Sepertinya sudah tidak asing lagi jika penampilan DJ Anisong menjadi penutup bagi sebuah perhelatan Jejepangan di Indonesia, tidak terkecuali untuk perhelatan sebesar Gelar Jepang Universitas Indonesia ke-25 ini. GJUI 25 kali ini mendatangkan bintang tamu internasional: Kei Takebuchi, artis solo asal Jepang yang dulu dikenal sebagai vokalis grup Goose House. Selain Kei Takebuchi, panggung utama perhelatan ini juga menampilkan sejumlah performer ternama lainnya dari dalam negeri, seperti grup idol Shojo Complex, Nanairo Symphony, HYDRA, HoneybeaT, dan termasuk komunitas DJ Otagroove yang sebagai penutup perlehatan ini.
Seperti biasa, Line-up terakhir dalam perhelatan jejepangan selalu diisi dengan anikura yang dimainkan oleh DJ Anisong. Lokasi anikuranya sendiri berada di Lapangan Parkir Fakultas Psikologi – FISIP yang merupakan main stage GJUI hari ketiga. Performance Anikura kali ini diisi oleh komunitas DJ Otagroove. Acaranya sendiri baru dimulai sekitar jam 10 setelah Kei Takebuchi tampil. Memang rundownnya terlambat, di mana seharusnya performance Otagroove sendiri dimulai pada jam 9.
Nampaknya setelah Kei Takebuchi tampil, suasana di Mainstage terlihat lebih sepi dibandingkan ketika penampilan sang solois berlangsung. Tetapi dari beberapa pengunjung yang tersisa, kita bisa menyebutnya last man standing. Dengan lagu pertama “I Want Change the World“ dari Opening Inuyasha yang dinyanyikan oleh V6, tampaknya mereka lumayan berhasil menarik kembali beberapa pengunjung yang ingin pulang. Dan terlihat juga beberapa penonton yang sudah membawa Light Sticknya yang siap dimainkan dan siap ber-wotagei.
Beberapa lagu setlist yang menarik perhatian antaranya, Opening dari Domestic na Kanojo “Kawaki no Ameku”, Opening Zombieland Saga “Adabana Necromancy”, dan Opening dari Tate no Yuusha “RISE”. Jujur saja, saya tidak menyangka kalau 3 lagu itu akan dimainkan, mengingat animenya saja sudah tamat. Dan yang tidak heran ketika Opening dari Naruto berjudul “Silhuoette” dimainkan, pengunjung langsung melakukan Naruto Run. Sontak para pengunjung yang tersisa langsung berlarian sampai lagu berikutnya berganti. Sebagai penghormatan sekaligus penutup dari acara, mereka memainkan Opening Violet Evergarden “Sincerely“, dan terlihat ada beberapa pengunjung yang meneteskan air mata saat lagu telah berakhir.
Memang ketika penampilan Otagroove berlangsung, jumlah pengunjung yang menikmati acara memang menurun. Tetapi dibalik sepinya acara tersebut, lapangan untuk menari dan berdansa terlihat lebih luas dan tidak terasa pengap seperti anikura pada umumnya. GJUI tahun ini sendiri menggunakan tema Timeless Memory untuk membangkitkan rasa nostalgia terhadap kebudayaan Jepang yang populer sejak tahun 90-an di Indonesia. Bagaimana, apakah Anda tertarik untuk datang ke GJUI yang akan datang?