Lanjutan dari halaman sebelumnya.
Ada stigma kalau anime dengan animasi 3D cenderung jelek dan terlihat “aneh” jika dibandingkan dengan animasi hand drawn yang umumnya dilakukan di industri animasi Jepang. Bagaimana pendapat tim Enspire Studio mengenai hal tersebut? Menurut tim Enspire Studio, apakah yang membedakan anime Girls Band Cry dengan anime-anime 3D lain di pasaran hingga dapat diterima dengan sangat baik oleh penikmat anime di seluruh dunia?
S: Kalau saya sendiri sebenarnya orang yang tidak terlalu mengikuti anime, makannya di proyek ini saya banyak banget belajar. Jadi mungkin saya serahkan ke Mbak Yola untuk pertanyaan ini (tertawa).
Y: Jadi kalau dari sudut pandang saya sih, Girls Band Cry justru bagus karena tujuan awalnya adalah supaya animasi ini nggak terlihat seperti 3D. Kalau dilihat dari sudut pandang kami sebagai 3D studio sih ya, kita susah-susah bikin animasi 3D, tapi dari mereka sendiri ingin hasil akhirnya seperti “menghilangkan” 3D-nya (tertawa). Saya pernah ngobrol juga sama orang yang mengerjakan modelling untuk Girls Band Cry, dan memang dari awal memang yang diinginkan Toei itu anime-style, dari segi visual animenya sendiri maupun gerakan tiap karakternya.
Kalau dari pengamatan saya pribadi, justru saya rasa anime 3D yang ‘jelek’ biasanya tidak menggunakan fakta bahwa mereka 3D dengan baik; justru karena terlalu ingin mengikuti anime 2D secara 1:1 jadinya malah kelihatan aneh.
Y: Iya, menurut saya anime 3D yang seperti itu mungkin balance nya kurang. Bisa jadi juga sudah ada masalah dari segi modelling, dari asset-asset yang digunakan saat membuat animenya juga tidak menggunakan shader yang memiliki anime-style. Selain itu untuk rigging juga ada banyak batasannya dalam suatu produksi. Misalnya, di Girls Band Cry sendiri ada saat di mana ekspresi karakternya komikal banget dan berubah-ubah bentuk, nah itu kita mati-matian mengerjakan itu. Team modelling dan rigging dari Toei Animation sendiri juga pasti mati-matian mengerjakan model karakternya supaya bisa dianimasikan seperti itu. Lalu terakhir, di bagian compositing sendiri juga nanti akan ada retouch menggunakan gambar tangan. Jadi untuk produksi anime 3D biasa, biasanya untuk retouch tidak dilakukan frame-by-frame digambar lagi satu per satu, tetapi untuk Girls Band Cry iya. Saya rasa tidak semua anime 3D punya resource untuk melakukan hal-hal seperti itu. Menurut saya di sini Toei Animation menang di budget dan waktu produksi.
S: Menurut saya sendiri, untuk produksi Girls Band Cry ini sebenarnya Toei Animation menggunakan animasi 3D sebagai tools untuk mencapai output yang mereka inginkan. Mereka tetap ingin animenya terlihat 2D, tetapi dengan menambahkan teknik-teknik yang hanya bisa dilakukan dengan animasi 3D. Misalnya, di adegan-adegan di mana karakternya manggung, itu animasinya menggunakan motion capture. Tetapi dengan shading yang digunakan Toei Animation, tidak terlihat terlalu aneh dan malah nge-blend banget visualnya. Juga pada saat karakter-karakternya sedang ngobrol atau melamun, mereka benar-benar diam dan tidak ada gerakan tambahan. Itu menurut saya bagus karena kalau karakternya terlalu banyak bergerak, ilusi anime 2D-nya akan ‘hancur’. Sehingga hasil akhirnya seperti yang bisa dilihat sendiri, mereka bisa menggabungkan kedua gaya animasi tersebut dengan tetap menjaga estetika tradisional dari anime.
Y: Sebenarnya, untuk Enspire Studio dan ESDA itu beda management. Jadi kalau ada lulusan ESDA yang ingin melamar kerja di Enspire Studio, tetap kita tes dulu. ESDA sendiri sekarang lebih fokus ke kursus untuk anak-anak, bukan persiapan kerja. Karena skill sebagai animator 3D itu hal yang susah untuk diajarkan secara kilat selama 3 tahun, ESDA memilih untuk mengenalkan anak-anak ke 3D art sejak kecil agar mereka sudah terbiasa nantinya.
Dulu memang ada program untuk pekerjaan, dan Mas Sandhy sendiri juga lulusan ESDA dulunya. Beberapa anggota tim kami selain Mas Sandhy juga ada yang lulusan ESDA, tetapi tidak semua. Jadi untuk sinergi antara Enspire Studio dengan ESDA sendiri sebenarnya tidak terlalu berhubungan, karena bukan berarti lulusan dari ESDA bisa langsung mendapatkan pekerjaan di Enspire Studio.
Terimakasih banyak Mbak atas klarifikasinya. Untuk pertanyaan terakhir, mungkin ada yang ingin disampaikan ke #Kaoreaders yang misalnya ada aspirasi untuk menjadi 3D animator dan mengerjakan project-project seperti Girls Band Cry di masa depan?
S: Untuk teman-teman semua yang mungkin baru ingin memulai belajar animasi atau baru ingin masuk ke industri ini, pesan dari saya jangan putus semangat, dan yang paling penting menurut saya sebagai artist itu adalah perbanyak referensi. Sejak dulu saya setiap menonton suatu film atau animasi, saya selalu memikirkan satu kata: “Why?”. Kenapa film atau animasi itu terlihat seperti itu? Jadi saya mencari apa yang tim produksi film atau animasi tersebut lakukan, apa saja teknik yang digunakan, dan lain-lain yang dapat saya gunakan sebagai referensi. Apalagi dengan teknologi sekarang, saya yakin teman-teman bisa dengan mudah perbanyak referensi setiap harinya. Menurut saya sense of art dari diri masing-masing itu penting untuk terus diasah bersama skill, hingga nantinya skill yang kalian miliki bisa dipakai untuk masuk ke industri ini dan mengerjakan project–project animasi.
Y: Dari saya pribadi, apalagi untuk anak-anak zaman sekarang, menurut saya kalau kalian ingin mengekspresikan diri sebebasnya tanpa dikekang oleh perusahaan, sejujurnya lebih baik kalian menjadi freelancer. Karena nanti kalian bisa memilih apa yang ingin kalian kerjakan. Kalau masuk ke suatu studio, karena pasti dari studio-nya sendiri ada prioritas lain, pasti ada saat di mana kita tidak bisa memilih ingin mengerjakan proyek apa. Ada saatnya kalian bisa mengerjakan hal yang kalian senangi, tetapi ada saatnya juga kalau ada prioritas lain yang menghalangi. Contohnya dari tim kami sendiri, saat proyek mengerjakan animasi untuk MV hololive ID, justru tim kami yang fans hololive malah tidak kebagian untuk mengerjakan proyek itu (tertawa). Jadi kalau pesan dari saya ada saatnya kita tidak bisa memilih pekerjaan, dan jangan egois.
Terimakasih banyak Mas Sandhy dan Mbak Yola atas pesannya, dan juga insight yang sudah diberikan pada wawancara kali ini. Semoga Enspire Studio terus sukses dan lancar di project-project selanjutnya!
KAORI Newsline | Wawancara oleh Alif Naufal Hakim dan Shayna A.