Saat Jepang memasuki darurat virus corona, berbagai pertokoan dan bisnis non-esensial diminta untuk berhenti beroperasi. Hasil dari kawalan pergerakan Jepang ini, terjadi penurunan penumpang kereta api.
Berdasarkan laporan televisi TBS, pada Sabtu, 11 April 2020, terjadi penurunan jumlah penumpang hingga 98% di stasiun Shibuya yang dioperasikan oleh East Japan Railway Company Co. (JR East). Salah satu stasiun tersibuk di kota Tokyo, gerbang tiket stasiun yang dikelola oleh JR East normalnya dilalui oleh 378 ribu orang per hari.
Tetapi, penurunan 98 persen ini hanya berlaku untuk penggunaan tiket harian atau kartu uang elektronik dan tidak mencerminkan statistik pengguna abunemen (tiket berlangganan bulanan). Penurunan ini merefleksikan berkurangnya penggunaan moda transportasi kereta api untuk keperluan rekreasi. Kemungkinan, pekerja yang menggunakan abunemen dan naik-turun di stasiun Shibuya bisa jadi ikut menurun, walau tidak sedrastis pengguna tiket harian.
Sementara itu, penumpang di stasiun-stasiun lainnya juga mengalami penurunan. Di stasiun Yokohama, penumpang non-langganan menurun 83 persen, sedangkan di stasiun Chiba, penurunannya sebesar 76 persen.
Per 12 April, jumlah kasus virus corona di Jepang telah meningkat menjadi 6.616 kasus positif dengan jumlah kematian sebanyak 98 orang. Pada 7 April 2020, perdana menteri Shinzo Abe mengumumkan keadaan darurat dan perintah kawalan pergerakan Jepang berskala besar di wilayah-wilayah zona merah terdampak corona. Namun, tidak ada sanksi untuk pelanggar kawalan pergerakan ini.
KAORI Newsline