Sinetron juga disukai di Jepang.
Musim kedua Higurashi dan seri ini ternyata meneladani alur berpikir Cak Lontong: Mikirrr! Dengan alur cerita yang (sedikit) lebih jelas dari musim pertama, pertanyaan terbesar yang timbul ada pada substansi seluruh kartun ini sendiri: kok bisa-bisanya dapat musim kedua? Kami merangkum musim kedua anime ini dalam 750 kata.
Saat Indonesia masih ribut mengenai copas capres, Jepang sudah melangkah menghadapi ancaman yang jauh lebih membahayakan. Lupakan RRT dan Kim Jong-Un, yang ini dampaknya lebih spektakuler: makhluk supranatural.
Sebagai orang yang diampu tugas untuk menaklukkan mereka, Itsuka Shidou masih menangani makhluk supranatural (selanjutnya disebut demit) yang dia netralkan pada musim pertama. Setelah dinetralkan dan dimanusiakan, para demit ini tinggal bersama di rumah keluarga Itsuka.
Masih sama seperti musim pertama, ada Itsuka Kotori, adiknya yang sekaligus atasannya, Yatogami Tohka, demit pertama yang dimanusiakan, dan Yoshino, demit lainnya. Di luar itu, Tobiichi Origami juga hadir mengisi relung jiwa Shidou yang sudah cukup direpotkan sebelumnya.
Date A Live II juga menunjukkan bahwa sinetron di Jepang patut diwaspadai sebagai potensi pemicu konflik. Selain itu, bila orang mengasumsikan selama ini seluruh orang Jepang itu pintar-pintar, niscaya Shidou tidak perlu repot-repot menenangkan Tohka yang “ngamuk” bermodalkan sekelebat adegan sinetron dan koper yang ada di kamarnya.
“Shidou, kamu tidak akan meninggalkanku, ‘kan?”
“Meninggalkan bagaimana, wong kopernya rusak dan mau diservis kok.”
“T-t-tapi, itu maksudnya apa, ke depan stasiun dan barengan sama Origami…???”
“Ah, kamu kebanyakan nonton sinetron.”
Kita perlu lebih banyak Aono, eh Origami ke depannya, terlebih sebentar lagi dia akan ikut jadi demit juga.
Masalah sinetron masih akan menggerayangi sepanjang seri ini. Ini terlihat dari perseteruan kedua Yamai (Kaguya dan Yuzuru) yang tidak henti-hentinya memperebutkan Shidou sampai ke atas ranjang.
Shidou tidak hanya bertugas memanusiakan demit yang ia temui, tetapi juga berperan sebagai sang ratu adil di sini. Fiat justitia ruat caelum! Tegakkan keadilan (bagi para fustun) meski langit akan runtuh!
“Kita sudah bertarung sebanyak 99 kali, 48 kali kemenangan dan 1 kali kita seri. Pemenang kali inilah yang berhak membawa nama Yamai dan yang kalah, harus menghilang!”
“Oke, aku siap menang dan siap kalah!”
“Pokoknya kalau kamu main curang dalam memperebutkan Shidou, pertandingan di antara kita harus diulang~!”
“Tidak! Shidou saja yang curang karena memihakmu!”
Melihat Shidou yang tidak juga memilih salah satu dari mereka berdua, Kaguya dan Yuzuru kembali ke pertempuran konvensional.
“Hei kalian berdua! Apa iya kalian berdua tidak bisa akur dan hidup berdampingan? Apa salahnya?”
“T-t-tapi, mana ada dalam ceritanya kita punya dua presiden! Harus ada yang menang dan kalah dong!”
“Kalian berdua tetap bisa hidup berdampingan. Aku akan memimpin dan memanusiakan kalian berdua.”
“Hah, emangnya kamu siapa?” *disambar petir*
Dalam kondisi tergopoh-gopoh, Shidou berusaha untuk mengambil hati mereka berdua.
“Kaguya, kamu berani dan tegas. Yuzuru, kamu cerdas dan merakyat. Dalam hati kalian, kalian sesungguhnya saling menyayangi, bukan? Kenapa tidak bisa bersinergi di bawah kepuasanku?”
Dengan menyingkirkan ego dan kepentingan pribadi mereka, akhirnya Kaguya dan Yuzuru bersedia dimanusiakan oleh Shidou. Koleksi demit Shidou pun bertambah dua dalam satu malam.
Fokus Date A Live II berlanjut ke bagian pamungkas. Alkisah ada seorang anak muda berbakat berprestasi yang menjual dirinya kepada demit dan bertransformasi menjadi demit. Tidak lain tidak bukan, Izayoi Miku.
Miku (bukan Miku yang rambutnya hijau) punya suara yang sanggup menghipnotis para pengikutnya. Kalau Giant memakai suaranya untuk memaksa Nobita dan Suneo tunduk menonton konsernya, Miku menerapkan konsep kapitalisme kreatif, sihir yang juga dipakai sebuah waralaba grup idola untuk merayu penggemarnya membayar demi sekali tanda tangan.
Sebagai ratu adil (ya, dia benar-benar melakukan crossdress), Shidou harus menghentikan kesewenangan Miku. Miku sudah memakai suaranya untuk menggaet dukungan secara tidak sah dan tentu saja hal ini tidak cukup kalau sekadar dibawa ke Mahkamah Konstitusi.
“Oke, kalau tim kamu menang dariku, aku akan berhenti menyalahgunakan suaraku.”
Tentu saja, Miku memakai segala cara untuk menjegal Shidou dalam kontes menyanyi. Tapi tidak dengan menerbitkan Obor Idola, Miku langsung menjegal tim sukses Shidou sehingga mereka tak mau berlatih.
Upaya bukan kampanye hitam ini, ditambah tim Shidou yang dibantu Tohka dengan tamborin (posisimu memang sangat penting di dalam tim!), pada akhirnya tim Shidou kalah saing dari tim Miku. Tetapi suara rakyat berkata lain, secara keseluruhan sekolah Shidou-lah yang menang.
“Ini berkat dukungan relawan, eh teman kami. Teman yang kamu hina-hina itu, kalau mereka bersatu, bisa mengalahkanmu.”
Miku tentu tak terima. “Hasil kompetisi ini tidak sah dan harus diulang,” sembari masuk ke dalam rage mode.
Dalam kejaran relawan hipnotis Miku ditambah tentara ISI*, eh DEM yang aji mumpung setelah menangkap Tohka, muncullah Tokisaki Kurumi yang sudah mengintip sejak awal.
“Kurumi, aku tahu kamu mau membunuhku. Tapi tolong sekali ini saja, bantu aku!”

“Ooh, bisa diatur. Wani piro?”
Singkat kata, adegan pamungkas muncul, aktor intelektual kabur setelah mengacaukan Tohka, dan kini nasib Jepang kembali diserahkan pada Shidou. Yang menyelesaikannya cukup dengan sekali ciuman.
Dengan ciuman tersebut, rekonsiliasi antara kedua kubu yang bertikai bisa dicapai dan berakhirlah musim kedua Date a Live II dengan tambahan satu demit lagi, tidak lain tidak bukan, Miku.
Kesimpulan dari bukan ulasan ini, terlalu banyak menonton sinetron itu tidak baik. Dan, Miku-lah penyebab kenapa pilpres kali ini penuh dengan tuntutan pemilu diulang dan tuduhan KPU curang.
KAORI Newsline | oleh Shin Muhammad, Editor in Chief KAORI Newsline | Ikuti diskusi seri Date A Live II di KAORI Forum | Disclaimer: sejujurnya seri ini sangat menarik ditonton, setidaknya lebih “berisi” daripada musim pertamanya.
Wahaha date a live S2 emang lebih mantap dari S1-nya sayang cuma 10 episode