Ah… dunia balap mobil/motor alias motorsport. Alasan saya begitu menyukai cabang olahraga yang satu ini sebenarnya simpel saja. Saya pun begitu senang ketika bisa melihat berbagai mobil-mobil keren ini digeber hingga mencapai batasnya agar menjadi yang tercepat Selain mobil, sosok pembalap dan orang-orang “di belakang layar” seperti mekanik dan manajer tim pun juga menjadi sosok penting untuk membawa keberhasilan suatu tim di lintasan balap.
Walaupun boleh dibilang merupakan salah satu hal yang masih cukup populer hingga sekarang, ranah dunia balap ternyata merupakan salah satu tema yang sebenarnya cukup jarang diangkat di dunia perfilman, mulai dari Hollywood hingga Jepang. Tentu rasanya saya begitu senang ketika beberapa hari lalu saya mendengar akan ada film Jepang berjudul Over Drive yang mengangkat tema balap reli dan ternyata akan diputar di Indonesia pada 5 September. Lantas, apakah film yang disutradarai oleh Eiichiro Hasumi ini akan menjadi film yang dapat memuaskan para maniak balap dengan adegan relinya yang begitu keren ataukah film ini ternyata menawarkan sesuatu yang lebih dari itu?
Film ini mengisahkan seorang pereli muda berbakat bernama Naozumi Hiyama (diperankan Mackenyu Arata) yang berlomba di kejurnas reli Seiko Cup Rally Series. Ia bertekad memenangkan kejuaraan reli ini agar bisa membalap di ajang World Rally Championship. Naozumi bergabung di tim balap Spica Racing bersama sang kakak, Atsuhiro (Masahiro Higashide) yang telah menjadi mekanik di tim ini sejak lama. Hubungan mereka di tim ini ternyata tidak pernah akur. Selain karena sifat Naozumi yang suka membuat masalah dengan gaya membalapnya yang terlalu agresif, ternyata ada sebuah peristiwa di masa lalu yang membuat hubungan sang kakak-beradik menjadi renggang hingga sekarang. Sementara itu, sang manajer bernama Hikaru Endo (Aoi Morikawa) datang untuk menjadi manajer Naozumi. Mampukah Hikaru menjadi penengah untuk mengakrabkan Naozumi dan Atsuhiro?
It’s Real Racing!

Sebagai penggemar balap, satu hal yang saya begitu suka dari film Over Drive adalah film ini mampu menangkap suasana yang biasa muncul di berbagai event-event motorsport. Walaupun kejuaraannya memang fiktif, atmosfir eventnya pun terasa begitu “nyata” dan hidup (film ini pun juga menggunakan gaya presentasi video highlight seperti di event balap sungguhan dalam beberapa adegannya). Atmosfir balapnya pun semakin lengkap dengan dua mobil reli yang turut menjadi “bintang” di film ini, yaitu Toyota Yaris AP4 dan Citroen DS3 R5 (dua mobil yang umum digunakan dalam kejuaran reli tingkat nasional).
Adegan relinya pun juga didukung dengan teknik sinematografi begitu apik arahan Shinya Kimura yang berhasil menangkap keindahan lokasi-lokasi relinya yang begitu eksotis dengan aksi yang memancing adrenalin. Tentu karena kejuaran relinya fiktif, film ini berhasil menghadirkan sesuatu yang rasanya tidak mungkin dilakukan di ajang balap sungguhan tetapi di saat yang sama tidak terasa terlalu “lebay”, seperti balap reli di jalan tol khas Jepang (alias wangan) bagai di video game.

Satu hal lain yang menjadi nilai plus bagi saya, film ini berhasil menampilkan bahwa dunia balap sejatinya adalah olahraga tim. Selain melihat aksi Naozumi bersama co-pilotnya menggeber mobil di lintasan reli, kita juga diajak untuk melihat usaha Atsuhiro bersama para mekanik di tim Spica Racing yang membuat keputusan genting di balik paddock. Aksi mereka dalam men-setting dan turut memperbaiki mobilnya pun juga mampu membuat penontonnya deg-degan.
Drama Sedikit “Understeer”
Lalu, bagaimana dengan porsi drama di filmnya? Film Over Drive sendiri memfokuskan ceritanya ke dalam cakupan yang lebih personal, yaitu seputar hubungan Naozumi dan Atsuhiro yang sulit akur di sepanjang musim balapan. Penonton pun diajak untuk melihat mereka berdua untuk menjadi lebih dewasa dan mampu “berdamai” dengan masa lalunya. Yang menarik, peran Hikaru di film ini benar-benar diposisikan sebagai penengah dari konflik sang kakak-beradik ini sembari mencari cara untuk “memenangkan hati” Naozumi sebagai manajernya. Walau akting dari para pemainnya sudah begitu pas, namun saya merasa porsi drama di film ini terasa… sedikit “understeer” alias kurang mantap karena beberapa kali membuat tensi film yang sebelumnya begitu tinggi tiba-tiba mendadak menjadi… kendor.
Selain itu, cakupan cerita yang lebih personal membuat aspek rivalitas di film ini menjadi terasa kurang begitu menonjol, setidaknya dalam 2/3 porsi filmnya. Aspek ini pun baru ditonjolkan menjelang akhir film sebagai katalis menuju klimaks dari konflik kakak-beradik ini hingga ke garis finish dengan ending yang cukup memuaskan. Mungkin satu hal lain yang membuat sisi drama di film Over Drive terasa hidup, para aktor pendukung yang berperan sebagai tim mekanik di tim Spica Racing beberapa kali berhasil mencuri perhatian penonton.
Over Drive boleh dibilang berhasil menjadi “oase” di tengah-tengah minimnya film-film bertema balap akhir-akhir ini. Atmosfir dunia balap yang begitu “nyata” serta aksi melibas lintasan reli dengan sinematografi yang begitu ciamik menjadi poin plus utama dari film ini. Dengan sedikit mengabaikan aspek dramanya yang di beberapa bagian terasa sedikit “kurang greget”, film ini dijamin dapat memuaskan para penikmat balap yang haus akan film-film bertema balap, terutama dunia reli, dengan aksi yang begitu seru.
Trailer dari film Over Drive dapat ditonton di bawah ini.
Catatan random: Setiap kali mendengar nama Spica Racing, entah mengapa saya langsung teringat dengan karakter Special Week bersama tim Spica dari anime “kuda-kudaan” Uma Musume…
KAORI Newsline | Diulas oleh Tanto Dhaneswara, seorang staf yang mengaku maniak balapan (tanpa lalapan) yang juga menggemari salah satu seri anime mahou shoujo klasik.