
Hyundai Motor Co. tengah berencana untuk memulai produksi mobil di Indonesia pada akhir tahun 2021 untuk menarik minat publik Indonesia selaku salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Ini merupakan langkah Hyundai dalam mengekspansi bisnisnya dalam pasar mobil Asia Tenggara, khususnya Indonesia yang selama ini didominasi oleh Jepang.
Hyundai Motor Co. juga berencana untuk merampungkan konstruksi pabrik berkapasitas 150000 unit per tahunnya pada akhir tahun 2021, dengan menargetkan produksi SUV hingga MPV, dan juga merencanakan untuk memproduksi mobil listrik khusus untuk pasar Asia Tenggara. Hyundai juga bekerjasama dengan LG Energy Solution Ltd. untuk membangun pabrik baterai listrik dengan kapasitas tahunan 10, GWh, cukup untuk 150000 EV. Proyek dengan nilai investasi sebesar 1,2 triliun Won Korea Selatan atau sekitar 14 triliun rupiah ini rencananya akan dimulai sekitar pertengahan awal tahun 2024.
Di lain pihak, Chery Automobile dari Tiongkok juga berencana untuk meluncurkan 5 model baru termasuk SUV dan mobil ramah lingkungan di Indonesia dalam 2 tahun ke depan. Chery Automobile sebelumnya sempat mencoba memasuki pasar mobil di Indonesia pada awal 2000an, namun gagal.
Indonesia merupakan pasar mobile yang prospektif dengan sekitar 1 juta unit mobil terjual setiap tahunnya. Rasio kepemilikan mobile di Indonesia dibanding jumlah penduduk secara keseluruhan tercatat kurang dari 100 mobil per 1000 penduduk. Pemerintah juga terus membangun infrastruktur seperti jalan raya hingga jalan layang. Ekspor mobil ke negara-negara Asia Tenggara sendiri juga cukup mudah.
Tiongkok dan Korea Selatan mencoba mengejar dominasi Jepang tersebut. Wuling tercatat telah melipatgandakan jangkauan pasar mereka dengan peningkatan penjualan hingga 517,2% selama 7 bulan pertama tahun 2021.
Hyundai Motor Group juga berencana untuk meningkatkan pasar mereka Indonesia. Setidaknya selama 7 bulan pertama tahun 2021, Hyundai Motor dan Kia Corp, mencatatkan kenaikan penjualan hingga 372,2% dan 396%.
Ekspansi pengembang mobil Tiongkok dan Korea Selatan ini sendiri sempat menjadi perhatian dari media Jepang. Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sempat melaporkan bahwa Tiongkok dan Korea Selatan tengah mempercepat pengembangan mobil ramah lingkungan, sementara Jepang masih enggan untuk meninggalkan mesin tradirional di Indonesia dan Thailand. Jepang bisa saja kehilangan pasar sebagaimana pasar di sektor peralatan rumah tangga maupun telepon pintar jika mereka tidak menyesuaikan diri.
KAORI Newsline | Sumber: Korea Economic Daily (Hyung-Kyu Kim)