Apa jadinya bila kalian ingin punya pacar banyak, tapi gak laku-laku? Tentu saja menyewa pacar meminta tolong pada teman perempuanmu, apalagi teman yang satu ekskul, terutama lagi ekskul teater, yang mana pastinya anggota ekskul tersebut pandai dalam berakting. Ya, inilah kisah Eiji Kitahama yang ingin punya harem, tapi gak laku, akhirnya mencoba minta tolong pada teman ekskulnya agar dapat berperan sebagai “berbagai macam” tipe pacar.
Pseudo Harem atau dikenali juga sebagai Giji Harem adalah sebuah komik karya Yu Saito. Seri ini berawal sebagai sebuah komik singkat yang diterbitkan di akun Twitter (X) Yu Saito, dan kemudian diserialisasikan oleh Shogakukan melalui label Monthly Shonen Sunday sejak 2019 hingga 2021.
Komik Pseudo Harem resmi dirilis oleh Elex Media Komputindo di Indonesia, di mana volume pertamanya terbit pada tanggal 21 Desember 2021. Komik ini dibanderol dengan harga 40.000 rupiah (untuk Pulau Jawa). Inilah ulasan volume pertama dari komik Pseudo Harem.
Sinopsis

Eiji Kitahama punya impian layaknya seorang anak lelaki remaja. Dia mau disukai oleh banyak cewek, punya harem. Tapi dia bukan cowok yang laku, dan satu-satunya cewek yang ada di dekatnya adalah Rin Nanakura, adik kelasnya di klub Teater. Rin bersedia memenuhi keinginan seniornya dengan sekuat tenaga. Maka jadilah hari-hari Eiji kini diwarnai oleh para gadis dengan karakter yang penuh warna. Nama mereka adalah, Rin. Gimana ceritanya?
Penceritaan Komik – Jangan Kewelahan dengan Haremmu

Bagi saya, cerita komik ini antara oke dan amburadul. Entah mungkin karena penceritaan setiap chapter di sini tidak ada sangkut pautnya dengan chapter selanjutnya maupun sebelumnya. Sehingga bila kalian sudah paham inti ceritanya, kalian mungkin bisa saja langsung loncat ke chapter akhir dan sedikit masih paham apa yang tengah diceritakannya. Hanya saja… chapter 1 komik ini tidak serius memperkenalkan pembaca mengenai siapa karakter di sini ataupun memberikan suatu konteks yang sederhana. Malahan pembaca langsung diberikan topik inti bahwasannya si karakter utama ingin punya pacar terlebih lagi harem. Tanpa basa-basi atau permulaan percakapan itu langsung saja dimulai. Jujur saya sempat binggung, terlebih lagi yang dimaksud “harem” di sini hanya berupa 1 karakter yang mencoba untuk mengubah sifat sesuai kondisi atau permintaan. Entah bagi saya, terkadang saya jadi bingung apakah karakter yang tengah berbicara tersebut adalah “sifat” aslinya atau itu “persona” pacar lainnya?
Penggambaran Komik – Sederhana adalah Keimutan

Salah satu hal yang saya sukai dari komik ini adalah penggambaran Rin Nanakura yang cukup ekspresif sesuai dengan tipe pacar yang sedang ia dalami. Entah melihat ekspresi dia sudah cukup menjadi alasan kenapa saya tetap membaca komik ini. Selain ekspresi yang cukup variatif, komik ini cukup banyak menyajikan karakter Rin dalam berbagai situasi dengan latar yang detil atau menarik. Bila kalian memang menyukai Rin, mungkin ini adalah fanservice yang cukup baik, apalagi di saat ia ditampilkan dengan sifat aslinya.
Kesimpulan

Jujur saja setelah membaca volume pertama ini saya cukup bimbang, di satu sisi saya suka melihat muka Rin dan ingin melihat akhir cerita dari kedua karakter ini. Namun di sisi lain, pembawaan cerita dan penggantian sifat Rin yang menyesuaikan tipe “pacar” pada saat itu, membuat saya sering binggung sendiri dan sulit memahami cerita. Mungkin itu memang ini keluhan saya sendiri.
Mengesampingkan hal itu, bagaimana kualitas komik dan terjemahannya? Bagi saya kualitas komik yang disajikan di sini cukup baik dengan harga yang ditawarkannya. Saya tidak melihat adanya cacat produksi atau warna yang pudar pada komik yang saya baca. Akan tetapi bagi saya penerjamahannya lah yang sedikit kurang pas. Saya paham bahwa tidak semua kata dari bahasa Jepang dapat diterjemahkan secara langsung ke bahasa Indonesia. Namun akan lebih baik jika ada suatu catatan atau terjemahan kasarnya (menurut saya pribadi). Jujur saja jika ini dibaca oleh pembaca yang belum mengenali dunia anime atau komik jepang, rasanya terdapat beberapa kata yang agak susah untuk dipahami oleh pembaca seperti harem dan tsundere. Memang kata tersebut jarang muncul, tapi rasanya sedikit aneh terutama untuk tsundere ketika tipe pacar lainnya malah menggunakan bahasa Indonesia seperti “kalem”, “manis”, maupun “centil”.
Akhir kata, mungkin saya pribadi tidak terlalu ingin melanjutkan membaca komik ini untuk sementara. Tapi jika kalian tengah mencari komik romansa masa muda yang ringan dan menarik, Pseudo Harem dapat menjadi pilihan kalian, asalkan kalian tetap dapat mengikuti perpindahan sifat pacar yang diperankan oleh Rin.
KAORI Newsline | Oleh Cakra Bhirawa