Lebih Dari Setengah Wanita Muda Jepang Mengalami Krisis Finansial

0
wanita
Ilustrasi Wanita Karir Jepang

Jepang dengan segala keindahan akan kultur dan budaya serta perkembangan teknologi dan transportasi yang terus meningkat menjadi primadona sendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Meskipun begitu, Jepang masih menyisakan problematika yang begitu kelam terutama kepada masyarakat tingkat usia kerja, khususnya wanita yang memilih menjadi seorang wanita karir.

Dilansir dari SoraNews, berdasarkan laporan survei Money Book menyatakan bahwa lebih dari setengah wanita muda di Jepang mengklaim hanya memiliki pendapatan yang rendah dan tidak cukup dengan pengeluaran bulanan. Biaya hidup tinggi di Jepang, terutama di Tokyo, karena layanan servis yang mahal seperti layanan cleaning service, pemindahan barang maupun penyewaan apartemen baru. Tercatat, untuk menyewa apartemen studio satu kamar yang layak di Tokyo biasanya mulai sekitar 70.000 yen per bulan, tetapi dapat mencapai 100.000 atau lebih, tergantung pada lokasi, ukuran, dan kualitas.

Rata – rata gaji karyawan jepang sebesar 200.000 yen bisa tidak mencukupi. Meskipun dilakukan secara besar – besaran (seperti menghilangkan porsi untuk biaya hiburan dan pendidikan) ternyata hal tersebut tidak akan mencukupi untuk biaya tagihan dan kebutuhan pangan.  Bahkan, rata-rata pengeluaran bulanan untuk para wanita muda dapat mencapai ¥ 143.685 yang diperuntukan untuk sewa, utilitas, tagihan telepon, transportasi, pembayaran pensiun dan asuransi kesehatan, pembayaran utang, dan makanan, serta biaya hobi, perawatan kecantikan, dan pengeluaran lain-lain, tetapi tidak untuk biaya hiburan dan hangout.

Beberapa responden juga menambahkan tanggapan seperti, “Saya sepertinya tidak bisa mendapatkan pekerjaan penuh waktu permanen, Saya khawatir tentang pekerjaan / penghasilan saya”, dan “Tidak peduli berapa banyak saya bekerja, saya tidak dapat menghasilkan cukup uang untuk mengimbangi pengeluaran saya ”. Responden lain berbicara tentang bagaimana hal ini mempengaruhi kehidupan mereka: “Saya sudah berhenti membawa kartu bank dan kartu kredit di dompet dan berusaha untuk tidak menghabiskan uang”, dan “Saya melepaskan hobi dan kehilangan teman-teman saya karena saya berhenti pacaran dengan mereka, namun tetap saja tidak mencukupi pengeluaran bulanan saya. Melalui jawaban yang diberikan dalam survei ini, jelas bahwa beberapa wanita berusia dua puluhan berjuang untuk mengelola finansial dengan ketat, meskipun harus mengorbankan semuanya, termasuk dalam hal romansa dan liburan.

Kategori responden perempuan bekerja di industri yang berbeda, tetapi sebagian besar, 33,5 persen, bekerja di kantor, termasuk pekerjaan pemerintah, penjualan, administrasi kantor, perencanaan, penerimaan, dan entri data. 13,3 persen bekerja di industri jasa (panitera penjualan, operator mesin kasir, dll), dan 9,5 persen bekerja di rumah. Tetapi dari para wanita pekerja itu, 36,6 persen mengatakan bahwa mereka memiliki lebih dari satu pekerjaan, yang tampaknya menyiratkan bahwa, meskipun bekerja dua pekerjaan, banyak wanita berjuang untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut Akirako Yamamoto dari FP Woman, sebuah perusahaan perencanaan keuangan melihat fenomena tersebut juga didukung oleh kesenjangan gender yang terjadi di perusahaan – perusahaan Jepang. Ketika wanita baru lulus dari perguruan tinggi dan menjadi anggota masyarakat dan mengambil pekerjaan, mereka mendapatkan pendapatan lebih banyak daripada rekan-rekan mereka yang lebih muda (bukan lulusan universitas), yang umumnya bekerja pekerjaan paruh waktu untuk mendapatkan uang saku saat kuliah. Namun secara Networth (Kekayaan bersih pertahun) tergolong sama karena variasi pengeluarannya tergantung dengan tuntutan pekerjaan dan penampilan yang menunjang.

Tentu saja hasil dari survei tersebut menjadi peringatan keras bagi Jepang yang mengalami depopulasi yang terus meningkat sampai saat ini. Mungkin saja wanita muda Jepang saat ini lebih condong untuk menikahi pria kaya dibanding dengan kerja sampai mati meskipun hanya mencukupi biaya hidup. Jadi, masih tertarik untuk menikah dengan mereka?

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses