Jepang sebagai negeri binatang ekonomi (economic animal) ternyata berlangsung hingga kini. Label halal pun yang kini muncul di Jepang hanya untuk bisnis saja supaya barang dagangannya laris terjual. Di otaknya hanya uang saja.
“Saya lihat label halal itu yang kini mulai berkembang di Jepang sudah mulai salah langkah. Yang penting ada label tersebut dan barang bisa laku dan laris terjual. Uang saja yang ada di otak banyak pengusaha Jepang. Jadi economic animal pun masih berlangsung hingga kini,” kata Shimoyama Shigeru (66) Pengurus Masjid Tokyo Camii dan Turkish Culture Center kelahiran Perfektur Okayama, sebagaimana dilansir dari Tribunnews.
Shimoyama Shigeru pengurus Masjid Tokyo Camii dan Turkish Culture Center kelahiran Perfektur Okayama, Jepang.
Shimoyama takut seandainya hal ini berlangsung terus maka muncul dengan mudah label dan sertifikat palsu.
“Yang penting ada sertifikat halal selesai. Kalau sudah demikian bahaya sekali. Bisa jadi bumerang, orang Jepang akan benci pada Islam. Padahal mereka sendiri yang tak mau belajar dan tak mau mengerti mengenai Islam. Hanya mikir bukan babi, bukan alkohol, halal label terima ya sudah. Repot kalau sudah demikian,” katanya.
Islam itu sebenarnya sangat bagus, sangat bersahabat, omotenashi atau ramah terhadap setiap orang.
“Itulah sebabnya kita perlu mempelajari dan memahami dengan baik, bukan hanya kulit luar nya saja dan asal terima label halal lalu selesai,” ujar Shimoyama yang mengaku bisa membaca Alquran dan sejak usia 27 tahun telah menjadi seorang muslim.
KAORI Newsline