Demi menjadikan industri komik Indonesia sebagai bagian dari Strategi Budaya Nasional di Ranah Internasional, dan demi membangun ekosistem Industri Komik Indonesia, sejumlah pegiat komik Indonesia mendirikan Asosiasi Komik Indonesia (AKSI).
Asosiasi Komik Indonesia (AKSI) secara resmi terbentuk setelah dideklarasikan pada Selasa, 24 April 2014 di Swillhouse SCBD, Jakarta Selatan. Deklarasi AKSI turut dihadiri oleh kepala BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif), Triawan Munaf.
Triawan Munaf menyambut baik didirikannya AKSI. Sebagai kepala BEKRAF, Triawan Munaf menyatakan bahwa sudah sejak 2015 ia mengenal baik para pelaku di industri komik sebagai salah satu bagian dari ekonomi kreatif. Baginya komik telah menjadi salah satu bagian dalam kehidupannya.
“Saya ingat sekali waktu kecil di saat saya sakit, komik-komik karya komikus Indonesia pada jaman itu menjadi teman setia yang selalu menghibur saya.” Ucap Triawan Munaf.

Bagi Triawan Munaf, dalam ekonomi kreatif Indonesia komik memiliki potensi yang begitu besar. Dalam pemaparannya ia menyatakan bahwa ekonomi kreatif di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran Komik Indonesia. Komik Indonesia menjadi hulu bagi sektor ekonomi kreatif yang ada di Indonesia.
“Sinergi dari berbagai sub-sektor di ekonomi kreatif ini akan memperkuat kita semua, dan komik menjadi hulu dari semua itu.” Ujar Triawan Munaf.
Faza Meonk selaku Ketua Umum AKSI dan Imansyah Lubis selaku Sekretariat Jendral AKSI mengakui bahwa dalam beberapa tahun ini komik Indonesia berhasil berkolaborasi dengan berbagai bentuk media hiburan lain. Pada tahun 2017 dunia perfilman tanah air diwarnai dengan 2 film yang diadaptasi dari komik, Valentine dan Si Juki the Movie. Tidak hanya itu saja, saat ini kolaborasi antara komik dengan game, seni pertunjukan, hingga musik sudah banyak dilakukan.
“Komik (Indonesia) adalah hulu dari semua itu (ekonomi kreatif). Komik adalah pembentukan karakter pertama yang melahirkan karakter-karakter yang hadir di berbagai cerita. Jadi, memang cerita dibangun dari komik.” Tambah Triawan Munaf dalam pemaparannya.
Menurut Triawan Munaf, BEKRAF dan Pemerintah akan terus berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia, termasuk komik sebagai salah satu fokusnya. Ia menambahkan bahwa pada tahun depan Indonesia terpilih menjadi Country Focus dalam London Book Fair. Komik Indonesia akan menjadi salah satu pusat perhatian pada London Book Fair tahun depan.
“Pada tahun ini komik Indonesia sudah eksis dalam perhelatan London Book Fair dan sukses sekali, apalagi di tahun depan.” Ujar Triawan Munaf.
Sebagai penutup dalam sambutannya pada acara Deklarasi AKSI Komik Indonesia, Triawan Munaf meyakini bahwa ekonomi kreatif bisa menjadi kekuatan ekonomi dan sumber kesejahteraan baru bagi Indonesia.
Asosiasi ini dideklarasikan oleh para pengelola intellectual Property Tanah Air, baik komikus maupun perusahaan, yang berfokus pada media komik diantaranya adalah; Bumilangit (Pemilik Intellectual Property karakter-karakter komik lokal legendaris seperti Si Buta, Gundala, Godam, dll), PIONICON (Si Juki), Octopus Garden (Mice Cartoon), Infia (Komikin Ajah), FranKKomiK (Setan Jalanan), Skylar Komik (Volt & Valentine), Ciayo Comics (Heartbeat & Blue Serenade), re:ON Comics (Grand Legend Ramayana & Galauman), Kosmik (Manungsa & Wanoja), dan Padma Pusaka (Nusa Five).
Seperti halnya perjalanan komik Indonesia sendiri, pembentukan asosiasi ini juga menempuh jalan yang panjang. Gagasan awal pencetusan asosiasi komik Indonesia sudah ada sejak tahun 2014. Pada saat itu sejumlah pegiat komik, animasi, dan game mencetuskan gagasan pembentukan asosiasi. Wacana pun digulirkan hingga akhirnya pada tanggal 24 April 2018 Asosiasi Komik Indonesia (AKSI) dideklarasikan.
Asosiasi Komik Indonesia ini didirikan dengan visi untuk menjadikan industri komik Indonesia sebagai bagian dari Strategi Budaya Nasional di Ranah Internasional. Misi dari Asosiasi ini sendiri adalah untuk membangun ekosistem Industri Komik Indonesia.
Dalam pemaparannya, Faza menyatakan bahwa komik bisa menjadi media untuk mempromosikan kebudayaan suatu negara. Seperti halnya komik Jepang yang membuat banyak orang mengenal sushi. Komik Indonesia juga bisa menjadi sarana untuk mengenalkan kearifan budaya Indonesia ke mata dunia.

“Dengan terbentuknya asosiasi ini, harapannya semoga kita bisa membangun ekosistem industri komik Indonesia bisa lebih maju lagi, lebih berkembang, dan bisa bersinergi dengan berbagai macam industri.” Ujar Faza Meonk, ketua umum AKSI.
Peningkatan jumlah pembaca ini juga berimplikasi pada peningkatan jumlah komikus, komunitas komik, penerbit komik dan event komik serta keikutsertaan komikus dan penerbit komik dalam projek dan event internasional setiap tahunnya.

Dengan banyaknya komik Indonesia baik dalam format cetak maupun online, membuat komik Indonesia kini mampu unjuk gigi bersaing di kancah global. Tidak sedikit dari komik Indonesia yang saat ini sudah terbit di negara lain dalam berbagai bahasa. Bahkan komikus asal Indonesia juga tidak henti-hentinya menorehkan prestasi di kancah global.
Dengan pertumbuhannya yang pesat saat ini Komik Indonesia juga bisa berkolaborasi dengan media hiburan lain. Pada tahun 2017 komik Valentine dan Si Juki telah diadaptasi menjadi film layar lebar. Di tahun ini, salah satu komik superhero legendaris asal Indonesia, Gundala akan hadir menyapa penonton layar lebar.
Angka percepatan pertumbuhan pembaca ini menjadi sebuah kesempatan sekaligus tantangan. Dari sisi Ekonomi Kreatif, pertumbuhan pembaca ini adalah pasar yang potensial untuk menggerakkan ekonomi, membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan pendapatan Negara. Namun jika tidak diantisipasi dengan baik, maka potensi ini akan diserap oleh pemain global.

KAORI Newsline
AKSI = Asosiasi Komik Indonesia
A = Asosiasi
K = Komik
S = ???
I = Indonesia