Tren industri komik nasional yang tengah menggeliat mulai memunculkan berbagai macam komik indie sebagai salah satu dampaknya. Dari berbagai macam komik yang ada, Saya mencoba untuk mengulas komik-komik karangan Juni Santoso atau disebut pula dengan JunSant.
DANGEROUS GIRL vol-1
Dari keempat komik yang ada, Dangerous Girl merupakan komik yang paling tebal, kira-kira sejumlah tiga buah komik yang lain dijadikan satu. Komik ini menceritakan balas dendam Vita Nurani yang keluarganya dibantai oleh sekelompok penjahat. Adegan baku tembak dan aksi menjadi sajian utama dalam komik ini.
Segi penceritaan yang menjadi harapan saya dalam membaca komik ini ternyata masih belum sesuai dengan ekspektasi. Tempo penceritaan berjalan dengan terlalu cepat dan terlalu berorientasi kepada aksi. Kegiatan tokoh utama, Vita Nurani, hanya berkutat pada latihan, mengumpulkan informasi, dan eksekusi terhadap target operasinya. Para penjahat utama yang menjadi target Vita nampaknya hanya ditempatkan sebagai sarana tumbal dari balas dendam. Kemunculan mereka hanya sekadar satu dua dialog kemudian mati dengan berbagai cara, layaknya zaku hijau sebagai kembang api dalam serial gundam, meledak indah hanya untuk dilupakan.
Pengkarakteran juga masih memiliki kekurangan baik mengenai karakter sang tokoh utama maupun karakter-karakter pendukungnya. Meminjam istilah dalam Dungeon and Dragon, JunSant nampaknya mengkarakterkan Vita sebagai chaotic-good. Vita bertindak menghukum para penjahat yang tidak tersentuh oleh tangan hukum dengan caranya sendiri. Sayangnya, hal yang cukup menarik ini belum dapat dieksekusi dengan sempurna. Kehandalan Vita dalam mengumpulkan informasi tidak sejalan dengan kehandalan untuk menjadi pembunuh yang handal.
Dalam salah satu adegan, Vita tidak segan-segan menggunakan senjata api untuk membunuh penjambret yang ditemuinya di jalan dengan menembak langsung ke arah dahi si jambret kemudian berjalan begitu saja. Sebagai seseorang yang ingin membalas dendam kepada orang banyak, perhatian dari banyak orang tentu saja merupakan sesuatu yang fatal. Kelemahan pengkarakteran juga diperlihatkan pada karakter pendukung yang ada. Hal ini ditunjukkan pada salah satu adegan ketika Vita berhasil menembak targetnya dari gedung seberang, sang tokoh pendukung hanya berdiri saja di dekatnya dan bertanya dengan polosnya “kau beneran sniper?”. Vita yang memiliki sifat trigger happy alias gemar menarik pelatuk tanpa tedeng aling-aling langsung menghujani sang penanya dengan peluru yang dengan ajaibnya gagal menghabisi nyawa sang penanya. Sempat terjadi beberapa pertukaran dialog antara Vita dan penanya tetapi kurangnya penggambaran ekspresi menyebabkan dialog menjadi terasa hambar dan tak berjiwa.
Di luar isi komik, kualitas fisik komik masih memerlukan perbaikan. Terdapat satu halaman yang tercetak dalam urutan yang terbalik, sehingga halaman yang seharusnya tercetak di sebelah kiri menjadi tercetak di sebelah kanan dan sebaliknya yang sempat membuat saya merasa bingung dalam membaca komik ini.
Di balik segala kekurangan dari komik ini, terdapat satu panel yang sempat membuat saya tertarik dan merenung, “Adakah ada ‘rasa-rasa’ yang lain?”, sambil melihat wajah sang algojo.
Tiga gadis Jagoan lainnya
Tidak banyak yang dapat dibahas dari ketiga komik yang lain karena plot yang disajikan oleh JunSant baru sebatas latar belakang cerita. Ketiga komik JunSant lain memiliki fokus genre yang berbeda. Komik Unknown Zone ber-genre aksi-horor, Pija ber-genre aksi-fantasi sedangkan Identity aksi-fiksi sains.
Kisah pada Unknown Zone dimulai dengan pengejaran sebuah tim polisi yang beranggotakan tiga orang terhadap sekawanan penjahat yang merampas mobil milik warga. Nasib sial menimpa kawanan penjahat tersebut karena mobil yang mereka rampas mogok di pinggir hutan. Para penjahat tersebut pun lari ke dalam hutan untuk menghindari kejaran dari polisi. Dengan semangat menggebu, ketiga polisi tersebut pun ikut masuk ke dalam hutan walaupun satu di antara mereka sadar bahwa biasanya tidak ada hutan di daerah tersebut. Hutan yang misterius itupun diberi nama Unknown Zone.
JunSant mencoba untuk menyuguhkan jenis horor “tradisional” di mana para tokohnya masuk ke daerah misterius yang di dalamnya terkandung marabahaya. Para tokoh yang terlibat terpisah satu demi satu untuk kemudian diserang oleh makhluk misterius (pada komik ini berupa setan alas yang penampakan wajahnya mengingatkan saya pada komik Attack on Titan).
Pada komik yang saya baca, Unknown Zone juga mengalami masalah dalam fisik komik. Komik ini memiliki penomoran halaman tetapi tidak semua halaman memiliki penomoran. Di sisi lain, ada halaman yang terlewati sehingga terdapat cerita yang hilang.
Identity menceritakan Permana yang sedang merenung di pantai akibat diputuskan oleh pacarnya tiba-tiba tertimpa seorang gadis bertangan mesin yang jatuh dari langit. Sang gadis ternyata kehilangan ingatannya dan sekelompok makhluk asing tengah mengincar dirinya. Identity memiliki kualitas yang sedikit spesial karena dibandingkan komik-komik yang lain, komik ini dicetak secara berwarna dan menggunakan kertas glossy.
Gambaran cerita mengenai Pija (Pitek Jagoan) tidak dapat dibahas secara mendetail karena saya belum membaca baik volume 1 maupun 2 dari komik ini. Sinopsis yang ada menceritakan tentang seorang tokoh yang dikutuk sehingga menjelma menjadi seekor ayam jago dan bertindak menyelamatkan desa dari kawanan perampok. Dari keempat komik karangan JunSant, pija memiliki kualitas gambar yang sedikit lebih baik. Jika karakter dalam komik-komik sebelumnya terkesan tanpa ekspresi, tokoh dalam komik ini sudah memiliki ekspresi walaupun sekadar ekspresi kartun ketika dipatok ayam. Permasalahnnya, hubungan antara sang gadis dalam sampul komik, sang ayam, maupun warga desa cukup sulit dipahami karena di satu sisi ada warga yang membenci sang gadis tetapi di sisi lain ada warga yang membela si gadis ketika diserang oleh si ayam.
Perlu fokus dan pengembangan lebih lanjut.
JunSant merupakan komikus yang cukup produktif. Hal ini dapat dilihat dari setidaknya sudah terdapat empat buah komik yang diterbitkan, walaupun semuanya merupakan komik amatir. Namun, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
Gambar yang ada secara umum masih perlu peningkatan karena pembaca merasa kurang nyaman dalam menikmati cerita yang ada. Karakter-karakter yang ada belum memiliki tampilan fisik yang berkesan bagi pembaca pembaca. Hal ini contohnya terdapat pada Unknown Zone di mana figur Hesti yang merupakan tokoh utama sulit dibedakan dengan polwan tanpa nama yang melakukan pengejaran ke dalam hutan. Ekspresi wajah sering tidak sesuai dengan dialog yang ada sehingga emosi yang dirasakan sang tokoh tidak dapat tersampaikan kepada pembaca.
Tokoh-tokoh utama dari keempat komik ini memiliki tipikal karakter yang sama ataupun setidaknya mirip yaitu cewek jagoan dengan semangat yang meledak-ledak bahkan terkadang bertindak gegabah. Cewek-cewek jagoan ini juga memiliki solusi yang mirip-mirip pula dalam menghadapi permasalahannya, yaitu menggunakan adu fisik daripada menggunakan diplomasi.
Tipografi dan pemilihan kata masih perlu untuk dibenahi. Dialog antartokoh masih terasa kaku dan kurang mendalam. Kesalahan pengetikan teks masih banyak ditemukan pada keempat komik ini. Di sisi lain, pada komik Dangerous Girl, terdapat penulisan teks dalam bahasa Inggris yang juga terasa janggal.
Saran bagi JunSant sebaiknya fokus terlebih dahulu dengan membuat satu komik diselingi latihan untuk meningkatkan kualitas penceritaan dan gambar serta menambah banyak referensi agar komik yang diciptakan lebih terasa gurih, renyah, dan menggigit.
KAORI Newsline | oleh Adi Wibowo Wendar