Tidak banyak distributor film di Indonesia dewasa ini yang berani berinvestasi dalam genre Anime Jepang, apalagi sampai menyiarkannya di bioskop. Adalah Pratama Film, sebuah distributor film asing yang cukup berani membawa Anime Jepang menuju layar perak. Bekerja sama dengan jaringan bioskop Blitzmegaplex, Pratama Film pernah menyalurkan serial Movie Rebuild of Evangelion pada tahun 2008 dan 2010 yang kesemuanya ditayangkan pada jaringan bioskop tersebut. Pada tahun 2011 ini Pratama Film dan Blitzmegaplex kembali mempersembahkan tayangan anime terbaru ke dalam layar perak Indonesia berjudul Metal Fight Beyblade the Movie : VS The Sun, Sol Blaze-The Scorching Hot Invader.
Anime yang merupakan adaptasi layar lebar dari anime hasil adaptasi dari permainan gasing Beyblade yang cukup populer. Serialnya masih tayang di Indosiar setiap hari Minggu jam 07.30 WIB. Dibintangi oleh Ian Saybani sebagai Ginga dan Wan Leony Mutiarza sebagai Madoka, anime ini bercerita mengenai perjuangan seorang atlet Beyblade muda bernama Ginga demi menjadi seorang atlet Beyblade terbaik. Dalam Movie yang berdurasi selama 76 menit ini, diceritakan Ginga dan kawan-kawan harus melindungi Bumi dari ancaman sebuah kelompok yang ingin menghancurkan bumi dengan Beyblade legendaris Sol Blaze. Mampukah Ginga dkk mengalahkan mereka dan menjaga perdamaian Bumi? Saksikan saja aksinya dalam Movie yang ditayangkan oleh Blitz Megaplex ini dengan jadwal sebagai berikut :
http://www.blitzmegaplex.com/en/schedule_movie.php?id=MOV1259
Sebagaimana umumnya tipikal anime-anime yang diangkat dari produk mainan, berbagai macam adegan-adegan aksi yang hiperbolis menghiasi anime ini. Jangan heran jika anda menemukan adegan-adegan aksi yang tidak masuk akal ataupun terkesan berlebihan seperti gasing yang dapat menghanguskan seluruh isi stadion atau nasib dunia yang digantungkan pada permaninan gasing lengkap dengan pemain-pemainnya yang nyentrik dan sangat hot-blooded serta bersemangat tinggi dan terkadang berlebihan. Anda yang sudah terbiasa dengan anime-anime berciri sejenis ataupun penggemar permainan Beyblade pasti sudah sangat familiar dengan segala macam kehiperbolaan tersebut dan tak ada salahnya untuk meluangkan akhir pekan anda untuk menyempatkan diri untuk menontonnya sembari memanaskan darah dan semangat Beyblade anda yang tengah terpendam. Patut disayangkan bahwa para tim penerjemah yang terlibat dalam penerjemahan anime ini nampaknya kurang bisa bekerja dengan maksimal. Bisa terlihat dari teks terjemahan dialog yang terkadang sulit dimengerti dan malah tidak jelas apa maknanya (tentu saja juga sebagai pelajaran bahwa metode penerjemahan dengan teks, dan bukannya dubbing tidak selamanya berbuah manis!).
Penayangan Movie Beyblade ini adalah upaya yang ketiga kalinya bagi Pratama Film dalam mendistribusikan tayangan-tayangan bergenre anime Jepang bagi dunia layar perak Indonesia setelah sebelumnya Evangelion 1.0 : You are (not) Alone (2008) dan Evangelion 2.0 : You can (not) Advance (2010). Sementara Blitzmegaplex sendiri juga sudah beberapa kali menayangkan anime Jepang dalam beberapa kesempatan. Selama ini film-film yang berasal dari Jepang terutama yang berjenis anime kerapkali tidak begitu laku dan seringkali menempati kuota terkecil dalam pangsa pasar penonton bioskop di Indonesia. Karenanya langkah keduanya yang cukup berani ini patut untuk mendapatkan apresiasi. Apalagi selama ini anime-anime yang ditayangkan di bioskop seringkali masih ditayangkan dengan dialog berbahasa asli Jepang dengan hanya tambahan teks sebagai terjemahan dialog yang ada. Tentu saja hal ini adalah hal yang bagus terutama bagi anda yang ingin mencoba menonton anime dengan bahasa asli ditambah dengan sound effect menggelegar khas theater dan layar besar yang memuaskan mata.
Hal yang sangat disayangkan adalah masa penayangan yang dirasa kurang tepat. Anime seperti Beyblade yang memiliki pangsa pasar yang lebih condong ke anak-anak justru ditayangkan pada masa penayangan yang kurang strategis di mana diputar pada masa ketika anak-anak masih bersekolah, bahkan ada yang masih menempuh masa ujian. Akibatnya performa penayangan pun menjadi kurang kondusif. Hal ini terbukti dari jumlah penonton dan sambutan yang tidak terlalu menggembirakan. Beberapa masalah pun juga masih menghantui. Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya bahwa film-film yang berasal dari Jepang seringkali menempati kuota terkecil dalam pangsa pasar penonton bioskop di Indonesia dan tidak begitu laku. Anime itu sendiri juga masih merupakan sebuah anomali tersendiri.
Sebagai sebuah genre tontonan sesungguhnya anime adalah sebuah produk tontonan yang memiliki segmentasinya masing-masing menurut golongan umur. Namun dengan masih lekatnya pandangan di kalangan masyarakat bahwa tayangan berbentuk animasi adalah tayangan untuk anak-anak dan kenyataan bahwa sebagian besar anime produksi Jepang yang diperuntukkan bagi pangsa pasar anak-anak seringkali ternyata lebih populer dan lebih laku ketimbang yang berpangsa remaja dan dewasa tak pelak lagi membuat tayangan bergenre animepun seringkali masih diidentikkan dengan tayangan untuk anak-anak. Perpaduan antara masalah kecilnya pangsa pasar dan belum diterimanya tayangan bergenre Anime Jepang kecuali sebagai tayangan untuk anak-anak jelas adalah masalah yang cukup serius bagi keberlangsungan dan kesinambungan penayangan film berjenis Anime Jepang di bioskop. Evangelion misalnya. Sebagai tayangan berjenis anime dengan segmentasi untuk penonton yang lebih dewasa nyatanya tidak mendapatkan sambutan yang cukup baik terbukti dengan sedikitnya jumlah penonton. Ironisnya ketika yang ditayangkan adalah anime yang lebih menyasar pangsa pasar anak-anak dan diangkat dari produk yang cukup populer seperti Beybladepun ternyata sambutan dan jumlah penontonnya juga tidak terlalu besar. Hal ini jelas menimbulkan pertanyaan sendiri tentang sejauh mana tayangan berjenis anime memang pantas dan laku untuk diedarkan dan disiarkan di bioskop? Pangsa pasar mana yang memang cocok untuk disediakan tontonan berbentuk anime? Seberapa besar sesungguhnya minat penonton Indonesia terhadap film bergenre Anime Jepang?
Beberapa saran untuk membuat kondisi peredaran Anime menjadi lebih baik adalah hendaknya dilakukan survey terlebih dahulu mengenai berbagai masalah yang sebelumnya telah disebutkan. Selain itu kegiatan untuk berpromosi juga harus dilakukan lebih gencar dan lebih masif lagi demi merespon beberapa keluhan dari sejumlah pihak yang menganggap bahwa promosi yang dilakukan kurang gencar dilaksanakan. Selain itu penempatan waktu yang tepat juga harus dipertimbangkan. Seperti dalam kasus Beyblade ini misalnya. Tayangan semacam Beyblade ini tentu akan lebih baik lagi jika diputar pada musim liburan sekolah di mana penonton anak-anak yang tengah menikmati masa liburan tidak perlu dipusingkan dengan masalah pelajaran dan bisa menonton dengan tenang. Namun di atas semua itu dan yang terpenting tentu saja juga dibutuhkannya sambutan dan respon yang bersifat positif dan proaktif dari mereka sendiri yang mengaku sebagai penggemar anime. Karena merekalah sesungguhnya yang merupakan pasar inti dari anime itu sendiri. Karena bagaimana mungkin ada yang mau menayangkan sebuah produk tontonan jika tidak ada seorangpun yang mau meresponnya?
Tentu kita semua berharap bahwa ini bukanlah yang terakhir dari upaya peredaran anime secara legal dan pemutaran anime di layar perak dalam negeri. Besar harapan bagi Blitzmegaplex dan Pratama Film serta pihak manapun untuk terus berkiprah dalam mempersembahkan variasi yang lebih beragam dalam pasar tontonan bioskop dalam negeri dengan tayangan berbentuk Anime Jepang sebagai salah satu variasinya. Tentu sudah terbesit harapan yang sangat besar supaya Pratama Film dan Blitz Megaplex bisa kembali meneruskan serial Movie Rebuild of Evangelion jika suatu saat Evangelion 3.0 dan 4.0 sudah dirilis. Hanya saja, siapa sajakah yang mau meresponnya?
Wallahu alam bishawab.
Jangan untuk terus menyaksikan versi TV dari Anime Metal Fight Beyblade ini setiap hari Minggi jam 7.20 pagi WIB dengan sulih suara oleh PT Erfa Selaras/Stuido Erfass dan dibintangi oleh Ian Saybani, Wan Leony Mutiarza, dan Bonar Betawi hanya di Indosiar!
KAORI Newsline | Resensi oleh saddam