Rose of Versailles merupakan sebuah serial komik dan anime klasik asal Jepang yang cukup populer pada masanya. Apalagi sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, sebuah proyek film layar lebar anime terbaru dari komik ini juga telah dirilis di bioskop-bioskop di Jepang pada tanggal 31 Januari 2025. Namun rupanya segala kesuksesan tersebut tidak membuat sang komikus, Riyoko Ikeda terbebas dari diskriminasi gender di industri komik Jepang pada era 1970an.
Dituturkan olehnya melalui Oricon News, Riyoko Ikeda bercerita ketika ia dahulu membuat komik Rose of Versailles, wanita sangat sulit untuk mendapatkan pengembangan karir yang lebih baik. Ia bahkan hanya menerima bayaran setengah dari bayaran yang didapat rekan prianya, dengan alasan “pria harus menghidupi istri dan wanita cukup dihidupi suaminya”.

Ia juga bercerita bahwa di masa itu, tepatnya di era 1970an pihak penerbit lebih memprioritaskan komikus pria. Bahkan ketika komik Rose of Versailles sukses, Riyoko Ikeda mengaku tidak pernah diperlakukan setara dengan rekan prianya. Oleh pihak penerbit, ia bahkan sempat “dipaksa” untuk menyelesaikan Rose of Versailles dalam waktu 10 minggu sejak kisah kematian Oscar. Namun di tengah diskriminasi tersebut, Riyoko Ikeda cukup bersyukur atas kesuksesan karyanya, bahkan hingga ke mancanegara.
Ke depan, Riyoko Ikeda berharap akan ada lebih banyak lagi wanita yang terlibat dalam proses produksi, meski ia sendiri mengingatkan bahwa jalan bagi kesetaraan gender di Jepang masih cukup panjang. Baginya pemikiran bahwa “pria bekerja dan wanita diam di rumah” masih sangat kuat di Jepang. Namun ia merasa sudah mulai ada pergeseran pemikiran di kalangan generasi baru masa kini.
KAORI Newsline | Sumber