Semua anak terlahir suci, lalu bagaimana dengan karakter anime?

sayu ogiwara
Sayu-Sayuan © KADOKAWA / “Hige Hiro” Production Committee

Pada dasarnya semua anak terlahir tanpa dosa, mereka mulai menjalani kehidupan dengan kertas putih bersih tanpa coretan. Tetapi, yang membantu mengisi kertas tersebut adalah lingkungan sekitar, sedangkan yang mulai menggerakkan penanya untuk pertama kali adalah pemilik kertas tersebut dan juga keluarganya. Kemudian ketika ia sudah mulai pandai menulis sendiri, itulah awal isi kisah dari sang penulis tersebut. Memang cerita yang tertulis di awal tidak rapi, tetapi dengan perlahan isi tulisannya mulai semakin rapih karena perlahan sudah terbentuk bagaimana cara ia untuk menulis. Tidak menutup kemungkinan juga di saat kertas itu mulai terisi dengan rapi, pena yang digunakan untuk menulis tersebut tersenggol oleh gangguan dari luar, yakni lingkungan. Awal mula kertas tersebut yang terisi rapi, sedikit mulai sedikit kotor akan coretan dari luar. Sang penulis kertas tersebut akhirnya sadar bahwa sesuatu dari luar itu juga berpengaruh terhadap kisah yang akan ia lanjuti.

higehiro
© KADOKAWA / “Hige Hiro” Production Committee

Sayu Ogiwara dari anime Higehiro mungkin adalah salah satu dari karakter anime yang ditulis dengan masa lalu kelam, entah bagaimana ia bisa melakukan tindakan senekat seperti itu sampai ia harus rela tubuhnya disentuh oleh pria asing hanya untuk mendapatkan tempat tinggal. Kita tidak tahu bagaimana masa lalu Sayu, apa yang telah dilewati Sayu sejauh ini. Jika ditelaah, Sayu sebenarnya adalah seorang gadis SMA biasa yang tidak mempunyai skill dan kemampuan bekerja untuk menghidup dirinya sendiri, bahkan ia tidak tahu bagaimana caranya terjun ke masyarakat. Lalu apa yang sebenarnya harus ia lakukan?

Sayu melakukan hal seperti ini karena dilatarbelakangi oleh masa lalu yang kelam, hidup di lingkungan toxic membuat mental Sayu drop, dirundung, dan selalu dibandingkan. Nah, ketika ia dijadikan kambing hitam, ia tidak bisa meminta pertolongan terhadap siapa-siapa. Sayu akhirnya nekat untuk melarikan diri dari rumah. Awalnya ia bisa hidup sendiri dengan persediaan dan uang yang ia bawa, tetapi dengan tanpa pemasukan, uangnya semakin hari semakin menipis, lalu akhirnya ia bertemu dengan orang dewasa pertama yang menentukan perilaku Sayu sekarang. Jika saja orang pertama yang ditemui oleh Sayu adalah Yoshida (rumah pria yang kini disinggahi oleh Sayu), mungkin Sayu tidak akan menjadi seperti ini.

Pada akhirnya Sayu Ogiwara bukanlah gadis penuh dosa seperti orang katakan, karena keadaan yang membuat ia terpaksa melakukan tersebut. Melakukan perjalanan dari Hokkaido ke Tokyo seorang diri sebenarnya adalah rintangan yang berat sebagai gadis SMA polos yang tidak mengerti siklus kehidupan. Mengingat di luar sana memang ada perdagangan manusia, bahkan prostitusi di bawah umur, Sayu hidup dengan keadaan fisik yang masih sehat itu patut untuk disyukuri. Yang paling penting Sayu masih ada keinginan untuk hidup walau masa depan tak menentu.

© KADOKAWA / “Hige Hiro” Production Committee

Selanjutnya kita mengenal pria yang memberikan tempat tinggal baru untuk Sayu, Yoshida. Yoshida sendiri adalah sosok pria yang seharusnya menjadi panutan bagaimana kita harus bersikap terhadap gadis remaja polos yang tak tahu arah. Kemungkinan kita bisa menemukan orang seperti Yoshida di kehidupan itu tiga banding sepuluh, yang berarti pria seperti Yoshida itu memang jarang ditemukan. Memang di luar sana ada yang banyak orang yang mengaku baik seperti Yoshida, tetapi apakah mereka rela mengizinkan orang asing tak dikenal untuk menginap di rumahnya? Bahkan sebenarnya boleh-boleh saja menaruh kecurigaan, toh kita juga tidak mengenal kepribadian asli dari orang asing tersebut bukan? Namun hanya Yoshida yang berani menerima Sayu (walau dalam keadaan mabuk). Usaha yang diberikan Yoshida pun juga tidak main-main. Selain memberikan tempat tinggal untuk Sayu, ia juga menyediakan makanan dan kebutuhan gadis SMA pada umumnya, seperti skincare dan bahkan smartphone sekaligus untuk bisa menghubungi Sayu di kala genting.

Kita juga diperlihatkan dengan perkembangan karakter Sayu yang semakin mendekati gadis SMA pada umumnya. Jika sebelumnya Sayu tersenyum untuk menutupi kesedihannya, senyuman naturalnya pun mulai kembali perlahan. Dari sini, Yoshida membuktikan usaha untuk memanusiakan manusia. Bahkan kata-kata mutiaranya pun masih melekat di dalam kepala, “bukan aku yang baik, mereka saja yang brengsek”.

© KADOKAWA / “Hige Hiro” Production Committee

Sayu Ogiwara sendiri adalah representasi fenomena sosial di sekitar kita yang dituangkan ke dalam sebuah kisah. Kasus gadis SMA yang kabur dari rumah tidak hanya terjadi di kisah fiktif saja, di kehidupan Jepang sana kasus tersebut memang betul adanya. Bahkan tidak usah jauh-jauh ke Jepang, di tanah air pun juga ada yang seperti itu. Prostitusi di bawah umur, hamil sebelum waktunya, siswi SMA yang kabur dari rumah, fenomena itu semua benar terjadi di sekitar kita.

Lalu apa peran kita sebagai orang dewasa? Jika tidak bisa mengulurkan tangan ke mereka setidaknya jangan jadi orang yang brengsek. Jika kehidupanmu sudah rusak karena lingkungan, janganlah ikut merusak masa depan mereka. Mereka sebenarnya tersesat, tidak tahu harus bagaimana bersikap di masyarakat. Mereka membutuhkan kita sebagai orang dewasa yang harus menuntun mereka kembali ke jalan yang benar. Peran orang dewasa dan lingkungan sebenarnya sangat berpengaruh terhadap remaja-remaja yang mencari jati diri mereka. Untuk kita yang memiliki pemikiran matang setidaknya kita bisa menjadi lingkungan yang nyaman untuk mereka.

© KADOKAWA / “Hige Hiro” Production Committee

Pada akhirnya, bagaimana kita harus menyikapi fenomena Sayu Ogiwara yang sedang ramai diperbincangan ini? Walau ia hanyalah karakter fiksi, sebenarnya tidak baik juga untuk melontarkan hujatan kasar terhadap diri Sayu. Betul ia tidak akan membalas balik hujatan kalian, tetapi tetap saja cara kalian untuk menyikapi gadis seperti Sayu bukanlah tindakan yang tepat untuk menghujatnya. Apalagi jika ada kasus seperti Sayu di lingkungan sekitar, apakah kita berhak untuk menghakiminya? Semua setuju jika Sayu bukanlah gadis yang baik. Tetapi berkat Yoshida, Sayu akhirnya berusaha untuk menghapus segala coretan kotor untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Terakhir, bukan berarti karena kita benar, kita boleh menghujat yang salah. Pada akhirnya hanya akan menimbulkan dendam semata. Jika kedamaian bisa disalurkan lewat hati, memangnya sulit untuk dengan menegur dan meluruskan?

Oleh Reza L | Artikel ini adalah pendapat pribadi dari sang penulis dan tidak berarti merefleksikan kebijakan maupun pandangan KAORI Nusantara.

KAORI Nusantara membuka kesempatan bagi pembaca untuk menulis opini tentang dunia anime dan industri kreatif Indonesia. Opini ditulis minimal 500-1000 kata dalam bahasa Indonesia/Inggris dan kirim ke [email protected]

3 KOMENTAR

  1. Mantab ghan, itulah yg bisa dipetik dari anime Higehiro ini. Tapi pas post di grub anime fb pastipastipasti ada aja yg kena mentalnya 😄

  2. Bahasannya mantap, salut masih ada org yg mikir gini, tapi kenyataannya di real life tidak seindah di anime, masalahnya cewe kaya Sayu ini yg bisa diajak dan dibimbing ke arah yg benar udh jarang, bahkan cewe yg udh terbilang dewasa dmn udh tau gmn caranya masuk di lingkungan sosial dan sudah mampu bekerja keras, masih aja membenarkan perilaku untuk menjual diri itu benar, okelah kalau terpaksa, tapi kalo cuma mau enak dan gamau susah cari uang sih saya kurang bisa terima alasannya, walaupun saya juga ga pernah ngehujat org yg seperti itu, tapi rasanya gabisa aja tindakan mereka dimaklumi atau dinormalisasi, tindakan seperti itu yg membuat org gatau kalau yg dilakukannya udh cross the line dan jaman sekarang pasti kata pamungkasnya adalah “hidup2 gua, gausah ngatur” dan “sok suci”

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses