Ulasan Anime: Gatchaman Crowds

1

Gatchaman Crowds

Seri anime Gatchaman Crowds yang tayang pada tahun 2013 lalu merupakan salah satu bagian dari peringatan 50 tahun seri anime klasik Science Ninja Team Gatchaman (1972)  yang diproduksi oleh Tatsunoko Production. Yang dipercaya untuk menggarap anime baru ini adalah sutradara Kenji Nakamura, yang sebelumnya telah dikenal melalui karya-karya seperti Mononoke, Kūchū Buranko, [C] – Control, dan Tsuritama; dengan series composition oleh Toshiya Ōno (Tsuritama, Suite Precure). Anime ini menghadirkan warna baru yang menarik kepada brand Gatchaman, dengan membawakan eksplorasi yang tajam kepada tema-tema heroisme, komunikasi dan hubungan sosial, serta pemecahan masalah kolektif; semuanya dalam konteks kekinian.

Dalam seri anime ini, seorang gadis remaja bernama Hajime Ichinose baru saja direkrut menjadi anggota G-Crew, organisasi rahasia yang menggunakan kekuatan super untuk melindungi Bumi dari ancaman alien jahat secara diam-diam. Di sisi lain, terdapat seorang pemuda bernama Rui Ninomiya yang mengembangkan sebuah media sosial bernama GALAX, yang ia gunakan untuk menghimpun penggunanya agar dapat saling membantu dalam memecahkan masalah. Rui juga menyimpan sebuah rahasia, yaitu ia dapat memberi atau mencabut kekuatan istimewa yang disebut CROWDS kepada pengguna GALAX yang dipilihnya.

Di musim panas tahun ini, seri ini akan berlanjut dalam season kedua dengan judul Gatchaman Crowds insight yang akan mulai tayang tanggal 5 Juli. Sebelum mengikuti season keduanya, ada baiknya untuk menyimak season pertamanya bagi yang belum menonton, dan menelaah kembali tema-temanya bagi yang sudah menonton. Artikel ini akan menganalisis salah satu tema dari Gatchaman Crowds, tepatnya penggambaran pola-pola komunikasi di dalamnya. Pola-pola komunikasi itulah yang menjadi pendorong konflik dalam cerita ini dan perkembangannya, serta dapat direfleksikan dengan kondisi dalam kehidupan modern saat ini. Agar dapat ditelaah secara lebih menyeluruh, akan ada hal-hal yang bersifat spoiler dalam ulasan ini. Harap diperhatikan bagi yang tidak suka dengan spoiler.

Ketegangan Dua Pola Komunikasi dalam Gatchaman Crowds

Secara umum terdapat dua bentuk pola komunikasi yang dapat diamati dalam Crowds. Pertama adalah pola komunikasi hirarkis di mana arus informasi bergerak satu arah secara vertikal. Pola komunikasi ini berlangsung dalam organisasi G-Crew, yang dengan ketat mengikuti instruksi dari pimpinannya dalam mengambil tindakan. Begitu juga dengan di lembaga-lembaga formal pemerintah di mana alur instruksi dari atasan ke bawahan lazimnya diatur dengan tegas.

gambar 1

Di sisi lain, dalam media sosial GALAX yang dibangun oleh Rui Ninomiya ditemukan pola komunikasi yang menyebar. Informasi dapat bersumber dari dan bergerak ke segala arah. Namun komunikasi dalam jaringan GALAX tetap memiliki satu titik fokus, yaitu kecerdasan buatan Sousai X yang dibuat oleh Rui untuk memantau dan menganalisis aliran informasi, serta memandu arah komunikasi di dalam jaringan. Hal tersebut membedakan GALAX dari jaringan Dollars di Durarara!! Yang pola komunikasinya lebih anarkis*.

gambar 2

Perbedaan kedua pola komunikasi tersebut menimbulkan ketegangan di antaranya. Bagi kelompok yang menggunakan komunikasi hirarkis (G-Crew, lembaga pemerintah, dsb.), informasi yang menyebar dalam jaringan GALAX sulit dipercaya karena sumbernya dianggap tidak jelas dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sementara Rui dan pengguna GALAX cenderung memandang lembaga formal kaku dan lambat dalam menanggapi dan mengatasi masalah, karena informasi bergerak satu arah dan terbatas dalam kelompok tertentu.

gambar 3

Gangguan Komunikasi dan Perkembangan Konflik dalam Gatchaman Crowds

Selanjutnya, ada dua karakter yang berperan penting dalam mendorong dinamika perkembangan konflik di atas, yaitu sang protagonis utama, Hajime Ichinose, dan antagonis utama, Berg Katze. Keduanya sama-sama menghadirkan gangguan dalam proses berkomunikasi, namun dengan karakteristik dan efek yang bertentangan.

Gangguan komunikasi yang dihadirkan Berg Katze memiliki sifat yang destruktif. Ia menyebarkan keraguan, kecurigaan, dan salah pengertian di antara orang-orang. Hal tersebut menimbulkan konflik di antara manusia agar mereka saling menyakiti dan menghancurkan satu sama lain. Ia pun memanfaatkan ketegangan antara jaringan GALAX dengan lembaga hirarkis dengan menghasut elemen radikal dan oportunis di kalangan pengguna GALAX untuk menyalahgunakan kekuatan CROWDS bagi kepentingan masing-masing. Dan itu menimbulkan kondisi yang membuat lembaga hirarkis semakin melihat GALAX sebagai ketidakteraturan yang mengancam.

gambar 3 gambar 4

Di sinilah peran Katze sebagai karakter antagonis menjadi menarik dan powerful. Ia berupaya mencapai tujuannya menghancurkan dunia bukan dengan kekuatannya sendiri. Namun ia memainkan sifat-sifat buruk yang memang dimiliki oleh manusia sendiri, agar mereka sendiri yang membuat kerusakan. “Dunia ini akan terbakar habis, dan itu salah kalian semua sendiri!” katanya.

gambar 5

Di sisi lain Hajime sang protagonis juga menghadirkan gangguan dalam komunikasi. Cara komunikasi Hajime berantakan; kalimatnya tidak jelas, banyak mengulang, dan lebih mengandalkan gerak-gerik bahasa tubuh. Hal tersebut juga banyak menimbulkan salah pengertian dengan orang-orang yang berkomunikasi dengannya. Namun, berkebalikan dari Katze, salah pengertian tersebut justru memiliki efek yang rekonstruktif. Salah pengertian tersebut menjadi pendorong untuk mengubah cara pandang dalam berkomunikasi agar bisa memahami perspektif yang berbeda. Efek komunikasi berantakan Hajime membongkar kekakuan dan sempitnya tatanan komunikasi yang ada untuk kemudian membangun bentuk pengertian yang baru.

Simak lanjutan ulasan ini di halaman kedua.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses