Ada beberapa konsep-konsep sains yang cukup sering disinggung dalam fiksi-fiksi populer, seperti bahasan tentang “kucing Schrödinger” di episode ketujuh Musaigen no Phantom World atau “iblis Laplace” di episode keempat Seishun Buta Yarou. Begitu juga film Laplace’s Witch yang diangkat dari novel karya Keigo Higashino ini mengangkat soal “iblis Laplace,” eksperimen pikiran (thought experiment) yang dicetuskan oleh ahli matematika Prancis abad ke-19, Pierre-Simon de Laplace. Argumennya adalah, seandainya ada sosok cerdas yang bisa mengetahui posisi segala sesuatu yang ada di alam semesta beserta semua gaya yang berlaku di alam semesta, dan mampu menganalisis seluruh data tersebut, maka ia akan mampu meperhitungkan gerak dari segala sesuatu hingga ke atom-atom, dan karenanya tidak ada hal yang tidak pasti baginya, termasuk masa depan.

Apa urusannya eksperimen pikiran itu dengan cerita ini? Dikisahkan ada dua orang yang tewas secara janggal akibat keracunan gas Hidrogen sulfida di dua resor pemandian air panas yang berbeda. Kesamaan kedua kasus tersebut membuatnya terlalu aneh untuk sebuah kebetulan, tetapi kondisi luar ruangan di mana kasus-kasus itu terjadi membuatnya mustahil merupakan pembunuhan yang disengaja. Profesor Shusuke Aoe, seorang ahli geokimia, didesak oleh seorang detektif kepolisian untuk membantunya membuktikan bahwa kedua kasus itu adalah pembunuhan. Kemudian dari investigasi sang detektif dan pertemuan Aoe dengan gadis misterius bernama Madoka, Aoe dihadapkan pada kemungkinan bahwa pembunuhan tersebut dilakukan oleh seseorang yang mampu memperhitungkan dengan tepat pergerakan molekul-molekul hidrogen sulfida layaknya “iblis” dalam eksperimen pikiran Laplace. Ia terbawa pada rahasia tragis di balik munculnya orang-orang dengan kemampuan “iblis Laplace” itu.
Alur cerita Laplace’s Witch sebenarnya tidak terlalu sulit untuk diikuti. Film ini bukanlah tipe cerita detektif yang menantang penontonnya untuk memecahkan misteri pelaku dan trik pembunuhan dari berbagai kemungkinan. Penonton tinggal mengikuti ceritanya mengalir membawa Aoe dari satu temuan ke temuan berikutnya. Pembunuhan yang terjadi dan konsep “iblis Laplace” yang digunakan di sini lebih berperan untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan filosofis mengenai determinisme dan kemampuan manusia untuk mengatur atau mempengaruhi dunia sekitarnya. Drama keluarga yang menyebabkan semua kejadian di cerita ini seperti menggambarkan bahwa isi hati manusia lebih sulit dibaca, dan tindakan manusia lebih sulit diprediksi daripada pergeraan molekul. Mungkin kemampuan untuk menerima dan beradaptasi dengan ketidakpastian justru diperlukan bagi manusia untuk hidup dengan baik sebagai manusia, dibandingkan berhasrat bisa mengendalikan segala sesuatu dengan pasti. Jadi walaupun alur ceritanya tidak sulit untuk diikuti, mungkin film ini akan terasa kurang menarik bagi yang tidak berminat memikirkan hal-hal seperti itu. Apalagi film ini bukan film yang penuh dengan adegan laga dengan efek khusus yang dahsyat seperti yang banyak meramaikan bioskop.
Bagi penggemar Suzu Hirose tentu akan dimanjakan dengan aksinya sebagai Madoka, yang selalu terkesan imut entah itu saat menampilkan sisi misteriusnya, sisi sedihnya, sisi cerianya, maupun sisi beraninya. Juga menarik adalah penampilan Etsushi Toyokawa sebagai karakter sutradara film eksentrik Saisei Amakasu, dan Hiroshi Tamaki sebagai Detektif Malaikat yang sangat menggebu-gebu dalam menyelidiki kasus ini.
Secara umum, teks terjemahan bahasa Indonesia pada film Laplace’s Witch yang mulai tayang di bioskop Indonesia sejak 7 November 2018 ini dapat dipahami dengan lancar. Tetapi masih ada kekurangan-kekurangan seperti beberapa masalah akurasi (karakter yang disebut sebagai imouto dari karakter lain dalam dialog malah ditulis sebagai kakak) atau ungkapan-ungkapan yang terasa tidak natural dalam percakapan bahasa Indonesia. Semoga untuk film-film beriktunya ada pengawasan yang lebih baik dari penyunting untuk mencegah hal-hal tersebut.
KAORI Newsline
Setuju dengan pendapat diatas. Sebagai salah satu fans suzu memang sangat dimanjakan oleh film ini, tetapi untuk orang yang belum familiar dengan drama jepang cukup sulit untuk menerima maksud utama film ini