Miyazaki: Terima Kasih Karena Telah Dipertemukan dengan Isao Takahata

0
Hayao Miyazaki dan Toshio Suzuki menghadiri upacara penghormatan terakhir untuk mendiang Isao Takahata (sumber: mantan-web.jp)

Isao Takahata, salah satu sosok sutradara legendaris di industri animasi Jepang dan juga salah satu pendiri Studio Ghibli, dikabarkan telah wafat pada 5 April 2018. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di sebuah rumah sakit di Tokyo pada usia 82 tahun.

Dalam rangka mengenang kepergian sang sutradara, Studio Ghibli menggelar upacara penghormatan terakhir untuk almarhum pada Selasa (15/5) di Museum Ghibli, Tokyo. Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh penting dalam industri animasi Jepang, di antaranya Hayao Miyazaki, Joe Hisashi, Yoshiyuki Tomino (kreator seri Mobile Suit Gundam), serta animator Yôichi Kotabe dan Yasuo Otsuka. Selain itu, para aktor dan aktris yang pernah terlibat dalam produksi berbagai film studio tersebut juga turut hadir, yakni Nobuko Miyamoto, Tōru Masaoka, Makoto Nonomura, Youko Honna, Keiko Takeshita, dan Miori Takimoto.

Dalam acara tersebut, Miyazaki memberikan pidato kematian (eulogi) kepada sosok Takahata. Dalam pidatonya, Miyazaki mengenang dengan jelas saat-saat ketika ia pertama kali bertemu dengan Takahata pada tahun 1963 di sebuah halte bis setelah hujan. Pada saat itu, Miyazaki dan Takahata masih berumur 22 dan 27 tahun. Ia melihat Takahata sebagai pemuda yang bijak dan tenang.

Selama hidupnya, Miyazaki memanggil Takahata dengan sebutan “Paku-san.” Ia menceritakan asal-usul nama panggilan tersebut, di mana Takahata merupakan orang yang sulit bangun pagi. Bahkan ketika masih bekerja di studio Toei Douga, beliau kerap masuk pagi ke kantor dengan terburu-buru sampai lupa mengisi kartu absennya sebelum selesai makan dan minum air dari keran. Hal tersebut selalu terdengar seperti suara “paku-paku” olehnya.

Miyazaki kemudian menceritakan saat-saat ketika mengerjakan film anime Horus: Prince of The Sun pada tahun 1968 bersama Isao Takahata dan animator Yôichi Kotabe dan Yasuo Otsuka. Karena perilisan film ini beberapa kali mengalami penundaan, Takahata harus menulis banyak surat permintaan maaf. Ia pun berhasil menangani film ini sampai selesai. Ketika para staf melakukan reuni pada tahun 2000, mereka mengatakan bahwa pengerjaan film Horus merupakan hal yang paling berkesan dalam hidup mereka.

Menjelang akhir hayatnya, Miyazaki sempat mengira bahwa Takahata akan hidup hingga usia 95 tahun. Miyazaki sempat ditelpon oleh dokter yang menangani Takahata untuk memintanya berhenti merokok. Ketika bertemu dengan dengannya untuk membicarakan hal tersebut bersama Toshio Suzuki yang juga menjadi pendiri Studio Ghibli, ia berterima kasih kepada Miyazaki untuk memintanya berhenti merokok dan akhirnya bersungguh-sungguh melakukannya. Sambil berkelakar, Miyazaki sesekali sengaja untuk merokok di dekat Takahata untuk memancingnya ikut merokok, namun ternyata tetap tidak berhasil.

Di akhir pidatonya, Hayao Miyazaki mengucapkan terima kasih karena telah dipertemukan oleh Paku-san pada 55 tahun yang lalu.

Selain Miyazaki, Joe Hisaishi yang pernah terlibat komposer musik beberapa film-film Studio Ghibli juga memberikan pidato kematian untuk Isao Takahata. Ia mengucapkan terima kasih karena telah diberi kesempatan oleh Miyazaki dan Takahata untuk menggubah musik latar untuk film Laputa: Castle in The Sky dan The Tale of Princess Kaguya.

Isao Takahata merupakan salah satu sosok penting dalam sejarah industri anime Jepang. Memulai karirnya pada 1959, ia kemudian bergabung dengan studio Toei Doga dengan menjadi sutradara film Horus: Prince of the Sun pada tahun 1968. Setelah menangani berbagai judul anime sebagai penulis naskah, produser, hingga sutradara, ia akhirnya bertemu dengan Hayao Miyazaki.

Pada tahun 1985, bersama dengan Hayao Miyazaki, Toshio Suzuki, dan Yasuyoshi Tokuma, dirinya turut mendirikan Studio Ghibli yang terkenal dengan film-film animasinya yang mendunia. Selama bernaung di bawah Studio Ghibli, dirinya sempat menyutradarai sejumlah film seperti Grave of the Fireflies, Only Yesterday, Pom Poko, My Neighbors the Yamadas, hingga sejumlah film dokumenter dan kolaborasi.

Karya terakhirnya adalah The Tale of the Princess Kaguya yang dirilis di Jepang pada tahun 2013 lalu. Film tersebut telah dua kali diputar di Indonesia pada tahun 2015 dan 2017 dalam perhelatan The World of Ghibli Jakarta. Ia juga menjadi salah satu produser dalam film The Red Turtle karya Michaël Dudok de Wit yang dirilis pada tahun 2016 lalu.

KAORI Newsline

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses