“Adanya masyarakat kelas bawah sangat diperlukan bagi keberlangsungan kelas atas, untuk itu kelas 3-E harus tetap ada untuk keberlangsungan kelas-kelas elit di SMP Kunugigaoka”
Satu lagi film live-action yang diadaptasi dari seri komik dan anime hadir di Indonesia. Kali ini, pihak Encore Films & Moxienotion mempersembahkan film live-action yang diadaptasi dari seri komik karangan Yusei Matsui, yakni Assassination Classroom. Komik yang diserialisasi di ini sebelumnya telah dirilis pada awal tahun sebagai seri anime yang diproduksi oleh studio Lerche dengan Seiji Kishi sebagai sutradaranya. Di Indonesia sendiri pihak penerbit Elex Media Komputindo sudah merilis seri komik ini.
Assassination Classroom versi live-action ini disutradarai oleh Eiichiro Hasumi sang sutradara dari seri drama TV dan film Sea Monkey and Mozu. Film ini sendiri dibintangi oleh Kazunari Ninomiya, anggota grup idola Arashi yang mengisi suara karakter Korosensei, Yamada Ryosuke, artis multitalenta yang juga anggota Hey! Say! JUMP memerankan sang karakter utama Nagisa Shiota. Selain artis Jepang, terdapat juga aktris Korea yang berperan di film ini, Kang Ji-Young berperan sebagai karakter Irina Jelavic di film ini.
Film ini mengisahkan mengenai para murid di kelas 3-E SMP Kunigigaoka yang kedatangan seorang guru aneh. Kelas 3-E merupakan kelas yang paling terbelakang disekolah tersebut, bahkan ruang kelasnya pun terpisah dari bangunan sekolah yang elit dan berada di dalam pegunungan terpencil. Suatu hari, kelas tersebut kedatangan guru baru, bulat, kuning, memiliki kecepatan tinggi, dan bertentakel. Guru tersebut adalah makhluk asing yang telah menghancurkan 70% permukaan bulan.
Berikut ini trailer dari film Assassination Classroom:
[youtube=https://youtu.be/Z_Oq2DkewfY]
Setelah menghancurkan bulan, ia bertekad untuk menghancurkan bumi dalam kurun waktu satu tahun berikutnya. Berbagai kekuatan militer dari seluruh dunia telah dikerahkan untuk menghabisinya namun tidak ada satupun yang bisa melukai makhluk dengan kecepatan 20 mach tersebut. Satu cara yang dapat ditempuh untuk menghabisi makhluk tersebut adalah, menyuruh para murid kelas 3-E membunuh makhluk yang kini menjadi guru kelas mereka tersebut. Dalam waktu 1 tahun, para murid yang dianggap sebagai murid dari kelas terbelakang ini diharuskan membunuh sang guru sebelum ia menghancurkan bumi. Dengan sebuah persenjataan khusus yang tidak berbahaya pada manusia namun dapat melukai makhluk tersebut, Shiota Nagisa dan teman-teman lainnya di kelas 3-E berusaha membunuh Korosensei (Korosenai Sensei, guru yang tidak bisa dibunuh) dengan iming-iming imbalan 10 juta Yen.
Replikasi dalam sebuah film live-action yang diadaptasi dari sebuah komik atau seri anime merupakan salah satu hal yang cukup krusial. Beberapa film live-action cukup banyak menerima kritik dan pandangan skeptis karena dianggap tidak bisa me-replikasi apa yang ada di komik maupun anime secara baik. Film live-action Assassination Classroom ini bisa dibilang mampu menampilkan sebuah replikasi yang baik. Seluruh interior kelas 3-E dan bangunan kelas tersebut berhasil direplikasi dengan baik.
Tidak hanya sebatas pada settingnya saja, namun dari para karakter yang ditampilkan juga cukup me-replikasikan para karakter di seri komik dan animenya. Meski secara sifat dan penokohan para karakter tersebut cukup mirip dengan apa yang ada di komik dan animenya, namun masih ada beberapa hal yang berbeda, salah satunya adalah warna rambut para karakter yang mayoritas ditampilkan hitam bagaikan warna rambut orang normal. Namun beberapa karakter tetap menampilkan warna rambut khasnya, seperti Karma Akabane yang tetap tampil acuh dengan rambut merahnya, maupun Irina “Bitch-Sensei” Jelavic yang tampil menggoda dengan rambut pirangnya.
Selain setting tempat dan karakter, satu poin yang berhasil direplikasi dengan baik lainnya adalah adegan-adegan khas dari seri Assassination Classroom. Jika mengikuti seri komiknya, saat awal membaca pembaca akan disuguhkan dengan adegan Korosensei mengabsen para murid yang tengah menembakkan hujanan peluru kearah dirinya. Begitupun dengan di seri animenya, penonton akan disuguhkan adegan serupa di episode pertama. Adegan tersebut pun tetap dipertahankan pada bagian awal di film ini, dimana film ini dibuka dengan adegan absensi kehadiran tersebut. Tak lupa pula cukuran rambut yang dilakukan Korosensei pada Karasuma juga hadir membuka film ini di awal.
Meski memiliki berbagai kesamaan dengan seri anime dan komiknya tersebut, tentu masih ada hal yang berbeda pada film ini. Hal yang paling membedakan di film live-action ini dengan versi anime dan komiknya adalah kemunculan para karakter yang dibagian awal film sudah hadir. Seperti sang guru bahasa Inggris yang cukup menggoda, Irina Jelavic. Pada film live-action ini, Jelavic sudah ada di kelas 3-E saat Korosensei mengabsen murid-murid kelas tersebut di awal film. Alih-alih datang sebagai guru baru, Jelavic justru sudah hadir di awal film dengan bersembunyi di dalam sebuah lemari menanti waktu yang tepat untuk membunuh Korosensei. Tidak hanya Jelavic, begitupun dengan kemunculan Karma Akabane, meski saat absen di awal memang belum muncul, namun kemunculannya di kelas 3-E cukup cepat.
Hal tersebut sangat berpengaruh pada bagaimana sebuah film berdurasi hampir 2 jam mengemas berbagai kisah yang ada di seri anime dan komiknya. Secara komposisi cerita memang bisa dikatakan bahwa di film live-action ini cukup padat kisah yang disajikan, sekitar puluhan bab di komik dan 1 musim cerita di seri animenya dipadatkan dalam satu film ini. Oleh karena itu dalam pemadatan cerita tersebut ada beberapa hal yang diubah seperti saat kemunculan Jelavic yang pada kisah aslinya muncul di pertengahan cerita namun di film ini tampil di awal. Namun meski banyak dan padatnya kisah yang ditampilkan, bisa dibilang film live-action Assassination Classroom ini mampu mempertahankan benang merah ceritanya dengan konkrit sehingga cerita yang ada tetap nyaman untuk diikuti, bahkan dirasakan sangat tepat jika ditampilkan dalam durasi 2 jam. Penonton masih dapat mengikuti keseluruhan jalan cerita dengan jelas karena fokusnya sangat tetap dipertahankan.
Assassination Classroom, sebagai film yang diadaptasi dari komik yang terbit untuk demografi pembaca shonen, aksi merupakan sajian dari film ini. Berbagai aksi yang ada di film ini cukup tampil menegangkan, baik saat para murid berusaha menembaki Korosensei dengan hujanan peluru, maupun saat Korosensei harus melawan Itona.
Berjudul sebagai Assassination Classroom, film ini benar-benar menampilkan usaha Assassination oleh para murid yang dididik menjadi Assassin didalam sebuah ruang kelas. Uniknya, meskipun berfokus pada usaha pembunuhan Korosensei, namun unsur Classroom tetap ditampilkan pada film ini. Selain harus memikirkan cara membunuh Korosensei, Nagisa dan teman-temannya pun menjalani kehidupan sebagai murid sekolah seperti murid-murid lainnya. Ia tetap menjalani bagaimana suasana belajar Matematika, Kimia, dan Bahasa Inggris di dalam ruang kelas. Bahkan sebagai seorang target pembunuhan, Korosensei justru hadir sebagai guru yang berusaha untuk mendidik para murid-murid di kelas 3-E untuk dapat memahami pelajaran dengan baik dan tidak mudah minder karena sering dihina sebagai kelas terbelakang.
Bisa dibilang, selain mengisahkan usaha pembunuhan terhadap makhluk yang hendak menghancurkan bumi tersebut, film Assassination Classroom ini juga mengisahkan mengenai perjuangan para murid-murid kelas 3-E untuk menuntut ilmu dengan baik dan berusaha membuktikan bahwa meskipun dianggap sebagai kelas terbelakang, namun mereka juga memiliki daya saing yang sama seperti kelas lain. Setiap hari Korosensei dan guru-guru yang lain selalu memberikan pengarahan mengenai pelajaran dan bahkan memberikan nasihat pada para murid untuk jangan melupakan pelajaran meskipun diberi tugas untuk membunuh. Karena bagi seorang pembunuh bayaran, pendidikan dan pengetahuan adalah hal yang penting dan krusial saat hendak melakukan misi. Diperlukan perhitungan dan strategi dalam melakukan sebuah pembunuhan. Nasihat ini diterapkan oleh para murid yang berusaha sekuat tenaga dalam belajar untuk dapat memikirkan strategi agar dapat membunuh Korosensei.
Selain aksi, film ini juga memiliki muatan drama yang cukup mewarnai film ini. Unsur drama di film ini tampil dengan porsi yang cukup pas di film ini. Berbagai unsur drama di film ini hadir dari interaksi antar para murid yang memiliki pemikirannya masing-masing yang diharuskan untuk bekerja sama sebagai sebuah tim, terutama saat kehadiran Itona dan Daddy Sensei. Selain itu, meski diawal film para murid semangat untuk membunuh Korosensei, namun perlahan para murid merasa bahwa Korosensei adalah sosok guru yang berjasa karena mampu mengajar kelas 3-E dengan baik dan memberikan semangat serta motivasi pada para murid.
Bisa dikatakan muatan di film ini cukup lengkap dan menghibur, selain aksi dan drama, komedi juga menjadi satu unsur yang bermain penting pada film ini. Meskipun mengambil kisah mengenai usaha pembunuhan, namun film ini masih tetap memiliki porsi komedinya. Banyak hal-hal lucu dan menggelitik yang terjadi karena berbagai ulah yang dilakukan oleh para murid maupun Korosensei sendiri. Seperti saat Nagisa dipaksa untuk ikut mengintip para murid perempuan saat sedang menginap di sekolah, maupun Korosensei yang sering berbuat hal aneh dan diluar dugaan seperti memerika ujian ketika tengah dikejar oleh pesawat Jet tempur, keliling dunia demi memberikan pelajaran bahasa asing dengan para murid, membuat takoyaki ketika kelas tengah berlangsung, dan menyamar menjadi perempuan saat para murid perempuan sedang dalam sesi curhat. Beragamnya sifat para murid di kelas 3-E juga cukup berhasil membuat guyonan tersendiri, seperti bagaimana para murid harus menghadapi murid baru yang merupakan sebuah software dengan sosok wanita cantik. Berbagai hal aneh tersebut menghasilkan berbagai kejadian yang tak terduga dan mengundang gelak tawa.
Kesimpulan
Diadaptasi dari seri komik karangan Yuusei Matsui dan seri anime besutan Lerche Studio, film live-action Assassination Classroom berhasil mereplikasi berbagai detail dari karya aslinya mulai dari setting tempat, sifat para karakter, hingga cerita yang ada semua berhasil diangkat dengan baik dalam versi live-action. Film ini juga menarik ditonton karena muatan ceritanya yang cukup konkrit, serta unsur aksi, drama, dan komedi yang semakin membuat film ini menjadi sebuah hiburan yang menyenangkan untuk disimak. Meskipun diadaptasi dari komik dan anime, namun bagi anda yang tidak mengetahui karya aslinya dipastikan dapat dengan mudah mengerti kisah dari anime ini karena narasi yang cukup jelas dan cerita yang memang diatur sedemikian rupa untuk sebuah film berdurasi 2 jam. Film ini merupakan salah satu bentuk film Jepang yang layak ditonton bagi penggemar seri komiknya, maupun bagi anda yang sedang mencari alternatif tontonan di bioskop.
KAORI Newsline | Diulas oleh Rafly Nugroho