Bagian 3: Batasan-Batasan Iyashikei ATAU Yang Termasuk dan Tidak Termasuk dalam Genre Tersebut
Perlu ditekankan, semua ini merupakan opini pribadi saya sebagai penulis. Banyak batasan-batasan disini yang kabur dan tidak jelas, dan saya tidak akan bisa meyakinkan semua orang untuk setuju dengan pendapat saya. Bahkan, saya yakin banyak orang akan menganggap pendapat saya sebagai hal yang kontroversial dan saya sendiri mengakui bahwa saya banyak tidak sependapat dengan banyak orang tentang topik ini. Meskipun begitu, saya hanya akan mencoba fokus pada pendekatan saya pada artikel ini, jadi saya akan menuliskan apa saja yang menurut saya termasuk dalam genre iyashikei.
Pertama-tama, ada dua manga karya Kozue Amano yang dapat dikategorikan sebagai iyashikei, Aria dan Amanchu. Aria sering disebut sebagai seri iyashikei yang terbaik. Hal tersebut mudah dimengerti. Selain karena mengagumkan, Aria juga memenuhi semua kriteria yang telah saya sebutkan. Tema mono no aware juga terlihat disini, seperti dalam episode keempat seri animenya dimana Akari menemukan video milik sepasang kekasih yang telah meninggal. Tidak banyak yang terjadi di Aria, hampir tidak ada tensi didalamnya, kecuali yang sangat minor. Fokus utama justru terletak pada setting Neo-Venezia, sampai-sampai saya dapat mengingat setting tersebut dengan jelas saat ini. Karyanya yang lain, Amanchu, terasa sangat terinspirasi oleh Aria dalam hal ini. Meskipun porsi pengembangan karakter Amanchu lebih banyak dan setting-nya sendiri tidak sefokus Aria, fokus pada aspek tersebut masih ada sehingga Amanchu dimasukkan pada kategori ini.

Yokohama Kaidanshi Kikou juga merupakan salah satu seri yang sangat jelas masuk dalam kategori iyashikei. Unsur mono no aware di manga ini sangat terasa, dimana manga ini menghabiskan waktunya untuk mencari keindahan diantara dunia yang hancur karena perubahan iklim dan populasi manusianya semakin berkurang. Dalam salah satu bab manganya, Yokohama Kaidanshi Kikou benar-benar hanya fokus pada apresiasi lampu-lampu di kota bawah air yang telah kehilangan fungsinya. Seperti cerita iyashikei apik lainnya, tidak banyak yang terjadi di sini. Namun semua itu disajikan dengan sangat baik sehingga kurangnya perhatian pada cerita tidak begitu berpengaruh.
Ada dua seri lain yang dapat dengan mudah kita kategorikan sebagai iyashikei. Pertama adalah Non Non Biyori. Seri ini lebih fokus pada komedi jika dibandingkan dengan seri iyashikei yang lain, dan para karakternya juga mendapat perhatian khusus. Tapi pacing, fokus pada latar, dan unsur mono no aware membuat seri ini dapat dikategorikan sebagai iyashikei. Kedua adalah seri Flying Witch, yang dapat dengan mudah dikategorikan sebagai iyashikei namun tidak begitu memiliki unsur mono no aware. Saya melihat hal ini lebih sebagai kekurangan, karena seri ini jadi terasa lebih ceria jika dibandingkan dengan seri lainnya. Tetapi unsur itu sesekali tetap hadir secara halus, terutama menjelang akhir cerita. Karena itu, saya tetap mengkategorikannya sebagai iyashikei, terutama karena ciri-ciri lainnya tetap ada.

Terakhir, saya kesulitan untuk memasukkan Mushishi dalam kategori ini, dan meski pada akhirnya saya mengkategorikannya sebagai iyashikei, ini bukan keputusan yang mudah. Mushishi jauh lebih sendu dan melankolis dibandingkan bahkan seri Yokohama Kaidanshi Kikou, dan beberapa episodenya berfokus pada plot, sehingga tensi cerita tetap terasa. Ginko selalu selamat di akhir cerita, namun perasaan aman yang awam ditemui di cerita iyashikei tidak terasa pada karakter lain. Meskipun begitu, unsur mono no aware sangat terasa di banyak episodenya. Latar pedesaan Jepang yang dihuni para makhluk supranatural terasa sangat kuat dan tidak ada tujuan khusus yang hendak dicapai oleh ceritanya. Pada akhirnya saya tetap menyebut Mushishi sebagai iyashikei, meski awalnya saya hampir tidak memasukkannya ke kategori ini.

Selanjutnya, terdapat beberapa seri yang hanya saya sebut sebagai “mendekati-iyashikei“. Ada beberapa alasan mengapa saya merasa seri-seri tersebut lebih cocok begitu. Yang pertama adalah banyaknya fokus pada ceritanya. Hal ini mudah ditemui pada seri yang awalnya terlihat seperti iyashikei namun perlahan berubah menjadi drama. Dua contoh disini adalah Haibane Renmei dan Sora no Woto. Keduanya dapat dikategorikan sebagai iyashikei di paruh awal cerita, namun dramatisasi cerita terjadi pada beberapa episode terakhirnya, lengkap dengan klimaks yang emosional dan dramatis. Kedua seri ini tetap memiliki unsur mono no aware yang kuat, namun menurut saya, keduanya terlalu serius untuk dimasukkan pada genre ini. Beberapa seri lain seperti Kemono Friends juga termasuk pada golongan ini.

Alasan lain mengapa beberapa seri hanya saya sebut “mendekati-iyashikei” adalah karena unsur komedinya yang kuat dan kurangnya fokus pada suasana dan setting. Contoh paling jelas menurut saya adalah Hidamari Sketch. Awalnya, saya merasa anime Hidamari Sketch dapat dimasukkan pada kategori ini, namun setelah saya tonton ulang, komedinya masih mempertahankan gaya komik 4 panel, yang sangat mengganggu ritme penceritaan iyashikei. Meski mendekati, terlalu banyak tensi komedi didalamnya dan tidak begitu fokus pada setting. Hidamari hanyalah salah satu seri yang sangat terinspirasi oleh iyashikei meski tidak dapat dijadikan contoh. Hidamari lebih tepat dimasukkan dalam genre yang disebut CGDCT (cute girls doing cute things), kuuki-kei, atau nichijou-kei, dan merupakan salah satu subgenre slice-of-life yang paling mendekati iyashikei. Biasanya seri seperti ini tidak begitu memiliki unsur mono no aware serta terdapat perbedaan dalam hal suasana dan pacing.

Seri lain yang saya sebut sebagai “mendekati-iyahikei” adalah Chatting at the Amber Teahouse. Manga ini tidak dapat dikategorikan sebagai iyashikei karena unsur yuri-nya. Meskipun terkesan pelan dan memiliki unsur mono no aware, terlalu banyak fokus yang diberikan pada konflik percintaan karakternya. Adanya tensi dari konflik romansanya cukup bagi saya untuk tidak memasukkannya dalam iyashikei.
Jadi, kita sudah membahas beberapa contoh seri yang menurut saya masuk dan tidak masuk dalam golongan iyashikei. Ketika kita mempertimbangkannya dengan definisinya, iyashikei seharusnya bukan lagi genre yang membingungkan. Setelahnya, masih ada beberapa hal yang dapat didiskusikan.
Halaman Selanjutnya: Potensi Pengembangan Iyashikei dan Kesimpulan