Saat ini, telah 15 tahun berlalu sejak kereta rel listrik (KRL) berpendingin udara (AC) eks Jepang mulai melayani perkeretaapian komuter Jabodetabek. Seiring menuanya usia pakai beberapa rangkaian KRL seri awal, regenerasi armada terus bergulir, dimulai dari kedatangan armada KRL anyar (walaupun bukan baru) dengan berbagai seri secara masif dalam jumlah banyak sejak 2010 hingga saat ini, ditariknya KRL non-AC dari peredaran pada 2013 lalu sampai berhentinya operasi beberapa rangkaian KRL seri 6000 eks-Toei yang merupakan seri KRL eks Jepang pertama di Indonesia, belum lama ini.

Penarikan beberapa armada KRL lama yang telah habis usia pakainya dan teronggoknya beberapa rangkaian KRL dengan kerusakan parah menimbulkan masalah, dimanakah mereka akan ditempatkan setelah tak dapat melayani penumpang lagi. Awalnya, jalur yang banyak dan belum dioptimalkan di dipo KRL Depok, Jawa Barat dan Balai Yasa Manggarai, Jakarta Selatan dimanfaatkan untuk menyimpan rangkaian-rangkaian yang sudah dipensiunkan dan/atau mengalami kerusakan yang tak lagi dapat diperbaiki. Namun, seiring berjalannya waktu, armada KRL Jabodetabek terus menerus bertambah, terlebih setelah didatangkannya KRL seri 205 dari JR East dengan jumlah fantastis, 476 unit (60 trainset) dalam 2 tahun terakhir. Mau tak mau, dengan aktivitas di dipo dan Balai Yasa yang semakin meningkat berikut dibutuhkannya ruang untuk parkir rangkaian-rangkaian KRL yang aktif berdinas, Unit-unit KRL yang rusak dan sudah tak beroperasi lagi harus disingkirkan ke tempat yang lebih luas dan tidak mengganggu operasional harian di dipo maupun Balai Yasa. Pada tahap awal, dipilihlah stasiun Purwakarta dan Cikaum di Jawa Barat sebagai tempat “peristirahatan terakhir” KRL yang sudah tak lagi berdinas.
Jauhnya dua stasiun tersebut dari wilayah Jabodetabek menimbulkan inefisiensi karena harus berulang-kali melakukan pengiriman rangkaian. Akhirnya, PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) membuka lapak baru penempatan KRL yang sudah afkir di wilayah dipo KRL Depok. 60 unit KRL afkir dengan berbagai seri karena rusak berat ataupun habis masa dinasnya yang masih disimpan di dipo KRL Depok dipindahkan dari jalur simpan (stabling) KRL ke lahan kosong yang terdapat di bagian sampingnya. Pemindahan ini dilakukan untuk memberikan tempat yang lebih luas guna stabling dan/atau perawatan KRL yang masih aktif berdinas.

Sebelumnya, beberapa unit KRL yang sudah tidak lagi dipakai ini diparkir di beberapa jalur stabling sisi barat dipo KRL Depok. Ada lebih dari 60 unit KRL afkir yang diletakkan disana. Namun untuk pemindahan tahap pertama, baru 60 unit KRL yang dipindahkan terlebih dahulu ke lahan kosong di area dipo pusat KRL Jabodetabek tersebut.

Sejauh mata memandang, terhampar luas deretan 60 unit KRL yang sudah selesai dipindahkan dari rel sejak awal Desember lalu. 60 unit KRL ini terdiri dari beberapa seri dengan jumlah unit kereta yang bervariasi. Seri 6000 eks-Toei yang dikenal dengan seri 6000 Hibah menempatkan banyak armadanya di area ini. 44 unit sudah dibariskan rapi di “peristirahatan terakhir” nya, bersama 9 unit kereta seri 8500 eks-Tokyu, 1 kereta tak terpakai (potongan) seri 203 eks-JR East dan 4 kereta “potongan” seri 5000 serta 2 kereta seri 6000 eks-Tokyo Metro.

Sungguh menyedihkan melihat kondisi kereta-kereta ini, terlebih ketika teringat masa-masa dinasnya di Jabodetabek yang belum terlalu lama berlalu. Namun kerusakan dan usia pakai yang sudah menggerogoti mengharuskan mereka undur diri dari dunia persilatan KRL Jabodetabek untuk selamanya.
Terselip berbagai cerita menarik dari deretan KRL yang sudah dipensiunkan ini. Beberapa rangkaian yang sebenarnya “diluar dugaan” untuk afkir secepat ini ternyata harus bergabung dengan rangkaian-rangkaian lain yang memang sudah waktunya untuk pensiun. Rangkaian 6113F dari seri 6000 eks-Tokyo Metro dan rangkaian 8611F dari seri 8500 eks-Tokyu adalah dua rangkaian yang tergolong “muda” di Jabodetabek, namun kerusakan yang akut membuatnya tak lagi tertolong dan harus pensiun lebih awal mendahului rekan-rekan sejenisnya yang masih aktif berdinas.

Walaupun sesungguhnya, kedua rangkaian “muda” tersebut bukanlah rangkaian yang paling awal pensiun pada jenisnya. Rangkaian 6112F dari seri 6000 eks-Tokyo Metro dan 8613F (JALITA) dari seri 8500 eks-Tokyu telah afkir lebih dahulu dan saat ini disimpan di areal kosong nan terpencil di stasiun Cikaum, Jawa Barat. Menjadi lebih epik karena 8613F sejatinya adalah rangkaian KRL seri 8500 termuda yang datang paling akhir di tahun 2009 -bahkan menjadi ikon KCJ karena merupakan rangkaian KRL pertama yang didatangkan sejak KCJ berdiri- sebelum akhirnya berulang-kali mengalami gangguan dan harus mengakhiri dinasan singkatnya di Jabodetabek akibat larutnya kerusakan.

Tak ketinggalan, dua rangkaian KRL seri 6000 eks-Toei dengan kabin masinis tambahan yang dirakit di Balai Yasa Manggarai belasan tahun lalu turut dalam daftar KRL yang “dimakaman” di dipo KRL terbesar se-Asia Tenggara ini. Rangkaian 6177F yang lekat dengan sebutan “Espass” dan 6227F yang dikenal sebagai “Lohan” harus mengakhiri masa baktinya, karena tak mampu lagi beroperasi secara optimal setelah 15 tahun lamanya mengabdi di Jabodetabek.

Nasib kedua rangkaian ini tak seberuntung saudaranya, rangkaian 6217F yang masih beroperasi walau hanya menjadi kereta pelangsir di lokasi yang sama. Satu-satunya kesamaan diantara mereka adalah, ketiganya tak lagi dapat melayani penumpang untuk selamanya.

Walau masa tugasnya harus berakhir, beberapa unit KRL ini telah mendapat suksesor handal yang sanggup melanjutkan tugasnya yakni 476 unit KRL seri 205 eks-JR East yang mulai didatangkan KCJ sejak 2013 lalu, dengan harapan mampu meningkatkan taraf pelayanan kereta api komuter Jabodetabek menuju masa depan yang lebih baik lagi. Dan 60 unit KRL yang terdiam di dipo KRL Depok ini, bersama ratusan unit KRL afkir lain di Purwakarta dan Cikaum, adalah saksi bisu pengukiran sejarah, perubahan citra dan modernisasi KRL Jabodetabek yang kelak nantinya dapat kita ceritakan kepada generasi penerus.
(Simak Juga Review Singkat: Mengunjungi Dipo KRL Depok, Dipo KRL Terbesar di Asia Tenggara dan Yuk Intip Proses “Persiapan Tempur” KRL Seri 205 eks-Jalur Nambu)
Cemplus Newsline by KAORI | Faris Fadhli
kok bisa motret krl di situ? cara masuk ke diponya gmn?
wah, jd pengen liat ni KRL