Rilis berdekatan dengan Tahun Baru China, update Genshin Impact versi 1.3 memiliki tema serupa dengan festival Tahun Baru China di dunia nyata. Dalam update ini, kota Liyue didalam Genshin Impact akan merayakan Lantern Rite Festival yang memiliki kesamaan dengan Lantern Festival untuk merayakan Tahun Baru China. Dengan kualitas grafik dan musiknya yang mendapatkan banyak pujian dari para gamer, Mihoyo berhasil menampilkan sisi keindahan dari Lantern Rite Festival yang membuat banyak pemainnya tertarik.
Perolehan angka 17 juta download pada 4 hari pertama dan penghasilan sebesar 100 juta USD dalam 2 minggu membuat Genshin Impact dinobatkan sebagai game asal China dengan angka perilisan global terbesar (Yuslianson, 2020). Jika dikritisi, angka tersebut tidak hanya memberikan gambaran mengenai keuntungan yang diterima oleh Mihoyo, akan tetapi proyeksi keuntungan yang mungkin didapatkan negara Tiongkok dari sektor Content Tourism.
Secara garis besar, Content Tourism adalah kondisi di mana para fans pop culture berusaha mendatangi tempat yang menjadi inspirasi film, animasi, atau game yang mereka gemari (Graburn & Yamamura, 2020). Yang berarti, Lantern Rite Festival Genshin Impact yang terinspirasi dari Lantern Festival di Tiongkok akan menarik perhatian para pemain untuk datang menjadi turis di Tiongkok. Dalam artikel ini, penulis berusaha mengaitkan pengaruh update 1.3 Genshin Impact dengan proyeksi efeknya pada Content Tourism Tiongkok di masa depan.
Apa itu Content Toursim?

Pada awalnya Content Tourism adalah termionolgi Japanese-English yang diutarakan oleh pemerintah Jepang untuk mengembangkan kebijakan turisme mereka (Graburn & Yamamura, 2020). Seaton (2017) mendefinisikan Content Tourism sebagai perilaku turisme yang dimotivasi oleh narasi, karakter, lokasi atau elemen kreatif lain dari sebuah pop culture seperti film, drama TV, anime, novel dan game.
Melihat betapa kuatnya pengaruh pop culture Jepang, memang sudah sepantasnya pemerintah Jepang melihat Content Tourism sebagai sebuah potensi dalam mengembangkan sector turisme mereka. Seperti yang kita umumnya ketahui, banyak sekali tempat-tempat di Jepang yang berubah menjadi objek turisme setelah muncul di sebuah anime atau J-drama. Sebagai contoh, Shinjuku Gyoen menjadi salah satu destinasi turis yang menjadi fans dari anime Garden of Words.
Lombardi (2018) berargumen bahwa bagi para fans, berkunjung ke tempat yang ada pada film atau game yang mereka sukai adalah seperti “Ziarah Ke Tanah Suci.” Ini dikarenakan para fans akan mendapatkan dimensi baru dari pengalaman mereka dalam menikmati sebuah konten pop culture yang mereka gemari sebelumnya. Sebagai contoh, seseorang yang sangat tergila-gila dengan anime “Garden of Words” akan dapat merasakan pengalaman seperti para karakternya saat berkunjung ke Shinjuku Gyoen.
Melalui konten pop culture, para fans menjadi memiliki keterikatan dan ketertarikan secara psikologis terhadap sautu tempat yang ia belum pernah kunjungi. Hal inilah yang menjadi konsep dasar dari content tourism yang akhirnya menimbulkan rasa ingin berkunjung ke tempat aslinya.
Bahkan isu terakhir yang cukup hits menggambarkan keterikatan psikologis ini adalah: adanya penggalangan dana dari para fans game Ghost of Tsushima untuk merestorasi objek turisme “Torii Gate” (sebuah tempat yang menjadi latar di game-nya) yang hancur karena badai topan.
Perilaku Content Tourism ini tidak hanya terjadi di Jepang, beberapa tempat shooting film Harry Potter seperti stasiun kereta London Kings Cross juga kerap menjadi destinasi content tourism bagi para fans. Hal serupa juga terjadi di Korea, beberapa tempat di Pulau Nami yang menjadi tempat shooting drama Korea Winter Sonata juga sekarang berubah menjadi tempat destinasi wisata bagi para pengemarnya ataupun khalayak umum.
Lalu, apa hubungan Content Tourism Tiongkok dengan update Genshin Impact 1.3?
Content Genshin Impact 1.3: Lantern Rite Festival

Di dunia nyata, “Lantern Festival” adalah festival Tiongkok yang diadakan untuk merayakan tahun baru dalam kalender China. Pada perayaan festival tersebut, tempat umum akan dipenuhi ornament-ornamen lentera dimalam hari sesuai dengan penggambaran Lantern Rite Festival yang terjadi didalam game. Lalu, kenapa jika memang lantern rite festival di dunia asli dan di Liyue memiliki kemiripan? Kenapa ini menjadi berpengaruh kepada content tourism China?
Jika kita amati lebih detail, bulan rilis dan keberlangsungan event “The Lantern rite Festival” juga bertepatan dengan perayaan lantern festival di dunia nyata. Pada kalender Gregorian, perayaan Tahun Baru China umumnya dilaksanakan pada bulan Februari atau awal Maret, sementara perilisan update 1.3 adalah mulai pada tanggal 3 Februari selama bulan Februari.
Perilisan Lantern Rite Festival Genshin Impact yang bersamaan dengan perayaan lantern festival yang di dunia nyata memberikan multiplier effect strategis dalam mempromosikan budaya China. Tidak hanya itu, hal ini juga menjadi sarana untuk membuat “Lantern Rite Festival” di China menjadi objek Content Tourism.
Dengan adanya kesamaan nama dan juga waktu penyelenggaraan, secara tidak langsung 17 juta orang yang mendownload Genshin Impact telah dikenalkan dengan keindahan festival perayaan Tahun Baru China. Yang berarti, update 1.3 berpeluang membangun kedekatan psikologis antara pemain dengan festival Lantern Festival di dunia nyata. Bahkan, pencarian keyword “Lantern Rite Festival” pada mesin pencari umumnya akan mengarahkan pencari kepada “Lantern Festival” yang asli.
Hal ini kemudian akan membuat sebagian dari para fans Genshin Impact yang pernah merasakan suasana “Lantern Rite Festival” di dalam Game menjadi tertarik mendatangi festival Lantern Festival yang sesungguhnya di China. Dengan demikian, Lantern Rite Festival di China akan menjadi sebuah objek Content Tourism baru yang terilhami dari game Genshin Impact.
Bahkan, penambahan jumlah pengunjung “Lantern Festival” yang diselenggarakan di luar Tiongkok merupakan sebuah kemungkinan yang besar, khususnya penambahan pengunjung dari para pengemar pop culture. Peristiwa seperti ini terjadi di festival Ennichisai Blok M, di mana ada Area Pop Culture dan area kebudayaan tradisional bagi para pengunjung.
Di Indonesia sendiri, “Lantern Rite Festival” dikenal dengan istilah Chap Goh Meh dan sekarang umumnya hanya terasosiasikan dengan budaya Tiongkok. Akan tetapi, dengan kesuksesan game Genshin Impact yang cukup fenomenal, perayaan Chap Goh Meh di Indonesia mungkin akan mulai di-imbuhi dengan pengaruh pop culture. Sehingga berpeluang membuat tidak hanya para pengemar budaya China untuk datang ke perayaan tersebut, akan tetapi juga para pengunjung baru yang berasal dari pengemar pop culture.
Pengaruh Update Genshin Impact versi 1.3 Dari Segi Content Tourism?
Dengan membangun kedekatan fans dengan sebuah obyek turisme, miHoYo secara tidak langsung membuka peluang untuk Content Tourism bagi negara dan kebudayaan Tiongkok. Setelah selesainya pandemi Covid-19, tidak heran jika jumlah turis yang datang untuk menyaksikan Lantern Festival di Tiongkok dan negara lain akan meningkat. Tidak heran juga jika turis yang datang tersebut sebelumnya pernah bermain atau merupakan fans dari game Genshin Impact.
Menapaki Fiksi di Dunia Nyata: Jalan-Jalan di Kampung Halaman Haruhi
Oleh Angga Priancha | Penulis adalah lulusan program LL.M. in Intellectual Property Law dari University of Edinburgh (UK), dan Peneliti di Lembaga Kajian Hukum dan Teknologi Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang tidak bisa lepas dari Hobinya akan J-Pop Culture dan Videogame.
KAORI Nusantara membuka kesempatan bagi pembaca untuk menulis opini tentang dunia anime dan industri kreatif Indonesia. Opini ditulis minimal 500-1000 kata dalam bahasa Indonesia/Inggris dan kirim ke [email protected]