Battle of Surabaya
Sutradara: Aryanto Yuniawan
Produser: Aryanto Yuniawan, Hery Soelistio, Adi Djayusman
Penulis: M. Suryanto, Aryanto Yuniawan
Pengisi Suara: Ian Saybani (Musa), Maudy Ayunda (Yumna), Reza Rahadian (Danu), Novie Burhan (Aminah/Ibu Musa), Tanaka Hidethoshi (Yoshimura), Jason Williams (John Wright), Sana Hamada (Kioko), Alan Bona (Solehudin), Guritno (Narator, Residen Soedirman), Harjayah Hermano (RM. Soerjo), Jumali Jindra (Drg. Moestopo), Kamal Nasuti (Radjamin Nasution)
Waktu Tayang: 99 Menit
Produksi: MSV Pictures
Setelah menunggu selama tiga tahun dengan suguhan trailer sana sini dan rumor yang menyatakan bahwa film ini tidak akan pernah selesai akhirnya Battle of Surabaya, film animasi 2D garapan MSV Pictures rampung dan siap untuk ditonton di bioskop. Banyak yang awalnya meragukan film ini terutama pecinta anime Jepang yang menganggap sebelah mata film ini dan keraguan tersebut dijawab dalam film ini.
Battle of Surabaya mengambil latar setelah pemboman kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Sekutu, Jepang mengakhiri perang melawan Sekutu. Setelah Jepang menyerah Indonesia akhirnya merdeka, namun langit Surabaya kembali memerah. Peristiwa Insiden Bendera di Hotel Yamato dan kedatangan Sekutu yang ditumpangi Belanda menuntut hak atas Hindia Belanda. Di sisi lain juga terjadi gangguan oleh beberapa kelompok pemuda Kipas Hitam, sebuah organisasi paramiliter bentukan Jepang.
Cerita dimulai dari seorang remaja penyemir sepatu bernama Musa yang kemudian bertugas sebagai kurir surat-surat rahasia untuk para tentara dan milisi pejuang Indonesia serta mengantar surat-surat pribadi para pejuang untuk keluarganya. Dalam menjalankan misinya Musa dibantu oleh sahabatnya Yumna dan Danu. Musa mengalami serangkaian peristiwa mulai dari melihat sendiri peperangan yang terjadi, mendengar banyak cerita dari partisipan perang sampai dikejar-kejar dengan tentara Sekutu.
Dari segi animasi, film buatan MSV Pictures dan STMIK AMIKOM Yogyakarta ini memang tergolong masih kurang mulai dari inbetween animation yang terlihat sangat kasar, perpindahan frame yang terasa loncat dari frame sebelumnya, pencampuran 2D dengan 3DCG yang cukup menonjol serta cerita di awal yang terasa kasar dan mungkin akan sedikit membingungkan. Penggambaran adegan action juga masih terasa kurang luwes dan terlihat kaku. Untungnya hal ini ditutupi dengan penggambaran ekspresi karakter yang sangat ekspresif dan tidak terkesan kaku juga gambar latar yang sangat indah dan rapi.
Battle of Surabaya cukup pintar dalam mengambil latar untuk menjadi landasan cerita. Latar cerita dalam film ini adalah kejadian sebelum Perang Surabaya sehingga film ini tidak secara generik menceritakan tentang keadaan perang. Cerita dalam film ini juga tidak melulu tentang perang malah film ini menonjolkan sisi lain dari peperangan yang memilukan dan mengambl sudut pandang dari korban perang juga partisipan perang yang membuat film ini menjadi humanis. Tagline “There is no glory in war” memang menjadi pakem cerita yang ada di film ini dan dapat dieksekusi dengan baik. Film ini juga mengingatkan akan karya dari studio Ghibli yang berjudul “Grave of the Fireflies” di mana tokoh utama dari film ini sama-sama korban perang. Film ini juga tidak terlalu mengumbar nasionalisme secara berlebihan seperti yang dilakukan oleh film serupa sehingga film ini siap untuk ditonton oleh pasar internasional. Beberapa adegan di film ini juga mencomot beberapa stereotip yang muncul di film Hollywood.
Plot yang disajikan Battle of Surabaya cukup berisi dengan pengembangan masing-masing karakter yang pas dan tidak terasa terburu-buru. Ada beberapa unsur mellow dalam film ini namun unsur mellow ini tidak terkesan terlalu melankolis dan masih dalam taraf wajar untuk cerita drama war. Cerita ini mempunyai banyak dialog yang penuh akan twist juga beberapa adegan yang memancing gelak tawa karena bermain dengan logat daerah dan juga situasi yang komikal membuat cerita dari Battle of Surabaya bisa menutup animasi yang mungkin belum maksimal.
Semua pengisi suara dalam di Battle of Surabaya juga menjalankan tugasnya dengan baik terutama dua bintang yang ada di film ini yaitu Reza Rahadian sebagai Danu dan Maudy Ayunda sebagai Yumna. Sayangnya Maudy terlihat kurang maksimal dan terdengar cukup datar menyuarakan Yumna ketika masuk ke bagian action meskipun di bagian lain ia terdengar manis dan imut ketika ia menyuarakan Yumna, on the other side Reza menyuarakan karakter Danu dengan sangat baik. Karakter Danu yang cenderung mengarah ke psikopat dapat dibawakan dengan baik oleh Reza Rahadian, Reza menyuarakan karakter ini dengan sangat luwes di semua adegan baik adegan biasa maupun adegan action. Ian Saybani yang menyuarakan karakter Musa yang polos namun pemberani juga mampu menyuarakan karakter ini dengan sangat baik. Chemistry antar pengisi suara juga berjalan dengan sangat mulus.
Sebagai sebuah starter bagi sebuah film animasi bioskop 2D pertama buatan lokal, Battle of Surabaya sudah melaksanakan tugasnya dengan sangat baik, Battle of Surabaya mempunyai cerita yang melebihi standar film animasi buatan Indonesia bahkan film Indonesia itu sendiri, cerita dalam film ini terbilang mulus dan pas dalam memainkan genre drama war namun tidak terjebak dalam kata drama yang over meskipun dari segi animasi dari Battle of Surabaya memang banyak sekali yang harus diperbaiki.
There is no glory in war but this movie has many glorious moment inside it. Dengan adanya Battle of Surabaya terbukti bahwa film Indonesia masih bisa membuat film yang mempunyai cerita yang bagus dengan tambahan animasi yang juga mampu dibuat dengan baik untuk kategori starter.
Skor: 8/10
KAORI Newsline | oleh Luthfi Suryanda Atmojo | Penulis adalah mahasiswa Sastra Jepang Universitas Padjajaran. Selain aktif menulis di KAORI Nusantara penulis juga menulis di Trax Magazine dan Creativedisc. Saat ini sedang menjadi penyiar dan produser program musik Jepang di Zora Radio Bandung
Film-nya Keren Banget~
Memang Nggak Seindah Animasi Luar Negeri, Tapi Animasi Yg Diberikan Ke BATTLE OF SURABAYA Sedah Sangat Luar Biasa !!!
Aku Berharap Animasi Indonesia Akan Terus Berkembang & Makin Berjaya :3
Cerita Keren Banget, Sedikit Menginggatkan Aku Dengan Karya UROBUCHI & JUN MAEDA 😀
Intinya, Ini Keren Banget !!!
Untuk yang pertama kalinya, itu semua wajar. Jika diteruskan, perkembangan akan terjadi sampai akhirnya Indonesia jadi punya ciri khas sendiri nantinya.
Waktu kira-kira setengah jam pertama, kesannya bingung gitu mau nyari ke-khasan animasi Indonesia dimana.
Dan pemilihan setting latar ceritanya bagus, jadi emosi penontonnya jalan. Tapi, aku agak bias antara karena emang ceritanya bagus atau aku-nya yang orang Indonesia jadi ngerasa ikut ada di dalam cerita.
Untuk animasi yang terasa kasar, ya wajarlah, di Indonesia masih belum banyak animator dan di sisi lain mungkin sebetulnya ada beberapa bakal animator handal yang ternyata belum terwadahi bakatnya sehingga beralih profesi. Sungguh disayangkan.
Animasi ini sudah bisa dikatakan sebuah prestasi besar dan sebuah revolusi di bidang animasi Indonesia yang mana sering dipandang sebelah mata oleh sebagian pihak.
Dengan munculnya animasi ini diharapkan semoga dapat menggerakkan para animator Indonesia untuk dapat berani mengembangkan bakatnya dan percaya diri akan hasil karyanya yang konon selalu pupus (baca: banting setir) ketika dipandang sebelah mata dan ketika dihadapkan kepada masalah ekonomi.