Upah di Jepang kembali menjadi sorotan setelah data terbaru menunjukkan penurunan sebesar 2,9 persen pada Mei dibandingkan tahun sebelumnya. Ini adalah penurunan terbesar dalam hampir dua tahun terakhir, sekaligus menjadi bulan kelima berturut-turut di mana upah riil—yakni gaji yang telah disesuaikan dengan inflasi—mengalami penurunan. Fenomena ini mencerminkan kondisi kehidupan di Jepang yang kian menantang, terutama di tengah inflasi yang terus membayangi.
Kenaikan Gaji Nominal Tak Cukup
Meskipun nominal gaji rata-rata pekerja Jepang tercatat naik 1 persen menjadi sekitar 300.141 yen per bulan, hal ini belum cukup untuk menutupi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Konsumen di Jepang kini harus menghadapi kenyataan bahwa gaji yang mereka terima tidak sebanding dengan tingginya biaya hidup, terutama akibat lonjakan harga beras dan makanan lainnya.
Bonus dan Tunjangan Turun Drastis
Penurunan upah di Jepang juga dipicu oleh turunnya pendapatan tambahan seperti bonus dan tunjangan transportasi yang menurun hingga 18,7 persen. Banyak perusahaan yang tidak lagi memberikan bonus pada bulan Mei, memperburuk situasi keuangan pekerja. Meski diprediksi ada lonjakan bonus pada bulan Juni, belum bisa dipastikan apakah hal itu cukup untuk mengangkat upah riil kembali ke zona positif.
Tantangan Ke Depan bagi Pekerja Jepang
Situasi ini menggambarkan tantangan besar bagi pekerja di Jepang dalam menjaga daya beli mereka. Meskipun serikat pekerja telah berhasil mendorong kenaikan gaji tahunan di atas 5 persen selama dua tahun berturut-turut, tekanan inflasi masih lebih kuat. Upah di Jepang saat ini menjadi indikator penting dalam menilai kualitas kehidupan di tengah perubahan ekonomi global.
KAORI Newsline | Sumber