Pernahkah kalian mendengar salah satu novel visual berjudul Fata Morgana no Yakata atau The House in Fata Morgana yang sudah dikenal kalangan global karena unsur cerita? Dan kali ini saya menuliskan ulasan dari novel visual yang terkenal ini.
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=EcD_6MXUeNQ]
Fata Morgana no Yakata atau dikenal sebagai The House in Fata Morgana merupakan novel visual doujin yang dirilis oleh Novectacle. Pertama kali rilis pada 27 Desember 2012 untuk kalangan seluruh usia dengan tujuan port Windows, Fata Morgana juga hadir dalam berbagai port yaitu IOS, PS Vita, 3DS, PS4, dan Nintendo Switch. Versi yang saya mainkan adalah versi Remaster yang tersedia dengan ukuran 4K yang bisa didapatkan di sini. Versi global dari Fata Morgana dirilis oleh MangaGamer, pertama kali dirilis pada 13 Mei 2016, versi dari port pun juga tersedia, versi Switch dalam bahasa Inggris direncanakan rilis pada tahun ini. Fata Morgana juga memiliki beberapa cerita sampingnya seperti Fata Morgana no Yakata: Gendai-hen, Bara to Tsubaki to Fata Morgana, Fata Morgana no Yakata – Another Episode, dan lain-lain.
Fata Morgana dikerjakan oleh beberapa orang yaitu Keika Hanada sebagai penulis skenario cerita, Moyotaro dengan ilustrasi realis demi mengangkat suasana cerita. Gao, Mellok’n, Takaki Moriya, Aikawa Razuna, dan Yusuke Tsutsumi sebagai komposer untuk 65 background musik dalam novel visual ini.

Fata Morgana menceritakan kisah dari beberapa orang yang terlibat baik langsung atau tidak langsung dengan latar yang bertempatkan di suatu rumah besar yang sudah lama berdiri selama beratus-ratus tahun. Dengan berfokus kepada pandangan dari dua karakter, seorang yang tidak mengingat dirinya yang disebut dengan ‘kamu’ atau ‘you’ atau ‘anata’ dalam versi bahasa Jepang dan seorang gadis pelayan yang tidak diketahui namanya. Bersama menjelajah rumah besar itu untuk ‘kamu’ mengingat siapa dirinya sekaligus membuka tragedi yang pernah terjadi di rumah besar itu bersama dengan sudut pandang karakter lainnya. Cerita Fata Morgana berfokus pada 4 masa, yaitu abad ke-17 dengan tahun 1603, abad ke-18 dengan tahun 1701, abad ke-19 dengan tahun 1869, dan abad ke-11 dengan tahun 1099.
Fata Morgana hadir dalam genre horror-suspense dan berfokus pada cerita saja yang memang seperti novel visual pada umumnya. Namun pembangunan cerita dan karakter serta latar yang unik menjadi inti dari adanya novel visual satu ini. Sesuai dengan latar yang berada pada 3 periode waktu, dengan latar karakter dan kisah yang saling berhubungan, kisah yang disampaikan oleh novel visual satu ini disampaikan dengan cara yang unik. Menggunakan bahasa Jepang modern dengan sedikit ‘bumbu’ bahasa pada zaman dahulu kala, yang membuat novel visual ini disesuaikan dengan zaman yang ada.

Sang penulis yaitu Keika Hanada memberikan cerita dalam novel visual ini untuk para pemain yang hanya menikmati cerita tanpa unsur apapun. Novel visual yang hanya tersedia dalam cerita tak bersuara ini, memberikan suasana yang mencekam, nyesek (baca: kokoro ini sakit), dan sekaligus sedikit komedi. Meskipun begitu kisah dalam Fata Morgana ini tersedia dalam 7 Bad End dan 1 True Ending, yang mana true ending dari novel visual ini memberikan saya angin sejuk untuk hati yang sudah menahan emosi sejak cerita Fata Morgana dimulai
Kisah yang terletak dalam satu latar utama, sebuah rumah besar tua yang memiliki sejarah kelam yang bermula dari penganiayaan seorang gadis yang dikenal sebagai ‘penyihir’ sampai kisah sang protagonis ‘kamu’ dan sang gadis pelayan dengan ekspresi sedihnya itu.

Kisah pertama atau dengan sebutan pintu pertama yang menceritakan kisah seorang kakak adik yang hidup damai dan bebas bersama keluarga mereka, hingga datanglah seorang gadis berambut putih dan bermata merah yang misterius menjadi pelayan untuk keluarga tersebut. Pintu kedua atau kisah kedua yang menceritakan seorang ‘monster’ yang dikenal sebagai pembunuh sadis yang hidup dalam rumah besar tua tersebut dan seorang gadis yang sama seperti kisah pertama namun dalam wujud yang berbeda pun memasuki rumah misterius tersebut. Kisah ketiga atau pintu ketiga menceritakan hubungan renggang suami istri dan kisah di balik hubungan renggang itu. Dan dari pintu keempat sampai pintu terakhir atau pintu kedelapan menjadi kisah utama yang akan membahas masa lalu dari ‘penyihir’, gadis pelayan, dan tokoh utama ‘kamu’, serta hubungannya dengan ketiga cerita pada pembukaan awal.
Setelah menikmati (baca: sengsara) dalam Fata Morgana ini yang saya dapatkan adalah kisah yang tidak terburu-buru dengan karakternya yang masing-masing memiliki alasan dan latar belakang mereka sendiri. Meskipun pada awalnya saya tidak biasa dengan gambar realis dari novel visual ini, pada akhirnya menyadari bahwa gambar realis dan pilihan untuk tidak menggunakan seiyu pada setiap karakter guna pemain dapat menikmati cerita, dan bagi saya pribadi novel visual ini ada bagian yang dapat menjawab pertanyaan dalam hidup. Kemudian dengan background musik yang dapat memengaruhi perasaan orang lain, menjadi poin yang sangat baik terutama musik berjudul ‘Cicio’ dan ‘Giselle’. Namun yang menjadi kurang adalah mengapa harus adanya gore dan gambar yang menyeramkan, meskipun mengerti mengapa adanya unsur tersebut.
Tetapi yang paling saya dapatkan dari Fata Morgana ini adalah bahwa di mana pun ada orang yang akan mengasihi dan menyayangi sampai menunggu kita kembali dan berada di samping mereka, dendam bukanlah hal yang baik melainkan harus melepas hal tersebut dan melangkah maju ke arah yang lebih baik. Hidup itu adalah suatu hal yang sulit di mana terkadang kita bertemu dengan hal tak baik sampai tragedi, namun dibalik itu semua terdapat cerita yang indah.
Wahai Michel, Giselle, Morgana, Yukimasa, Pauline, Jacopo, Morgana, Maria, Mell, dan Nelly hanya berharap di kehidupan berikutnya bisa bahagia semua, dan percayalah ketika mengetik ulasan ini kokoro ittai. (´;ω;`)
Kaori Nusantara | Oleh Widya Indrawan