Ulasan Anime: Gatchaman Crowds

1

Resolusi Konflik Feminin Hajime

Yuji Nunokawa dari Studio Pierrot pernah berpesan bahwa terdapat perbedaan pendekatan resolusi konflik antara tontonan untuk cowok dan untuk cewek (Galbraith, 2014). Atau dengan kata lain, hal tersebut mencerminkan perbedaan pendekatan maskulin dan feminin dalam resolusi konflik. Pendekatan maskulin dicirikan oleh penggunaan pertarungan fisik dan kekerasan untuk menaklukkan lawan. Itu adalah pendekatan yang lazim digunakan dalam cerita-cerita ber-genre action, termasuk cerita superhero. Sementara pendekatan feminin mengedepankan kelembutan hati dan membangun rasa saling pengertian. Perbedaan pendekatan tersebut juga bisa ditelaah secara umum terlepas dari sasaran penonton atau pembacanya. Jadi, pendekatan resolusi konflik seperti apakah yang dihadirkan dalam Crowds?

Keberadaan Katze dalam kasus ini bukanlah ancaman yang bisa dilawan dengan pertarungan fisik dan kekerasan. Karena aksi Katze mempermainkan aspek psikologis dan emosional dalam komunikasi untuk membuat orang-orang dengan sendirinya melakukan kerusakan. Selama orang-orang masih terjebak dalam pola pikir dan perasaan yang merusak tersebut, perilaku konflik yang merusak mereka masih terus berlanjut.

Dengan karakteristik konflik seperti ini, yang lebih diperlukan adalah membangun dan menyebarkan rasa saling pengertian, saling melindungi dan saling menolong di antara orang-orang itu sendiri. Sebagaimana dikatakan Hajime, “kalau Katze bilang dunia ini akan terbakar habis karena salah kita semua, maka kita semua juga yang harus bersama-sama mencegahnya.” Bukan kekuatan bertarung istimewa yang dimiliki oleh superhero yang diperlukan, namun pemahaman psikologi dan komunikasi massa untuk merekonstruksi interaksi positif yang mengurangi pengaruh hasutan destruktif Katze.

gambar 6

Dengan sifatnya yang supel dan memahami permasalahan dari berbagai perspektif, walaupun sulit menyampaikan pikirannya sendiri secara jelas, Hajime menjadi penggerak dari rekonstruksi komunikasi di antara berbagai pihak yang nampaknya memiliki pola komunikasi yang tidak cocok satu sama lain. Dengan menggoyahkan standar komunikasi yang menjadi batasan interaksi masing-masing pihak, ia berhasil menghubungkan Rui dengan G-Crew, hingga perdana menteri dengan pengguna internet; mendorong mereka untuk saling memahami perbedaan perspektif masing-masing, dan menemukan model untuk mengkolaborasikan kemampuan masing-masing dalam menangani permasalahan.

gambar 7

Kesimpulan                    

Sebagai suatu seri yang di permukaannya mengusung tema superhero, Crowds justru menghadirkan cara memahami konflik dan komunikasi yang lebih dalam dan reflektif. Karakteristik konflik yang memerlukan rekonstruksi lebih menyeluruh dalam komunikasi di masyarakat meluluhkan posisi istimewa superhero dan menempatkan mereka pada posisi tanggung jawab yang setara dengan anggota masyarakat lainnya. Pendekatan seperti ini menarik untuk disimak sebagai alternatif di era kini ketika film superhero dengan pameran pertarungan fisiknya sedang menjadi primadona industri perfilman Hollywood yang mendunia. Tema yang dibahas dalam artikel ini pun hanya sebagian kecil dari berbagai tema.

gambar 8

Tema-tema yang menarik dari Crowds ini didukung oleh presentasi visual yang memikat dengan kontribusi desain karakter karya Kinako yang diadaptasi oleh Yūichi Takahashi (Tsuritama, Macross Frontier), desain kostum G-Suit oleh Kenji Andō (Tiger & Bunny) dan Koji Nakakita (Dancouga Nova), serta art direction dari Takashi Kurahashi dan Yumi Hosaka (Kyōsogiga, Tsuritama). Crowds juga diwarnai oleh komposisi musik eksperimental yang catchy dari Taku Iwasaki (Ruroni Kenshin, Gurren Lagann) yang menggabungkan dubstep dengan unsur melodi. Lagu pembuka dengan lirik nyeleneh dari band indie White Ash juga semakin memperkuat tema komunikasi dan miskomunikasi dari ceritanya itu sendiri. Crowds menghadirkan berbagai unsur yang membuatnya menarik untuk ditonton dan direnungkan.

*Anarki didefinisikan sebagai tidak adanya pengatur, bukan tidak adanya keteraturan. Suatu kelompok dikatakan anarki ketika tidak ada penguasa yang memiliki wewenang untuk mengatur perbuatan anggota kelompok lainnya. Namun bukan berarti anggota kelompok tidak bisa berinteraksi tanpa aturan dalam kondisi anarki. Bahkan ada pemikiran politik yang mengusung bentuk aturan masyarakat tanpa adanya penguasa, yaitu berbagai variasi dari Anarkisme.

KAORI Newsline | oleh Halimun Muhammad

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses