Indonesia adalah negeri yang memiliki beragam jagoan-jagoan super atau superhero fiktif yang beragam. Seolah tidak mau kalah dengan jagoan-jagoan dari mancanegara seperti seri-seri Marvel atau DC dari Amerika Serikat ataupun Jepang yang terkenal dengan Kamen Rider dan Super Sentai-nya, Indonesia juga punya beragam jagoan seperti Kapten Halilintar, Gundala, Godam, Sri Asih, dan lain sebagainya. Tapi adakah yang pernah mendengar tentang Hana Superkid?

Hana Superkid boleh jadi merupakan salah satu sosok jagoan Indonesia yang telah terlupakan. Maklum saja, ia adalah sosok jagoan yang berasal bukan dari komik ataupun film, ataupun media-media lainnya yang lumrah dikonsumsi masyarakat kekinian. melainkan, ia hanya diceritakan melalui sebuah media yang mungkin sudah banyak ditinggalkan di masa kini, yakni kaset drama audio. Sebuah moda hiburan berupa kisah cerita yang hanya dituturkan melalui suara, dan dirilis dalam bentuk kaset-kaset komersial. Kalau mau dibandingkan, mungkin bisa dibandingkan dengan CD drama dalam industri anime/manga Jepang (tentu yang ini dalam media CD sesuai namanya, bukan kaset), ataupun sandiwara radio yang pernah sangat digemari rakyat Indonesia sekitar era 1980an hingga awal 1990an. Dan lebih “buruk” lagi, kisah Hana Superkid sejauh ini hanya dituturkan dalam satu seri kaset drama audio saja yang berjudul Superspace V (baca: Superspace Lima) yang dirilis oleh Sanggar Cerita/SC Record, sebuah brand drama audio untuk anak-anak di bawah naungan Swadaya Prathivi, anak usaha dari Sanggar Prathivi yang dikenal dengan produk-produk sandiwara radio yang digemari publik pada masanya. Namun di tengah segala ke-“obscure”-annya itu, Hana Superkid punya sebuah prestasi mencengangkan lagi absurd, yaitu melindungi jagat raya dengan mengendalikan mecha bersama personel Voltus V, GoShogun, God Sigma, dan Megaloman. Bagaimana bisa seorang jagoan cilik dari Indonesia ini bisa menyetir mecha bersama jagoan dari anime hingga tokusatsu Jepang? Mari dengarkan saja drama audio Superspace V tersebut:

Hana Superkid diceritakan sebagai seorang anak perempuan dari bintang kejora, dan tergabung dalam Superspace V, 5 kekuatan angkasa yang terdiri dari Voltus V yang diwakili Kenichi Go, GoShogun yang diwakili Kenta Sanada, Megaloman yang diwakili Takashi Shishido, God Sigma yang diwakili Toshiya Dan, dan Bintang Kejora yang tentu saja diwakili Hana Superkid. Berlima Bersatu dan menghimpun kekuatan baru melawan kejahatan, mempertahankan dan melindungi jagat raya dari intaian dan serangan musuh yang jahat, seperti Dagar dari planet hitam dan Shaidan dari planet murka yang menjadi musuh mereka dalam kaset drama audio satu-satunya (atau paling tidak, yang masih bisa ditemukan sampai saat ini) yang menampilkan aksi crossover mereka. Para pejuang Superspace V ini diceritakan mengendalikan sebuah mecha bernama Fire Dazzler dengan komposisi Takashi mengendalikan tangan kiri, Kenta mengendalikan tangan kanan, Kenichi mengendalikan pesawat di kaki kiri, Toshiya mengendalikan pesawat di kaki kanannya, dan Hana Superkid memegang pesawat di tubuh dan kepalanya. Fire Dazzler dengan pedang ampuhnya, Fire Crash ini sendiri diciptakan oleh ayah Hana, yaitu Profesor Surya.

Inilah mereka Superspace V!
© Toei Company
© PRODUCTION REED 1981
© PT. Swadaya Prathivi
© Toho Company Ltd.

Sebuah crossover yang cukup ambisius, jauh sebelum munculnya Avengers: Infinity Wars yang digadang-gadang sebagai sebuah crossover paling ambisius tersebut. Bayangkan saja, 4 tokoh jagoan dari 4 seri yang berbeda, yaitu 3 seri anime dan 1 seri tokusatsu, yang masing-masing juga berasal dari kreator yang berbeda, yaitu Toei (Voltus V dan God Sigma), Toho (Megaloman), dan Production Reed (GoShogun) disatukan oleh Sanggar Cerita, dan digabungkan dengan karakter original mereka, Hana Superkid, jadilah Superspace V! Pertanyaannya adalah, bagaimana bisa Kenichi, Kenta, Takashi, dan Toshiya bisa bertemu satu sama lain, dan membentuk grup Superspace V bersama Hana? Bagaimana nasib dari grup-grup yang mereka tinggalkan, demi membuat grup baru sendiri, yakni Superspace V? Entitas macam apa pula yang disebut Bintang Kejora, yang merupakan tempat asal Hana tersebut? Dan bagaimana pula Takashi sang Megaloman yang notabene seorang jagoan yang berubah menjadi raksasa laksana Ultraman, kini malah menyetir mecha? Entahlah. Tidak ada penjelasan yang pasti soal itu. Yang pasti kelimanya sudah tiba-tiba bergabung begitu saja di awal cerita. Tentu saja jangan bertanya mengenai legalitas hak cipta dari karakter-karakter asal Jepang tersebut.

Superspace V memang adalah produk zamannya. Ia adalah produk dari Indonesia era 1980an di mana kesadaran maupun pengawasan mengenai hak cipta masih belum sebesar sekarang. Ini adalah zaman di mana Warkop DKI banyak menggunakan lagu-lagu comotan dari seri-seri besar mancanegara seperti Pink Panther, maupun era di mana Gundala saling baku pukul dengan sosok-sosok seperti Thor hingga Hulk dalam komik Bentrok Jago-Jago Dunia, ataupun munculnya Labah-Labah Merah hingga Kawah Hijau yang kostumnya merupakan jiplakan dari Spider-Man. Kreator pada masa itu memang tak jarang begitu kreatifnya mengejawantahkan ide-ide liar mereka tanpa memikirkan konsekuensi atas hak cipta, bahkan hak cipta dari karya buatannya sendiri. Bukan itu saja, bahkan musik latarnyapun juga menyomot musik-musik gubahan Space Art hingga Hypnosis, tak ubahnya dengan Warkop DKI yang menyomot lagu Pink Panther dalam sejumlah film-film mereka. Tentu saja ini juga era di mana televisi di Indonesia masih merupakan barang mewah yang hanya bisa dimiliki para Sultan-Sultanah di zamannya, dan itupun isinya hanya ada TVRI saja. Karenanya pada masa itu banyak anak-anak yang menikmati hiburan dengan kaset-kaset drama audio keluaran Sanggar Cerita.

Hana Pertiwi, sang artis cilik dan seiyu keturunan Jepang

Kiri: Hana Pertiwi di masa remaja
Kanan atas: Hana Pertiwi sekarang
Kanan bawah: Hana Pertiwi di masa kanak-kanak
© JK Record
© PT. Swadaya Prathivi
© Photo courtesy of Asdi Suhastra

Karakter Hana Superkid sendiri dimainkan oleh Hana Pertiwi (Hanako Kozo Tsukohara), seorang seiyu dan penyanyi keturunan Jepang-Palembang yang telah terjun di dunia hiburan sejak masih kanak-kanak hingga di masa remajanya. Hana Pertiwi memang telah menimba ilmu dalam industri hiburan bersama Sanggar Prathivi sejak masih kanak-kanak. Pada masa itu ia dikenal sebagai seorang penyanyi cilik hingga seorang seiyu yang memiliki karakternya sendiri dalam seri kaset drama audio Sanggar Cerita. Di kalangan pecinta sandiwara radio, ia sendiri juga dikenal memerankan karakter Nilam Cahya dalam sandiwara radio Misteri Nini Pelet, peran yang dimainkan saat dirinya telah beranjak dewasa. Oh ya, tentu saja seri kaset drama radio Sanggar Cerita sendiri bukan hanya dituturkan dalam dialog dan narasi saja, namun juga diselingi dengan sejumlah lagu-lagu dengan lirik yang cukup mendidik, di mana dalam Superspace V, Hana Pertiwi jugalah yang menyanyikan lagu-lagu di dalamnya, lengkap dengan instrumen-instrumen dan aransemen yang akan mengingatkan kita dengan lagu-lagu anime mecha dan tokusatsu di era akhir 1970an hingga awal 1980an. Berikut sejumlah drama audio maupun lagu yang pernah dimaikannya:

Satu hal yang cukup menarik perhatian penulis adalah, kapan tahun persisnya Superspace V ini dirilis. Karena dalam sampul yang tersedia di internet, rupanya tidak ada informasi mengenai tahun rilisnya. Selain itu dalam cerita, tidak jelas pula berapa usia Hana Superkid. Di dalam cerita ia dikesankan sebagai seorang anak-anak yang masih di bawah umur yang memiliki semangat juang, namun menangis tersedu-sedu layaknya anak kecil saat ditinggal orang tuanya. Suaranya pun juga mengesankan bahwa ia merupakan seorang anak yang masih di bawah umur. Namun di sampul depan kasetnya, terlihat foto Hana Pertiwi yang tampak bercosplay sebagai Hana Superkid, di mana ia diperlihatkan sudah remaja. Jadi apakah Hana Superkid masih seorang anak di bawah umur? Entahlah. Namun kemungkinan besar ia berumur lebih tua dari Kenta yang sudah menganggapnya sebagai kakaknya sendiri.

Mau dibawa ke mana Hana Superkid?

Mau dibawa ke mana Hana Superkid setelah ini? Tentu saja ini adalah pertanyaan yang sepertinya bagi banyak orang akan percuma saja untuk ditanyakan. Hana Superkid hanya muncul dalam satu seri saja kaset drama audio (atau paling tidak, hanya ada 1 yang jelas teridentifikasi). Ia tidak pernah lagi muncul di manapun dan bukan cuma telah terlupakan selama bertahun-tahun, namun kapan ia pertama kali muncul pun juga tidak jelas tahun berapa. Sanggar Cerita di balik penciptaan karakter Hana Superkid juga sudah tinggal sejarah, di tengah-tengah pudarnya popularitas sandiwara radio maupun drama audio, dan seiring dengan telah bertransformasinya Sanggar Prathivi. Kolaborasinya dengan karakter asing yang IPnya jelas-jelas tidak dimiliki oleh Sanggar Cerita maupun Sanggar Prathivi pun jelas membuatnya akan bermasalah secara legal jika ia dicoba dihidupkan kembali. Mungkin Sanggar Prathivi sendiri sebagai entitas yang dahulu menaungi Swadaya Prathivi dan Sanggar Cerita juga sudah lupa dengan IP bernama Hana Superkid ini. Hana Pertiwi sebagai sang seiyu pun juga sudah lama pensiun dari dunia hiburan setelah dirinya menikah. Singkatnya, Hana Superkid sang gadis luar angkasa yang mempesona dan gagah perkasa dari Bintang Kejora, yang berani mempertaruhkan nyawa demi keselamatan seluruh angkasa ini sudah lama terlupakan, ia sudah lama “mati”. Hanya menyisakan kenangan bagi entah berapa banyak generasi yang pernah mendengarkan kisah perjuangannya, dan entah berapa banyak yang masih ingat dengan kisahnya. Atau mungkin juga bagi generasi-generasi “edgy” dan haus hiburan “anti mainstream” yang mungkin secara tak sengaja menemukan kisahnya di youtube, atau tukang kaset bekas terdekat.

Penulis sendiri termasuk di dalam generasi “edgy” kurang kerjaan tapi haus hiburan anti mainstream tersebut, hingga sebegitu niatnya memutar otak dan mengangkat kembali seorang jagoan mecha Indonesia yang sudah lama terlupakan ini. Seolah menemukan kembali sebuah “harta” yang telah lama terlupakan, sempat terpikir sebuah impian dan angan-angan, bagaimana bila Hana Superkid “dihidupkan” kembali dalam sebuah kisah dan interpretasi baru, tanpa teman-temannya dari Jepang yang jelas IPnya akan sangat mahal untuk dibeli itu (itu juga jika pihak pemilik IP di Jepangnya bersedia menjual lisensi IP mereka untuk di-crossover), menjadikannya sebuah kisah mecha sci-fi original buatan Indonesia? Bagaimana bila IP Hana Superkid “dhidupkan” kembali, bergabung dengan IP-IP jagoan-jagoan Indonesia lainnya yang kini juga sudah mulai banyak jagoan-jagoan klasik seperti Gundala yang telah berhasil “dihidupkan” kembali itu? Atau bila hal itu hanya sebatas angan-angan, terbesit kembali angan-angan lainnya, andai ada artis doujin yang tertarik untuk kembali “menghidupkan” Hana Superkid, meski hanya sebuah produk doujin non-profesional dan non-komersial, dan beredar terbatas, apalagi jika dilihat dengan standar sekarang, cerita Hana Superkid dan Superspace V  yang mencampuradukkan berbagai IP itu sendiri memang bisa dibilang sebagai sebuah kisah doujin. Dengan segala angan-angan menjadikan Hana Superkid masuk ke dalam “almanak resmi” jagoan Indonesia, pada akhirnya penulis teringat dan bersenandung dengan lirik salah satu lagu tema yang dinyanyikan oleh Hana Pertiwi ini:

“Walau khayal belaka, kisah luar angkasa. Namun maknanya berguna…
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, bela sesama manusia…
Marilah bersama, bernyanyi gembira, dengan satu suara, damai penuh cinta!”

Ah jadi berkhayal dan berharap pula andaikan saja Hana Pertiwi kembali ke ranah seiyu, dan mendubbing anime Jepang kekinian.

KAORI Newsline | Oleh Dody Kusumanto | Terima kasih kepada langgam.com

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses