Setelah sukses dengan serial komik, dua musim seri anime dan serial anime, seri Terraformars hadir dalam format film live-action. Film yang diadaptasi dari seri komik karangan Yu Sasuga dan Kenichi Tachibana ini disutradarai oleh Takashi Miike. Takashi Miike sendiri sebelumnya sudah terlibat dalam proyek pengerjaan film live-action Ichi the Killer, Phoenix Wright: Ace Attorney, Yatterman, Tokyo Tribe, As the Gods Will,Crows, serta Mogura no Uta.
Film ini dibintangi oleh beberapa artis seperti Hideaki Ito sebagai Shokichi Komachi, Emi Takei sebagai Nanao Akita, Takayuki Yamada sebagai Ichirou Hiruma, Shun Oguri sebagai Kou Honda, Kane Kosugi sebagai God Lee, Rinko Kikuchi sebagai Asuka Moriki (di seri komik bernama Victoria Wood), Masaya Kato sebagai Keisuke Dojima (di seri komik bernama Donatello K. Davis), Eiko Koike sebagai Mina Oubari (di seri komik bernama Zhang Ming-Ming), Mariko Shinoda sebagai Sorae Osako (di seri komik bernama Jaina Eisenstein), Kenichi Takito sebagai Shunji Tezuka (di seri komik bernama Tejas Viji), Rina Ota sebagai Maria Renjo (di seri komik bernama Maria Viren), Rila Fukushima sebagai Sakakibara (karakter baru).
Sinopsis
Dikisahkan di masa depan, umat manusia mencari cara untuk membuat Mars menjadi planet yang bisa dihuni oleh manusia. Mars yang dijuluki planet merah dengan satelitnya Phobos dan Deimos ini adalah planet yang kering dan tidak memiliki tanda-tanda kehidupan. Agar bisa dihuni oleh manusia, sekelompok ilmuwan meluncurkan proyek bernama Terraforming.
Proyek Terraforming ini bertujuan untuk menjadikan planet Mars menjadi planet yang bisa ditinggali oleh manusia. Udara di planet ini sangatlah ekstrim dengan hamparan daratan yang tidak ada tumbuhan dan air di permukaan. Satu kunci untuk mengubah planet gersang ini menjadi tempat tinggal manusia adalah dengan menyesuaikan iklim di Mars agar sesuai dengan kondisi di Bumi. Untuk itu planet Mars harus ditutupi oleh benda hitam yang bisa menarik radiasi cahaya Matahari untuk menjadikan planet tersebut lebih hangat, dan juga mencairkan kandungan es di bawah tanahnya untuk menjadi sumber air. Dalam rencana itu, umat manusia mengirimkan kecoa dalam jumlah besar. Warna gelap yang dimiliki oleh para kecoa yang nantinya akan menyelimuti planet ini diharapkan bisa menarik radiasi matahari ke planet tersebut. Manusia juga berharap bahwa bangkai kecoa yang mati di planet Mars nanti bisa membuat tanah di sana lebih subur.
Ratusan tahun setelah pengiriman kecoa, umat manusia mengirimkan armada untuk melihat kondisi di daratan Mars sekarang. Namun selama puluhan tahun, tak ada laporan dari armada BUGS 1 tersebut. Umat manusia pun kembali mengirimkan pasukan armada BUGS 2 yang ditugasi untuk memberikan laporan mengenai kondisi di Mars dan membersihkan planet tersebut dari bangkai kecoa. Sesampainya di sana, Shokichi Komachi dan para anggota BUGS 2 lainnya tidak menemukan satu pun bangkai kecoa. Alih-alih menemukan bangkai kecoa, mereka malah bertemu dengan makhluk hitam besar yang dengan ganasnya langsung menyerang mereka. Ternyata para kecoa yang dikirim ke Mars tidaklah musnah, mereka justru mengalami evolusi menjadi bentuk mirip manusia. Dimulailah pertarungan antara para anggota BUGS 2 yang memiliki kekuatan untuk berubah menjadi serangga, melawan para Terraformars, kecoa yang telah berevolusi di planet Mars.
Mengangkat Kisah BUGS 2 Dengan Pendekatan yang Berbeda
Film live-action Terraformars ini mengangkat kisah dari armada BUGS 2, yang diadaptasi dari kisah awal di serial komiknya, yang sebelumnya telah diadptasi menjadi serial anime. Dalam adaptasi kisah BUGS 2, film live-action ini mengemasnya dengan pendekatan yang berbeda. Salah satu perbedaan yang jelas terlihat adalah karakter-karakter dari BUGS 2 yang memiliki nama Jepang. Dalam kisah di seri komik maupun anime, armada BUGS 2 terdiri dari kru yang berasal dari negara-negara berbeda. Namun di film ini semua kru BUGS 2 digambarkan memiliki kewarganegaraan Jepang.
Apakah hal tersebut membuat perbedaan yang sangat signifikan? Saya pribadi merasa tidak ada perbedaan yang cukup signifikan. Memang pada awal saya mengetahui bahwa adaptasi film ini akan mengubah karakter yang ada menjadi kewarganegaraan Jepang, sempat muncul keraguan. Apakah hal tersebut akan merubah banyak background story dari tiap-tiap karakter yang ada? Namun ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Meskipun para kru BUGS 2 di film ini memiliki nama Jepang, tetapi di film ini diceritakan juga background story yang sama seperti di komik dan anime sehingga membuat karakter dengan nama berbeda ini adalah karakter yang sama seperti di komik dan anime.
Untuk penceritaan sendiri, film live-action ini mengikuti alur yang sama seperti kisah BUGS 2 di seri komik dan anime. Hanya saja ada beberapa elemen original tambahan di film ini. Menurut saya pribadi beberapa elemen original ini tidak terlalu mengganggu dan justru cocok untuk penceritaan dalam format film.
Dalam film live-action adaptasi dari komik atau anime, kemiripan tampilan karakter adalah salah satu hal yang sangat diperhatikan. Beberapa karakter dalam film Terraformars ini tampil cukup mirip seperti yang ada di komik dan anime. Namun ada juga beberapa karakter lain yang sangat berbeda dengan di komik dan anime nya.
Berbicara mengenai karakter, satu yang cukup mengejutkan di film ini adalah ditampilkannya karakter baru. Pada film live-action Terraformars ini dihadirkan karakter baru bernama Sakakibara. Karakter ini diperankan oleh Rila Fukushima, pemeran karakter Tatsu Yamashiro (Katana) dalam serial televisi Arrow. Dalam film ini, Rila Fukushima adalah asisten dari Kou Honda. Keberadaan karakter baru ini secara keseluruhan tidak terlalu merubah jauh jalannya cerita di film ini.

Balutan Efek Spesial dan 3DCG yang Apik
Selain para pemeran yang tampil cukup mirip seperti para karakter di seri komik dan anime, para Terraformars di film ini juga tak mau kalah. Terraformars di film ini tampil dengan efek spesial dan balutan grafis 3DCG yang cukup detail. Hal ini membuat adegan pertarungan membasmi kecoa tersebut semakin terlihat menegangkan.
Secara keseluruhan efek spesial dalam film ini memang cukup memukau. Film ini bahkan mampu menghadirkan adegan di mana para kru BUGS 2 berubah dari manusia menjadi setengah serangga secara epik. Detik-detik di saat serum disuntikkan ke dalam aliran darah, dan perlahan merubah tubuh kru BUGS 2 yang telah menjalani Bugs Procedure menjadi serangga ditampilkan dengan efek spesial yang dikemas secara apik.
Selain itu penggunaan efek spesial untuk penggambaran latar belakang di film ini juga sangat detail. Wahana antariksa yang digunakan para anggota BUGS 2, dan suasana di planet Mars semua dikemas secara mendetail dan makin menambah kesan fiksi ilmiah yang ada pada film ini.
Komedi yang Terkesan Dipaksakan
Pada film live-action Terraformars ini penonton juga disuguhkan dengan beberapa muatan komedi. Mulai dari guyonan para anggota BUGS 2, hingga karakter dengan gaya rambut eksotis menjadi selipan komedi di film ini. Namun sayangnya beberapa konten guyonan di film ini justru terkesan terlalu dipaksa dan tidak pas. Pada suatu kesempatan unsur komedi di film ini justru membuat kesan menegangkan di film ini seakan hilang.
Kesimpulan
Film live-action Terraformars menghadirkan adaptasi kisah BUGS 2 dengan beberapa penyesuaian mulai dari perubahan nama karakter hingga kemunculan karakter baru. Dari segi cerita film ini membawakan cerita perjuangan manusia melawan kecoa luar angkasa dengan sentuhan drama yang menarik untuk diikuti. Hanya saja adanya muatan komedi yang terkesan dipaksakan di anime ini membuat beberapa bagian cerita di film ini terlihat aneh dan terasa out of place. Meski demikian visual di film ini tampil bagus dengan 3DCG kecoa Mars yang cukup detail dan efek spesial yang tampil dengan sangat khas bagaikan di anime.
KAORI Newsline | Ditulis oleh Rafly Nugroho