Sambil saya mengumpulkan mood untuk melanjutkan backlog novel visual yang mangkrak sejak 2015, saya menulis ulasan ini di waktu senggang. Tentu seperti yang diberitakan sebelumnya bahwa Soukou Akki Muramasa atau yang dikenal dengan Full Metal Daemon Muramasa karya Nitroplus akan dirilis dalam versi bahasa Inggris secara global pada bulan Agustus nanti. Maka dari itu saya menulis ulasan novelnya, sambil merayakan rasa senang saya atas novel visual ini akan semakin dinikmati banyak orang.

Full Metal Daemon Muramasa sebuah novel visual bertemakan aksi dan politik yang dirilis oleh Nitroplus pada 30 Oktober 2009. Muramasa juga memiliki fandisc dengan judul Soukou Akki Muramasa: Janen-hen yang dirilis pada 13 Agustus 2010, dan cerita lanjutan dengan judul Soukou Akki Muramasa: Shokuzai-hen yang berfokus pada karakter Akitaka Kikuchi. Shokuzai-hen dirilis pada 29 Juli 2016 dan dapat diunduh secara gratis melalui laman Nitroplus. Pada perayaan sepuluh tahun perilisan novel visual ini, novel Muramasa akhirnya akan berlanjut dalam sekuel yang disebut dengan Project Vermilion.

Full Metal Daemon Muramasa
Ayane Ichijou (© Nitroplus)

Full Metal Daemon Muramasa juga dikerjakan oleh beberapa orang, seperti Ittetsu Narahara sebagai penulis skenario. namanikuATK menjadi ilustrator sekaligus pendesain karakter untuk setiap karakter dalam novel visualnya. Ada juga Makoto Ishiwata yang menjadi pendesain untuk mecha. Sedangkan untuk musik dikomposisi oleh Zizz.

Dalam novel visual ini dikisahkan mengenai seorang pemuda yang merupakan polisi paruh waktu bernama Minato Kageaki dan kisahnya yang terjadi di sekitar Kageaki. Latar cerita Muramasa ini mengambil waktu setelah perang dunia kedua, yang saat itu Yamato (sebutan novel visual ini untuk negara Jepang) dipimpin oleh ke-shogunan Ashikaga dengan tangan besinya. Melalui kepemimpinan tersebut terdapat suatu organisasi militer bernama Rokuhara yang menggunakan senjata bernama Tsurugi untuk memerintah Yamato. Tsurugi sendiri adalah sebuah senjata yang dibuat dengan kekuatan khusus yang menyebabkan senjata ini cukup berbahaya, dan orang yang menggunakan Tsurugi disebut dengan Musha. Kageaki sendiri adalah seorang Musha yang memiliki Tsurugi bewarna merah disebut dengan Muramasa ke-3.

Bersama dengan Muramasa, Kageaki ingin menghentikan Ginseigou, seorang Musha misterius dengan Tsurugi bewarna putih yang telah melakukan pembantaian masal dengan jumlah korban jiwa yang begitu banyak. Rokuhara sendiri menyebutnya sebagai iblis, dan di sisi lain ada sebuah organisasi militer yang menentang Rokuhara. Kisah Muramasa pun dimulai.

Full Metal Daemon Muramasa dibuka dengan kisah aksi Tsurugi dalam bentuk mecha macam Gundam, yang jelas pertarungannya membuat saya berteriak karena saking serunya adegan bertarung baik karakter lain melawan karakter lain atau bahkan Kageaki melawan musuh. Muramasa terbagi menjadi 5 bab cerita untuk pembuka dan 4 bab ketika memasuki inti cerita. Keempat bab ini juga merupakan rute heroine dalam Muramasa yaitu Eiyuu-hen berfokus pada karakter Ayane Ichijou, seorang siswi yang memiliki hubungan dengan Kageaki; Fukushuu-hen yang berfokus pada Kanae Ootori, Kapten dari GHQ salah satu organisasi militer yang melawan Rokuhara; Maou-hen yang kemudian terbagi menjadi dua, untuk karakter Chachamaru Ashikaga yang merupakan salah satu dari Jendral Besar Rokuhara, dan Muramasa ke-3; Akki-hen berfokus pada Muramasa ke-3 dan sekaligus merupakan lanjutan cerita dari Maou-hen untuk Muramasa ke-3.

Full Metal Daemon Muramasa
“Apa karena rasa bencimu yang kuat, atau bahkan karena perasaan sayangmu yang begitu dalam” (© Nitroplus)

Dalam setiap rute heroine, berfokus pada masalah heroine itu sendiri dan menjadi rute pengenalan konflik mengenai apa yang terjadi dalam Muramasa. Eiyuu-hen berfokus pada idealisme mengenai keadilan dimana keadilan bisa melewati batas normal dan masa lalu Ichijou. Fukushuu-hen yang berfokus pada balas dendam dan amarah seseorang dan latar belakang Kanae. Maou-hen yang berfokus kepada untuk melawan ‘raja iblis’ alias Ginseigou yang harus membuang identitas diri demi kemenangan dan menghentikan perbuatan Ginseigou serta masalah Chachamaru dalam konflik internal Rokuhara dan keshogunan Ashikaga. Akki-hen yang berfokus pada keputusan Kageaki setelah melawan Ginseigou.

Muramasa sendiri menggunakan beberapa sebutan khusus dalam hal politik dan terminologi untul Tsurugi. Yang terkadang saya hanya menangkap sebagian ketika memainkan Muramasa ini, meskipun begitu adegan bertarungnya sangat memuaskan, yang sebenarnya dalam adegan tersebut juga dijelaskan bagaimana cara menyerang musuh dan melindungi diri dari musuh. Namun hal yang masih saya belum menangkap dengan jelas adalah konflik politik dari Muramasa, rasanya seperti membaca buku sejarah tapi tak fokus.

Full Metal Daemon Muramasa
Chachamaru ❤ (©Nitroplus)

Dalam segi karakter sekaligus seiyu, saya cukup menikmatinya. Setelah menghabiskan seluruh rute dalam novel visual ini, saya sendiri tidak bisa memilih siapa yang saya suka. Pada akhirnya ‘once you hate that in the end you will love it’ terjadi. Dari beberapa karakter dalam Muramasa ini memunculkan rasa empati, terutama untul Kageaki sendiri. Jikalau kalian memainkan novel visual ini sampai habis, mungkin kalian akan mengerti betapa saya suka kombinasi Kageaki dan Chachamaru. Tak hanya itu, karakter Kanae menjadi awal bagi saya untuk nge-simp sampai akhirnya Ichijou pun memiliki charming point-nya sendiri. Tidak, bahkan heroinenya pun memiliki poin plusnya masing-masing. Secara seiyu, saya yakin seiyunya sangat pas sekali. Terutama untuk Chachamaru, sifat jahilnya Chachamaru terasa keluar sekali. Meskipun begitu cara menggoda Kanae pun terbawa secara baik. Sampai Kageaki dan Ginseigou sendiri pun perlu diacungi jempol.

Ketika Kanae kesal (© Nitroplus)

Dalam halnya untuk cerita, saya semakin berpikir bahwa Muramasa  memiliki kekuatan mempengaruhi pemain. Terutama bagaimana pandangan sang penulis mengenai idealisme sampai hal lainnya. Dan yang saya petik dalam cerita ini adalah dalam hal menyelamatkan dari dunia haruslah berkorban banyak untuk mencapainya (macam Seigi no Mikata ala Fate series), namun terkadang seseorang yang memperjuangkan keadilan sampai penyelamatan bagi dunia harus terkuras emosi sampai dia menjadi tak waras, maka dari itu butuhnya seorang pemimpin bijak tidak memimpin dengan tangan besi sehingga sebuah negara tidak mengalami konflik besar. Selain itu, musiknya cukup membuat saya merinding. Karena sangat menggambarkan isi ceritanya yang penuh darah, aksi, sampai amarah.

Ah selain itu, novel visual ini dapat saya katakan sebagai novel visual yang cukup gila sampai saya merasa tidak waras karena karakternya yang menjadi gila dan penuh nafsu karena banyak alasan. Namun, novel visual ini tetap menjadi novel visual terbaik bagi saya karena inti ceritanya yang cukup dalam. Serta dalam hal ilustrasi CG dan sprite dari para karakter disajikan cukup untuk dan cukup mengganggu mata karena pada intinya cerita Muramasa sangatlah dark, sprites yang tersedia dalam novel visual ini pun cukup sederhana, dan berfokus pada ekspresi karakter dengan textbox yang menurun macam novel Jepang pada umumnya. Dan karena penyajian sprites yang sederhana, tentu saja masuk akal karena Muramasa berfokus pada narasi dalam setiap cerita yang ada.

Muramasa merupakan sebuah novel visual terkenal hingga disebut salah satu Kamige (sebutan untuk novel visual atau gim yang disebut-sebut memiliki nilai tinggi). Dan menurut saya sendiri konten dalam Muramasa ini bisa dijabarkan secara luas layaknya skripsi beratus-ratus halaman. Kesederhanaan dalam penyajian gambar, tetapi baik adegan bertarung, isi cerita sampai desain mecha yang menarik menjadi hiburan tersendiri. Muramasa bukanlah kisah seorang menyelamatkan dunia kemudian menjadi pahlawan, tetapi sebuah kisah untuk menghentikan kejahatan dari dunia yang harus dibayar dengan sesuatu yang imbang dan besar. Yang berarti menjadi penyelamat itu tidaklah gampang.

KAORI Nusantara | Oleh Widya Indrawan

 

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses