Sinopsis
Eripiyo adalah seorang fans idol yang mendukung sebuah grup idol kecil bernama Cham Jam yang berbasis di Okayama. Member favoritnya adalah Maina, yang kebetulan merupakan member yang paling tidak populer di grup tersebut. Meskipun Maina bersikap cukup dingin kepadanya, Eripiyo tetap berusaha untuk mendukungnya sebaik mungkin, bahkan hingga Maina mampu tampil di salah satu panggung termegah di Jepang, Budokan.
Komentar
Jika ada satu bagian dari sub-kultur jejepangan yang masih paling sering disalahpahami oleh masyarakat (atau bahkan sebagian dari fans jejepangan sendiri), maka hal itu adalah fandom idol (J-Idol tentu saja. K-Idol memiliki kulturnya sendiri). Fandom idol dapat dikatakan sebagai subjek yang tricky untuk didiskusikan. Buat yang awam dengan kultur ini, mungkin mereka akan melihatnya sebagai sesuatu yang salah secara norma. Mengambil kata-kata sutradara film dokumenter Tokyo Idols Kyouko Miyake dalam wawancara di nofilmschool.com, dia dan krunya bolak-balik merasakan pergantian perasaan dari nyaman ke tidak nyaman setiap proses syuting berlangsung.
Karena itu seperti Miyake dan krunya, penonton perlu melepas kacamata kudanya setiap menonton karya yang mengangkat tema ini. Hal ini berlaku juga pada penonton yang hendak menyaksikan anime Oshi ga Budokan Ittekuretara Shinu (Selanjutnya akan disingkat OshiBudo). Menonton anime ini ibarat melihat kembali konten yang didiskusikan oleh film Tokyo Idols atau video dokumenter pendek JKT48 Lebih Punk dari Band Lo produksi Vice Indonesia. Para fans idol secara umum sebenarnya sadar bahwa hubungan yang mereka bangun itu adalah hubungan satu arah. Namun hubungan itulah yang mereka pilih sebagai penghibur dari penatnya kehidupan nyata. Terlepas bagaimana pandangan pribadi terhadap fandom idol, seri ini mampu memunculkan empati penonton pada karakter-karakter di dalamnya.
Pilihan untuk memanusiakan para pegiat fandom idol juga terlihat melalui eksekusinya. Palet warnanya cerah dan sederhana, dengan background minimalis yang mengingatkan pada seri Isshuukan Friends. Tidak ada animasi yang eye-candy, namun semua itu justru membuat anime ini terasa mampu tampil apa adanya. Ada kesederhanaan dari sisi animasi yang justru memperkuat cerita yang coba dibawakan oleh OshiBudo, yaitu tentang keseharian dari sebuah fandom idol.
Kemampuan untuk menimbulkan empati mungkin merupakan salah satu senjata terkuat dari gambar bergerak. Kritikus film Roger Ebert sendiri pernah berujar bahwa sinema merupakan mesin yang mengeluarkan empati, membuat penonton merasakan harapan, aspirasi, mimpi, dan insekuritas para karakternya. Anime, sebagai salah satu bentuk dari gambar bergerak, juga merupakan mesin yang mampu menggerakkan empati, dan OshiBudo merupakan salah satu judul yang mampu memperlihatkan sisi lain dari subkultur yang cukup sering disalahpahami oleh masyarakat: fandom idol.
Fakta dan Data
Judul lain | If My Favorite Pop Idol Made it to the Budokan, I Would Die |
Karya asli | Manga karya Arui Hirao |
Pengisi suara | Ai Fairouz sebagai Eripiyo Ikumi Hasegawa sebagai Sorane Matsuyama Kaede Hondo sebagai Leo Igarashi Kana Ichinose sebagai Reina Kaori Ishihara sebagai Yumeri Mizumori Manami Itou sebagai Aya Yokota Maya Enoyoshi sebagai Maki Hakata Misaki Watada sebagai Yuuka Teramoto Tomoaki Maeno sebagai Kumasa Yoshitaka Yamaya sebagai Motoi |
Sutradara | Yusuke yamamoto (Shiawase Sou no Okojo-san) |
Penulis skenario | Deko Akao (After the Rain) |
Desain karakter | Masaru Yonezawa, Tomoyuki Shitaya (Bakuman) |
Lagu pembuka | “Clover wish” oleh Cham Jam |
Lagu penutup | “Momoiro Kataomoi” oleh Ai Fairouz |
Studio | Studio 8bit |
Situs resmi | https://oshibudo.com/ |
https://twitter.com/anime_oshibudo/ | |
Mulai tayang pada | 9 Januari 2020 (1623 GMT, 2328 WIB ), 10 Januari 2020 (0128 JST) |
Screenshot dan Video




KAORI Nusantara