Terhitung sejak Jumat (28/12), salah satu armada Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta dari operator DAMRI berhenti beroperasi. Inobus ATC-320 yang merupakan bus BRT dengan sasis buatan dalam negeri oleh PT Industri Kereta Api (INKA) kini telah purna tugas.
Inobus ATC-320 sebelumnya secara rutin menjadi armada ‘langganan’ di Koridor 5 (Kp. Melayu – Ancol). Namun, pada debutnya di 28 Desember 2011 atau tepat 7 tahun yang lalu, Inobus menjadi armada pembuka sekaligus yang mengisi lalu lintas Koridor 11 yang kala itu baru menghubungkan Kampung Melayu dengan Walikota Jakarta Timur.
Bus ini merupakan bus yang dibuat oleh INKA, sebuah perusahaan pembuatan dan perakitan kereta. INKA sebenarnya membuat 2 model sasis untuk layanan BRT Transjakarta, yaitu bus tunggal dan bus gandeng. Bus tunggalnya yaitu Inobus SGL 290 (4×2) A/T Series yang hanya dimiliki oleh Perum PPD. Inobus SGL menggunakan mesin Doosan Infracore GL11K berbahan bakar gas dengan badan bus buatan Karoseri Laksana. Sayangnya, hingga saat ini bus tersebut belum dioperasikan.
INKA juga membuat sasis bus gandeng yaitu Inobus ATC-320 dengan mesin Cummins ISL G berkekuatan 320 HP berbahan bakar gas. Badan bus dibuat oleh karoseri lokal yaitu Karoseri Laksana dan Karoseri Tri Sakti dengan desain bernama CityLine. Sebanyak 21 unit bus dibuat untuk menunjang pelayanan Transjakarta. Perum DAMRI menjadi operator yang mengoperasikan bus Inobus. Sebelumnya, terdapat PT Bianglala Metropolitan (BMP) yang juga mengoperasikan Inobus ATC-320 namun harus purna tugas terlebih dahulu.
Selama perjalanannya, Inobus sering mendapat kritik dan beberapa masalah. Salah satunya yaitu pada peluncuran Koridor 11, Inobus menjadi armada pembuka koridor tersebut. Pada hari pertama pengoperasian Inobus, tidak ditemukan masalah pada bus tersebut. Namun, pada hari kedua pengoperasian langsung ditemukan masalah oleh DAMRI.
“Waktu launching koridor 11, hari pertama berjalan lancar. Tetapi begitu hari ke dua, manajemen DAMRI dibikin shock, power steering bus nggak jalan, pemantiknya semua mati,” ucap Agus Suherman Subrata selaku Direktur Utama DAMRI pada saat itu.
Beberapa masalah lain juga kerap melanda Inobus, seperti kasus bus berasap di Jatinegara dan kasus patahnya sambungan Inobus di dekat flyover Jatinegara. Selain itu, dikalangan pengguna yang rutin menggunakan Transjakarta, Inobus juga dikenal sebagai bus bermesin berisik dan bagian interior bus yang berbunyi seperti ada bagian yang ingin lepas.
Terlepas dari berbagai masalah yang menghinggapinya, Inobus yang dioperatori oleh DAMRI telah melayani masyarakat Jakarta dengan semaksimal mungkin. Kini, Inobus tidak akan ditemukan lagi di layanan Transjakarta.
Selamat tinggal, Inobus!
Cemplus Newsline by KAORI