkirakan akan mengangkut penumpang sebanyak 130 ribu orang per hari. Hingga 30 November 2018 lalu, perkembangan pembangunan proyek MRT Jakarta fase 1 telah mencapai 97,52 persen dan ditargetkan untuk beroperasi pada Maret 2019 mendatang.
Hadirnya MRT Jakarta adalah terobosan baru bagi transportasi publik di kota ini. Tidak hanya akan meningkatkan mobilitas, MRT Jakarta juga akan memberikan manfaat tambahan, seperti perbaikan kualitas udara dan menjadi salah satu solusi mengatasi kemacetan, seiring dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat Jabodetabek yang beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik.
Cemplus Newsline by KAORI