Bila sebelumnya saya sempat menantikan film anime Nakineko dan Tokyo 7th Sisters pada tahun 2020, namun sayangnya beberapa film tersebut sempat ditunda akibat pandemi COVID-19. Maka dapat saya bilang film Cider no You ni Kotoba ga Wakiagaru atau dikenali juga Words Bubble Up Like Soda Pop adalah salah satu film yang ditunda yang tidak saya ketahui pada saat itu. Jujur saya sendiri baru tahu akan adanya film ini pada Juli 2021 dengan adanya video promosi film ini yang ditampilkan di kanal YouTube Netflix Anime. Dapat saya bilang, saya cukup kaget karena, penggambaran dari film ini sangat pas dengan selera saya, baik dengan adanya warna solid yang kontras hingga desain yang minimalis. Semua sangat pas dengan apa yang saya inginkan secara visual.
Pada saat anime ini dirilis di Netflix, saya langsung saja menyempatkan waktu kosong saya untuk menonton film ini dan hasil akhirnya? Mari simak ulasan film anime Words Bubble Up Like Soda Pop.
Premis Cerita

Film anime Words Bubble Up Like Soda Pop menceritakan kisah sederhana mengenai seorang lelaki dan perempuan yang memiliki insecurity dalam diri mereka. Pada awal cerita penonton diperkenalkan oleh Smile, seorang perempuan terkenal di kalangan media sosial yang merasa minder dengan gigi depannya yang besar, karena itu ia selalu menggunakan masker ketika berpergian keluar. Di saat itu pula ada lelaki bernama Cherry yang memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Karenanya ia selalu menggunakan headphone walaupun ia sedang tidak mendengarkan musik agar orang lain tidak berbicara dengannya. Secara kebetulan mereka sedang berada di mal pada waktu yang samaan dan seketika terjadi suatu kejadian yang membuat mereka terbentur dan salah mengambil hp.
Pertemuan yang tidak terduga itu ternyata menghubungkan mereka untuk menjalin pertemanan karena insecurity yang mereka miliki. Bagaimanakah mereka dapat mengurangi rasa insecurity dari dalam diri mereka? Inilah kisah spesial mereka bersama teman-temannya untuk mewarnai hidup ini.
Cerita yang mudah untuk diikuti

Cerita film ini cukup mudah untuk diikuti. Penonton tidak diberatkan oleh latar yang dalam maupun penyelesaian yang cukup panjang. Ceritanya sederhana, hanya menceritakan kisah seseorang yang memiliki insecurity baik secara penampilan maupun secara aksinya. Bagi saya pribadi yang memiliki rasa gugup dan terkadang gagap ketika sedang berbicara dengan orang banyak sangat merasakan betapa relate-nya saya di awal-awal cerita ketika mendengarkan kisah Cherry.
Narasi yang dibawakan oleh film ini sangat santai. Sayangnya narasi ini terkadang menjadi kekurangan karena beberapa percakapan dalam film ini sangat kental sekali dengan konteks asli bahasa Jepangnya. Sebut saja puisi (Haiku) yang selalu dibuat oleh Cherry, banyak hasil puisi buatannya yang ketika diterjemahkan ke bahasa Indonesia terasa aneh dan saya tidak begitu paham akan maknanya. Padahal di saat bersamaan puisi tersebut malah membuat karakter dalam adegan tersebut bertepuk tangan maupun bahagia.
Secara cerita saya cukup menyukainya karena mudahnya untuk mengikuti cerita utamanya. Sayangnya dengan cerita yang kerap cukup monoton, saya terkadang menjadi tidak fokus dan malah tidak serius untuk menonton anime ini. Karena tidak ada begitu banyak kasus atau permasalahan yang kompleks atau lainnya, cerita film ini sering terasa tidak menarik. Sayangnya ini juga didorong juga oleh pengembangan karakter yang tidak begitu signifikan.
Terlalu banyak karakter, sedikit perkembangan

Walau karakter utama dalam film ini hanyalah 2, namun masih banyak sekali karakter sampingan yang ditampilkan oleh film ini. Sayangnya karakter sampingan tersebut malah terkadang membuat cerita ini malah tidak menarik hingga lebih menambahkan tanda tanya karena banyak dari karakter tersebut yang kerap sekedar lewat dan malah lebih menimbulkan banyak pertanyaan. Hal ini didukung pula dengan banyaknya cerita yang terasa “bolong”, dengan kurangnya adegan memperkuat antara karakter utama maupun karakter sampingan inilah yang membuat perkembangan karakter terasa hambar.
Namun secara akhir, saya sangat puas dengan “kegantungan” dari perkembangan karakter utama. Ada rasa bahagia dan juga tanda tanya secara bersamaan, karena akhir dari perkembangan karakter utama disini malah seperti “itu” saja. Andaikan saja perkembangan karakter di sini dapat dibuat lebih baik lagi maka walaupun ceritanya terasa monoton, setidaknya saya dapat melihat karakter yang unik maupun berkembang dengan baik seiring waktu. Beruntungnya film ini memiliki kelebihan spesial yaitu dari segi visual dan musik.