
“Meskipun waktuku sudah di ujung tanduk, aku bahagia bertemu dengan dirimu.”
Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas novel yang ditulis oleh Tetsuya Sano. Beliau adalah penulis novel ringan yang hingga saat ini sudah merilis 3 novel, di mana salah satu novelnya yang berjudul Kimi wa Tsukiyo ni Hikari Kagayaku (disingkat menjadi Kimitsuki) akan saya bahas dalam kesempatan kali ini. Di antara karyanya, Sano mengajak seorang ilustrator yang memiliki grafis indah bernama loundraw. Singgung sedikit akan loundraw, di antara karya ilustrasinya yang terkenal dia juga merupakan pendesain karakter dari anime Tsuki ga Kirei yang telah tayang pada tahun 2017 yang lalu. Novel Kimitsuki mengisahkan bagaimana dirimu menikmati hidup meskipun hidupmu mendekati ajal, dan mengajarkan kita untuk hidup bahagia dengan cara kita sendiri.
Novel ini adalah karya debut Tetsuya Sano yang menjadi pemenang dari kompetisi novel yang diadakan Kadokawa bernama “Dengeki Shousetsu Taishou” ke-23 dan resmi diterbitkan melalui label imprint Media Works Bunko dalam bentuk tankoubon pada Februari 2017. Novel ini menjadi terkenal saat September 2018, di manasebanyak 300.000 orang telah membaca novelnya. Novel ini juga diadaptasi menjadi manga oleh Matsuse Daichi yang dirilis di majalah komik Da Vinci.
Di dalam novel ini, diceritakan Takuya Okada, seorang pemuda biasa saja di mana ia hanya sedikit memiliki teman. Kehilangan kakak perempuannya membuat dia menutup diri dengan dunia, tetapi semua itu berubah ketika dia mulai dekat dengan Akira Kayama yang awalnya tidak sengaja memperkenal Takuya dengan seorang gadis yang sebenarnya merupakan teman sekelasnya bernama Mamizu Watarase. Mamizu memiliki suatu penyakit kronis yang belum dapat ditemukan cara penyembuhannya yang disebut penyakit “radiasi”, di mana gejala penyakit itu adalah tubuh memancarkan cahaya remang ketika bulan bersinar terang. Tanpa disadari, penyakit itu juga merenggut waktu Mamizu yang seharusnya dia dapat menghabiskan masa mudanya dengan bersenang-senang. Ia kini menghabiskan sebagian waktunya di balik kamar rumah sakit. Perkenalan yang dilandasi tak kesengajaan dan rasa penasaran akan Mamizu, membawa Takuya menuju pengalaman baru. Di mana rasa cinta, sedih, dan bahagia bercampuk aduk menjadi satu.
Ulasan
Tema dalam novel ini sangat indah di mana cerita ini memiliki genre yang disebut love story, namun novel ini juga membahas hal yang lain, yaitu hidup. Kimitsuki menggambarkan kehidupan sebagai hidup penuh dengan harapan meskipun harus menghadapi kenyataan yang pahit. Semua itu tergambar dalam interaksi antara Takuya dan Mamizu. Ketika dua sepasang kasih saling menyayangi satu sama lain namun mereka diberi cobaan yang berat, Takuya harus siap menghadapi kenyataan bahwa waktu hidup Mamizu hanya sebentar. Sementara itu, Mamizu yang menghabiskan sisa waktunya dengan sepenuh hati memberikan arahan agar Takuya untuk hidup dengan penuh harapan walaupun kelak dirinya tiada di dunia ini.
Narasi dalam novel Kimi wa Tsukiyo ni Hikari Kagayaku dijelaskan dengan narasi yang mudah dimengerti para pembaca namun memiliki makna yang mendalam. Plot cerita cukup berhasil membuat perasaan para pembaca tersetuh. Meskipun didukung oleh narasi dan plot yang cukup bagus, tema dalam novel ini cukup general. Suatu kisah cinta yang menceritakan sang main heroine terkena suatu penyakit kronis, dan tokoh utama yang berusaha menghadapi kenyataan yang ada. Tetapi, Sano-sensei sendiri “sengaja” untuk menggunakan tema ini demi menjelaskan persepsi dia akan hidup dan bagaimana sikap kita yang seharusnya ketika orang yang kita sayangi sudah tiada. Karya ini sekilas mengingatkan saya akan Kimi no Suizou wo Tabetai yang secara garis besar sedikit mirip. Pemilihan pace yang lambat dalam novel ini juga sangat pas sekali agar para pembaca meresapi perasaan yang ada di dalam tiap kalimat dalam novel tesebut. Hal itu didukung juga oleh ilustrasi indah oleh loundraw yang membuat pembaca semakin meresapi isi cerita novel ini.
Penggambaran para karakter di novel ini menjadi poin yang sangat mecolok, di mana peran karakter sampingan sangat mendukung perkembangan karakter utama di Kimitsuki, tetapi ada beberapa penjelasan yang masih kurang dijelaskan dalam novel ini. Seperti, kakak perempuan Takuya yang meninggal hanya dijelaskan secara sedikit, sosok Akira yang misterius, dan beberapa karakter lain yang kurang dalam character development-nya.
Kesimpulan
Di setiap novel pasti ada kekurangan dan kelebihan, semua itu merupakan satu kesatuan dari novel. Banyak atau sedikit kekurangan dan kelebihan itu menjadi suatu pertimbangan untuk para pembaca agar membaca novel yang diulas. Kimitsuki secara garis besar memiliki kelebihan yang cukup, namun kekurangannya hanya pada perkembangan karakter saja. Tapi satu kekurangan bisa saja memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap suatu karya, meskipun begitu novel ringan ini sangat direkomendasikan untuk para pembaca yang suka dengan cerita romansa. Saya berharap suatu saat akan ada karya yang membahas tema “hidup” dengan narasi yang indah.
Karena kepopulerannya, novel ini akan diadaptasi menjadi film live-action yang akan diputar di bioskop Jepang pada 15 Maret 2019. Film Kimi wa Tsukiyo ni Hikari Kagayaku akan dibintangi oleh Mei Nagano sebagai Mamizu dan Takumi Kitamura sebagai Takuya. Apakah versi film live-action-nya akan sama-sama menyentuh seperti versi novelnya? Mari kita tunggu kehadirannya!
KAORI Newsline