Semangat Juang Masa Muda
“Wishes don’t come true unless you wish out loud.”

Pada dasarnya, cerita Sound! Euphonium sejenis dengan cerita-cerita tentang tim bisbol SMA yang ingin mengikuti kompetisi nasional di Kōshien. Tentu saja dalam kasus ini, kegiatannya adalah kompetisi memainkan musik, bukan kompetisi olah raga. Dengan adanya tujuan mengikuti kompetisi nasional, upaya berlatih yang giat untuk meningkatkan kemampuan juga menjadi bagian penting yang ditampilkan dalam anime ini. Tak tanggung-tanggung, Kumiko sang tokoh utama bahkan terpicu untuk berlatih hingga meneteskan keringat, air mata, dan darah, demi menguasai satu bagian sulit yang harus ia mainkan. Tidak ada hasil yang baik tanpa mengerahkan usaha yang gigih.
Di sisi lain, Euphonium juga menggambarkan ada kalanya seseorang tetap tak bisa mencapai tujuan yang diidamkannya meski sudah berusaha segigih apapun. Hal ini dialami oleh senior kelas tiga yang memainkan trompet, Kaori, yang hingga tahun terakhirnya di sekolah tak pernah berkesempatan memainkan bagian solo. Walaupun cukup ahli, di tahun sebelumnya ia tidak bisa memperoleh posisi memainkan bagian solo karena senioritas diutamakan. Sementara di tahun terakhirnya kali ini, ketika semua murid diberi kesempatan yang sama, ia justru kalah bersaing dari murid baru yang lebih berbakat, yaitu Reina.
Demi kepentingan bersama meraih prestasi dalam kompetisi, Kaori mengakui keunggulan Reina dan merelakan posisi pemain solo padanya. Walaupun ada rasa penyesalan, tapi setidaknya penyesalan itu bukan karena ia tidak berani mencoba sekuat tenaga untuk mencapai apa yang diinginkannya. Penyesalan karena tidak mencoba akan membebani perasaannya lebih lama dibandingkan dengan gagal setelah mencoba dengan mengerahkan kemampuannya yang terbaik.
Karakteristik Konflik Internal dan Eksternal
Sebagai sebuah drama, Euphonium menggambarkan tensi dan konflik yang dialami oleh karakter-karakternya. Secara umum, kita dapat mengenali dua macam konflik dalam cerita, konflik internal (konflik dalam diri karakter) dan konflik eksternal (konflik dalam hubungan antar karakter). Namun Scott McCloud (2008) berargumen bahwa pada dasarnya semua konflik adalah konflik internal. “Semua dimulai dari seseorang, di suatu tempat, yang menginginkan sesuatu.” Dengan kata lain ada ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan seseorang dengan apa yang dimiliki atau sanggup dilakukannya. Kondisi tersebut kemudian dapat menjadi konflik eksternal ketika berhubungan dengan interaksi dengan orang lain. Konflik-konflik yang digambarkan dalam Euphonium dapat mendemonstrasikan argumen McCloud tersebut.
Sebagai contoh dapat diambil masalah yang dihadapi Kumiko di episode-episode awal. Ia terus terbebani oleh perasaan bersalah karena perkataannya yang nampaknya telah menyinggung Reina saat mereka bersama-sama mengikuti kompetisi orkes tiup di masa SMP. Ketika mereka kembali mengikuti orkes tiup yang sama di SMA, hal itu menjadikan Kumiko sungkan untuk bertemu Reina, merasa canggung dan bimbang mengenai keikutsertaannya dalam orkes tiup dan mengenai bagaimana ia perlu memperbaiki hubungannya dengan Reina. Di sisi lain Reina sendiri tidak menunjukkan sikap bermusuhan terhadap Kumiko. Di sini dapat dilihat bahwa konflik sesungguhnya adalah konflik batin dalam diri Kumiko sendiri, yaitu ketidaksesuaian perasaan dalam dirinya mengenai suatu hal yang pernah ia lakukan, yang kemudian berpengaruh pada bagaimana ia berhubungan dengan orang lain.
Selanjutnya, yang cukup kompleks adalah konflik mengenai penentuan personel yang memainkan bagian solo trompet dalam kompetisi. Dalam konflik ini ada tiga karakter yang konflik internalnya saling bersinggungan, yaitu Reina, Kaori, dan Yuko. Pada Reina, konflik internalnya adalah tekadnya untuk menunjukkan keistimewaan dirinya dengan memainkan bagian solo. Hal ini membawanya pada konflik eksternal dengan orang lain yang juga ingin memainkan bagian tersebut. Bagi Kaori, konflik internalnya adalah pertentangan antara keinginan dirinya untuk mendukung pilihan terbaik bagi kesuksesan orkes tiup mereka, dengan hasrat pribadinya sebagai pemain trompet untuk memainkan bagian solo. Ia memilih untuk mencoba peruntungan bersaing dengan Reina walau ia sendiri mungkin bukan pilihan yang paling tepat untuk memainkan bagian solo itu.
Sementara bagi Yuko, konflik internalnya adalah perasaan utang budi pada Kaori yang pernah membela angkatannya di tahun sebelumnya. Untuk membayarnya ia berupaya mendukung Kaori mendapatkan bagian solo dengan berbagai cara, termasuk mendesak Reina agar mengar mengalah sekali ini saja karena sebagai murid kelas satu ia masih punya kesempatan di tahun-tahun berikutnya untuk memainkan bagian solo. Tidak ada niat buruk atau permusuhan terhadap satu sama lain dalam konflik ini. Hanya saja keinginan-keinginan pribadi mereka saling berbenturan sehingga harus ada yang dikorbankan. Hal itu memberi kualitas tragis pada konflik ini yang menjadikannya dapat memberi dampak emosional yang kuat.
Penutup
Untuk mengadaptasi novel ini, Kyoto Animation menghadirkan sutradara seri anime Haruhi Suzumiya, Tatsuya Ishihara, bersama dengan Jukki Hanada (Love Live!, Chunikoi) sebagai penulis naskah. Shoko Ikeda kembali didapuk menjadi desainer karakter setelah sebelumnya hanya mengerjakan desain karakter untuk seri Haruhi Suzumiya. Sementara soundtrack-nya menyuguhkan ilustrasi musik yang digubah oleh Akito Matsuda (No-Rin, Glasslip).
Sebagaimana penampilan musik ansambel yang digambarkannya, Kyoto Animation berhasil memadukan secara harmonis berbagai unsur-unsur dalam anime ini menjadi satu kesatuan yang bernilai lebih dari sekedar jumlah seluruh bagiannya. Sound! Euphonium mendemonstrasikan “kekuatan anime” sebagai media bercerita audio visual, memberikan pengalaman menonton yang lebih dari sekadar menghibur, dan karenanya layak untuk menjadi salah satu judul paling menonjol tahun ini.
Catatan
1 Orkes tiup dikenal dalam bahasa Inggris dengan berbagai istilah seperti concert band (menekankan perbedaan dari marching band yang bermain musik sambil berbaris), brass band (karena peran alat musik logam signifikan), atau wind ensemble (karena didominasi alat musik tiup).
2 David Hebert (2012) menyebut kompetisi orkes tiup yang diselenggarakan oleh All-Japan Band Association sebagai kompetisi musik terbesar di dunia, dengan belasan ribu orkes peserta yang terbagi dalam kategori SD, SMP, SMA, universitas, perusahaan, dan umum.
KAORI Newsline | oleh Halimun Muhammad