Scheduled Suicide Day (Jisatsu Yoteibi) karya Akiyoshi Rikako adalah novel yang mengisahkan tentang seorang gadis SMA bernama Ruri yang meyakini bahwa ibu tirinya lah yang telah membunuh ayahnya. Ruri pun bertekad untuk menyusul ayahnya dengan cara bunuh diri. Dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke sebuah desa yang sangat terkenal sebagai tempat bunuh diri, akan tetapi Ruri malah bertemu dengan hantu seorang pemuda yang menghentikan niatnya. Hantu itu berjanji akan membantu Ruri menemukan bukti yang di sembunyikan oleh ibu tirinya, dengan janji dia akan membiarkan Ruri mencabut nyawanya seminggu kemudian jika bukti tersebut tidak dapat dia temukan. Itulah jadwal bunuh diri Ruri: satu minggu, terhitung dari hari itu.

Akiyoshi Rikako membawakan cerita dalam novel ini dengan tempo yang lambat. Akiyoshi Rikako mampu menggambarkan interaksi setiap tokoh secara realistis dan mampu menunjukan tahap pendewasaan dari karakter utama dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada dirinya.
Membawakan Fengshui dan Shio sebagai Kerangka Dasar Cerita Menumbuhkan Keunikan Tersendiri
Novel ini memiliki keunikan tersendiri karena penggunaan ilmu topografi kuno seperti fengshui dan shio. Selain itu, tiap bab menggunakan Rokuyo atau hari beruntung dan sial dalam kepercayaan kalender Jepang. Elemen ini membawa kesan khas tersendiri untuk cerita novelnya. Hari-hari itu terdiri dari:
Taian atau Daian (大安), Shakkou / Jakkou / Shakku / Jakku / Sekiguchi (赤口), sakigachi / senshou / senkachi / sakikachi (先勝), Tomobiki atau Yuuin (友引), Senpu / Senmake / Sakimake (先負), Butsumetsu (仏滅), dan terakhir sama seperti pertama yaitu Taian atau Daian (大安)
Judul yang Gelap Tak Segelap Isi Cerita
Kembali lagi kepada Scheduled Suicide Day. Jujur saja ketika memulai membaca judul novel ini saya merasa cerita novel ini akan sangat gelap dan membawa unsur keputusasaan. Pada kenyataannya ternyata tidak segelap itu. Pada awalnya Anda akan disuguhkan dengan tema yang cukup gelap, terutama ketika melihat tulisan surat pada awal ceritanya.
“Yang membunuh ayahku adalah ibu tiriku.Tapi ibu tiriku menghancurkan semua bukti, dan sekarang hidup dengan santai. Aku kehilangan harapan pada kehidupan yang seperti ini. Selamat tinggal, aku berharap suatu hari nanti, karma akan terjatuh dari langit atas ibu tiriku” – Ruri Watanabe
Dari kutipan ini saja pembaca pasti akan merasa bahwa cerita ini akan berjalan dengan cukup tragis. Namun, seiring dengan berjalannya cerita hal itu akan tergantikan dengan suguhan misteri dan thriller yang akan membuat pembaca hanyut dibawa oleh rasa penasaran apa yang akan terjadi pada setiap halamannya.
Alur Maju – Mundur yang Mudah Dipahami serta Penggambaran Konflik yang Seperti Dua Sisi Uang Koin
Kelebihan yang paling mencolok dari novel Scheduled Suicide Day adalah cara penulis membawakan alur cerita. Alur maju – mundur yang dibawakan menjadi kunci utama untuk menarik rasa penasaran, karena setiap flashback yang terjadi akan memperjelas alasan mengapa sang karakter utama membenci ibu tirinya, dan flashback ini juga akan memperlihatkan secara tersirat bagaimana cara ayah dari sang karakter utama menghembuskan nafas terakhirnya. Penggambaran jalan cerita terasa seperti dua sisi uang koin, menciptakan konflik yang akan membuat pembaca menjadi dilema ketika memikirkan kebenaran sesungguhnya. Meskipun membawakan alur cerita maju – mundur novel ini cukup mudah dipahami jalan ceritanya. Penggambaran setiap tokoh yang kuat serta eksekusi matang pada saat krusial dalam cerita menjadi nilai tambah untuk novel ini. Plot twist tidak terduga pada penghujung cerita memberikan klimaks yang akan memuaskan para pembaca.
Cerita yang Terlalu Berfokus pada Ruri
Penglihatan sisi tokoh pada novel ini terlalu berfokus pada sang karakter utama, yaitu Ruri, dan terlihat jarang memperlihatkan karakter yang memiliki peran cukup penting yaitu Shiina Hiroaki. Penulis terlalu mengabaikan sudut pandang tokoh lain menjadikan pembaca merasa sedikit bosan untuk terus membaca novel ini dalam waktu yang lama.
Kesimpulan
Meskipun sudut pandang terlalu berfokus pada tokoh utama, tetapi novel ini menyuguhkan kelebihan lain yang sanggup menutupi kekurangan dalam cerita. Gaya bahasa yang ringan meskipun membawa tema berat membuat Akiyoshi Rikako sukses membuat pembaca dapat dengan mudah memahami pesan tersembunyi dalam cerita.
Akiyoshi Rikako dalam buku ini seperti menyindir tempat – tempat indah yang berubah image-nya menjadi tempat yang menyeramkan karena banyaknya orang yang mengakhiri hidupnya di tempat tersebut. Sebagai contoh, Hutan Aokigahara. Dalam buku ini juga Akiyoshi Rikako juga menjelaskan perlunya dukungan dan kepekaan terhadap orang orang sekitar kita yang telah menunjukan tanda – tanda ingin mengakhiri hidupnya.
Sebagai buku novel yang dirilis dalam bahasa Indonesia, penerjemahan yang dikerjakan oleh Andry Setiawan sudah sangat baik dan alur yang dibawakan sudah sangat jelas. Namun ada sedikit typo pada bagian akhir penulisan tokoh pendukung antara lain Mutsumi menjadi Mutumi dan Namie menjadi Manie. Novel Scheduled Suicide Day sendiri telah diterbitkan oleh Penerbit Haru pada tahun 2017.
KAORI Newsline