Opini: Event Pop Culture Diadakan Hampir Tiap Minggu, Bagaimana Tips Mengontrol Fanatismenya?

1
Panitia Comifuro 7 melakukan proses boarding bagi calon pengunjung (Kevin W)

Pada tanggal 12-14 Agustus lalu, acara PopCon Asia dilangsungkan di JCC Senayan. Di minggu sesudahnya, juga dilangsungkan acara puncak Gelar Jepang UI di Parkir Timur Senayan. Kemudian, Sabtu-Minggu kemarin telah diadakan acara Battle of the Toys di JIExpo Kemayoran dan Hai Kawaii di Kawaii Wonder Grup Jl. RS Fatmawati Jakarta Selatan, Di akhir pekan yang akan datang, akan diselenggarakan Jakarta Japan Matsuri dan juga Orange Japan Week di Supermall Karawaci, yang event cosplay-nya melibatkan 2 juara World Cosplay Summit sebagai juri. Dua minggu sesudahnya pun ada AFAID yang akan diadakan di JIExpo, Kemayoran.

Berbagai event yang berhubungan dengan budaya populer tersebut diadakan hampir setiap minggu. Alhasil, hal itu juga membuka peluang bagi para penggemar budaya populer Jepang untuk menyalurkan aktivitas fanatismenya dalam ruang publik di event tersebut, yang biasanya mengadakan kompetisi cosplay, kompetisi costreet, dan juga menjual beberapa merchandise yang berkaitan dengan budaya populer Jepang. Dalam keadaan seperti itu, bagaimana fanatisme dalam ruang publik tersebut dapat dikontrol?

Tentu fanatisme sendiri tidak bisa dianggap negatif begitu saja. Harus diketahui terlebih dahulu apakah fanatisme tersebut positif atau justru mengarah ke negatif. Untuk menghindari fanatisme yang lebih mengarah ke bentuk negatif di event-event yang masih akan berlangsung dalam waktu yang berdekatan, berikut adalah beberapa tips mengenai kontrol fanatisme yang disusun berdasarkan pengalaman penulis dalam event-event budaya populer. Semoga bermanfaat bagi yang berminat.

Tips Dasar

  1. Perdalam nilai dan norma agama, budaya, dan kearifan lokal yang berlaku, sebab hal itulah yang sangat mendasari apakah yang kita perbuat boleh dilakukan atau malah dilarang, apakah itu bermanfaat atau malah bermudharat, dan sebagainya, termasuk menyikapinya. Dalam poin ini tidak begitu bisa dijelaskan secara detail, karena terutama agama merupakan persoalan yang lebih bersifat pribadi masing-masing. Karena itu perlu juga untuk lebih mengenal diri kita terlebih dahulu.
  2. Renungkan niat dan tujuan dalam melakukan aktivitas , termasuk apa manfaat dari aktivitas yang akan dilakukan. Begitu pun harus diakui bahwa apa pun yang kita lihat secara fisik atau amalan, kita tidak sepantasnya menilai orang begitu saja karena semua itu bergantung pada niat.
  3. Mengakui bahwa segala sesuatu pasti ada kelebihan dan kekurangan. Itulah sebabnya jangan terlalu fokus pada hal bagusnya, jangan mengidolakan yang hanya condong kepada kelebihannya, dan juga jangan menghina idola orang. Loyalitas terhadap apa yang diidolakan dalam kondisi apa pun, dan juga idolanya itu sendiri memang bisa dijadikan panutan. Namun perlu diingat juga bahwa orang bisa berubah, dari yang awalnya mengidolakan sesuatu menjadi tidak, karena satu atau lain hal.
  4. Pastikan apa yang kita perbuat berada pada tempat dan waktunya, termasuk juga aktivitas fanatisme. Hindari menampakkan kefanatikan di tempat yang lebih awam dan apabila ingin menampakkannya, sebaiknya benar-benar berada pada tempat dan waktu yang sesusai. Diluar itu, usahakan berpenampilan layaknya orang awam.
  5. Terakhir, jadilah diri sendiri. Dalam usaha kontrol fanatisme mungkin mencakup poin 1-4, namun menjadi diri sendiri adalah kunci bagaimana supaya kita tidak goyah atau terlalu mudah tergiring opini orang lain. Orang mau bilang apa selama hati atau prinsip masing-masing menyatakan “sreg”, silahkan ikuti. Namun kalau itu bertentangan dengan kata hati atau prinsip, sebaiknya ditinggalkan.

Bersambung ke halaman berikutnya

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses