Pada bulan Desember ini, layar bioskop kembali didatangi oleh sebuah film yang boleh dibilang begitu fenomenal di Jepang. Berjudul One Cut of The Dead, film yang digarap oleh sutradara Shinichiro Ueda dan diproduksi oleh sekolah film ENBU Seminar ini berhasil menjadi buah bibir di Jepang dan berbagai festival film internasional karena menghadirkan sebuah film zombie yang begitu lucu dan berbeda. Yang menarik, para kru dan pemain yang terlibat di film ini ternyata merupakan lulusan dari workshop yang digelar oleh sekolah film tersebut dan masih belum punya banyak pengalaman di dunia perfilman Jepang.
Di Indonesia, film One Cut of The Dead telah dirilis di jaringan bioskop CGV Cinemas dan Cinemaxx oleh distributor Moxienotion dan Encore Films Indonesia. Film ini juga diputar secara khusus dalam gelaran Japanese Film Festival 2018 yang diadakan di berbagai kota besar di Indonesia, termasuk di Jakarta yang hadir dengan nama Pekan Sinema Jepang 2018 dari tanggal 7-16 Desember.
Di sela-sela gelaran festival film tersebut, tim KAORI Nusantara berkesempatan untuk mewawancarai secara eksklusif para pemain film One Cut of The Dead yang datang ke acara pembukaan Pekan Sinema Jepang 2018 pada Jumat lalu (7/12). Mereka adalah Harumi Shuhama (berperan sebagai si make-up artist alias ibu-ibu “POM!”), Kazuaki Nagaya (berperan sebagai aktor muda pemeran utama “film zombie”-nya), dan Sakina Asamori (berperan sebagai si asisten kameramen). Lewat suasana yang cukup santai, kami pun memanfaatkan kesempatan ini untuk mengulik sedikit lebih dalam tentang pembuatan film yang unik ini.
Inilah petikan wawancara kami bersama para pemain One Cut of The Dead!

Film One Cut of The Dead ini kan awalnya dibuat dari hasil workshop film dan ternyata berhasil meledak tidak hanya di Jepang, tetapi juga di luar negeri termasuk Indonesia. Bagaimana perasaan Anda ketika film ini akhirnya laris?
Harumi Shuhama: Satu hal yang pasti saya benar-benar terkejut rasanya luar biasa. Amazing pokoknya.
Para pemain film One Cut of The Dead ini merupakan para aktor yang boleh dibilang baru bermain di film panjang (feature) yang dirilis secara umum di Jepang. Apakah Anda sebelumnya pernah memiliki pengalaman di bidang dunia hiburan yang lain?
Harumi Shuhama: Para aktor film ini untungnya sudah punya pengalaman sebagai pemain teater, jadi bisa langsung menyesuaikan ketika syuting dimulai.
Kazuaki Nagaya: Saya sendiri sebelumnya pernah terlibat dalam beberapa proyek film sebagai pemeran tambahan atau ekstra.
Sakina Asamori: Kalau saya sebelumnya menjadi local idol (locodol).
Anda bertiga ini ternyata sudah punya pengalaman di dunia hiburan, baik sebagai pemain drama teater, locodol, atau ekstra. Bagaimana caranya Anda akhirnya bisa terlibat dalam proyek film ini?
Harumi Shuhama: Wah, ceritanya panjang ini. Intinya, pada saat itu saya punya kenalan. Dan si kenalan itu punya kenalan lagi yang kenal sama Shinchiro Ueda sang sutradaranya. Saya belum kenal sama sekali dengan sang sutradara. Nah, pas mau dikenalkan dengan beliau, Ueda-san kebetulan lagi membuka audisi untuk workshop pembuatan filmnya. Ketika bertemu dengan sang sutradara, saya tidak punya pikiran apa-apa. Dan akhirnya saya bergabung ke proyek filmnya.
Kazuaki Nagaya: Saya ikut audisi yang diadakan Ueda-san dan kebetulan akhirnya berhasil dipilih oleh sang sutradara.
Sakina Asamori: Workshopnya ini kan diadakan di sekolah film ENBU Seminar. Kebetulan Ueda-san ini adalah lulusan sekolah tersebut. Pas bertemu, saya merasa ada chemistry dengan sang sutradara dan merasa mungkin nantinya akan ada kelanjutan yang menarik dengan sang sutradara ini.
Kembali soal pembuatan filmnya. Film One Cut of The Dead sendiri memiliki pola narasi cerita yang bisa dibilang unik dan berbeda. Ibaratnya di sini ada dua film yang tayang sekaligus, bagian “one-cut” dan “behind the scene”-nya. Kira-kira adakah tantangan ketika membuat film dengan narasi yang “anti-mainstream” seperti ini?
Harumi Shuhama: Sebelum syuting kita melakukan banyak latihan hingga berbulan-bulan sebelum proses pengambilan gambarnya dimulai, terutama untuk bagian adegan one-cutnya.
Nah, untuk adegan one cut-nya sendiri perlu melakukan pengambilan berapa kali sampai mendapatkan hasil “one-cut” yang benar-benar pas?
Harumi Shuhama: Oh, untuk adegan one cut-nya kita melakukan syuting hingga enam kali take sampai kita dapet hasil syuting one-cut yang kita inginkan. Bukan 42 take seperti di cerita filmnya ya.

Sebagai film komedi, adakah pengalaman lucu dan menarik selama syuting?
Kazuaki Nagaya: Ketika syuting adegan yang one-cut itu, ada karakter zombie yang diperankan oleh karakter bapak-bapak pemabuk (diperankan oleh Manabu Hosoi). Saat pengambilan gambar harusnya dia berakting seolah-olah memang sedang mabuk, tapi ternyata selama syuting dia beneran minum. Nah, pas efek mabuknya hilang dia langsung minum banyak lagi.
Harumi Shuhama: Ada satu scene di mana saya harus menampar pemain lain, tapi setelah beberapa kali take ternyata masih belum berhasil. Akhirnya sang sutradara langsung bilang “Oke, syutingnya harus kita kelarin secepatnya. Tampar aja sekuat mungkin.” Akhirnya syuting adegannya berhasil sih, cuma gigi lawan main saya jadi sakit beneran.
Sakina Asamori: Selama syuting, ada beberapa adegan yang sebenarnya nggak direncanain di skenarionya. Itu yang bikin syutingnya jadi lebih menarik. Contohnya yang adegan saya lagi lari kejar-kejaran keluar terus tiba-tiba kepleset jatuh. Sebenarnya itu sama sekali gak ada di skenarionya, cuma gara-gara adegan itu porsi adegan aku di filmnya malah makin banyak. Kebetulan sebelum itu sutradaranya juga bilang “Kayaknya filmnya lebih lucu deh kalau kamu jatuh.”
Nah! Karena Anda syuting film zombie, apakah Anda memang suka sama film atau serial bertema zombie lain?
Sakina Asamori: Wah nggak nonton. Takut soalnya.
Harumi Shuhama: Kalau saya sebelumnya suka nonton The Walking Dead.
Ngomong-ngomong zombie, kebetulan saya juga sama satu anime bertema zombie. Judulnya Gakkou Gurashi! yang ceritanya tentang anak SMA yang bertahan hidup dari bencana zombie.
Harumi Shuhama: Itu katanya mau jadi film live-action kan?
Saya: Iya, katanya mau tayang Januari tahun depan.
Sakina Asamori: Yang pemain utamanya itu member Last Idol yang dibikin sama Akimoto-san itu kan?
Saya: Iya, benar
Sakina Asamori: Wah, berarti pernah denger JKT48 juga dong. Jadi fansnya juga?
Saya: Ah… saya dulu menjadi fansnya.
Sakina Asamori: Nah, saya juga ngikutin mereka karena masuk ke pop culturenya Jepang juga.
Kembali ke pembuatan filmnya. Usia para pemainnya ini kan begitu beragam. Ada yang masih muda seperti Nagaya-san dan Asamori-san, ada juga yang sudah senior seperti Shuhama-san. Bagaimana caranya Anda bisa saling akrab dan membangun chemistry dengan para pemain lain? Saya lihat chemistry kalian di film One Cut of The Dead ini benar-benar natural lho.
Harumi Shuhama: Banyak yang bilang kalau film ini adalah “film yang dibuat bersama-sama dengan seluruh kru dan pemain.” Pada kenyataannya memang seperti itu. Dengan proses syuting ini akhirnya kami bisa dekat banget seperti keluarga. Selain syuting, selama setahun ini kami juga sering pergi untuk mempromosikan film One Cut of The Dead ke mana-mana. Mungkin rasanya sudah 100 kali ketemu dan jalan bareng. Jadi secara natural akhirnya kita bisa saling akrab seperti keluarga.
Untuk pertanyaan terakhir. Apakah ada pesan bagi para penonton Indonesia selagi film One Cut of The Dead masih diputar di sini?
Harumi Shuhama: Orang Indonesia itu sebenarnya suka sama film komedi, cuma keliatannya masih malu-malu begitu. Pas kemarin saya datang ke acara pemutaran filmnya (di pembukaan Pekan Sinema Jepang 2018, red), saya senang banget bisa melihat para penonton ini banyak yang ketawa, bahkan sampai ada yang ketawa sambil megang perut saking lucunya. Saya sampai menangis terharu lho.
Kazuaki Nagaya: Untuk orang-orang yang belum nonton, segera nonton film kami. Setelah adegan one-cut 37 menitnya selesai, jangan buru-buru keluar dulu. Tunggu sampai filmnya benar-benar selesai, karena pas end-roll itu ada adegan behind the scene yang diambil oleh sutradaranya sendiri, bukan staf lain. Kalau bisa nontonnya jangan cuma sekali, tapi 2-3 kali.
Sakina Asamori: Yang saya perhatiin, kemarin itu ada penonton yang keluar setelah adegan one-cut 37 menitnya itu selesai. Memang sih bagian ini dibuat seolah-olah filmnya sudah habis, tapi sebenarnya belum. Untuk orang-orang yang gak suka film zombie, saya juga gak suka sama film zombie kok. Film ini lebih banyak lucu-lucunya dan akhirnya filmnya memang beneran dibuat bagus. Jadi tonton sampai habis ya!
KAORI Newsline