PERHATIAN: Artikel ini mengandung spoiler dari seri anime Aoashi!

Setelah tampil buruk di awal musim, Ashito Aoi mulai bisa menyesuaikan diri dengan gaya permainan Tokyo City Esperion FC. Perlahan, dia mulai bisa memahami konsep taktik yang diajarkan oleh teman-temannya. Kelemahan kontrol bolanya perlahan dapat teratasi. Dia juga secara aktif mampu terlibat dalam permainan, bahkan menyumbang gol dan asis. Melihat hasil kerja kerasnya, sepertinya promosi ke tim utama tinggal menunggu waktu.

Namun alih-alih dipanggil ke tim utama, coach Fukuda justru menyuruh Aoi berpindah posisi menjadi fullback. Aoi, yang merupakan seorang penyerang, merasa usahanya tidak dihargai. Sementara itu, Fukuda bersikeras untuk memainkan Aoi di belakang. Menurutnya, perpindahan posisi ini tidak ada hubungannya dengan hasil yang diberikan Aoi. Dia merasa tempat terbaik untuk memaksimalkan potensi Aoi adalah diposisi fullback, di posisi sayap pertahanan Esperion.

Perpindahan posisi ini menarik minat teman sekelas Aoi, Anri. Aoi merupakan pemain dengan visi bermain yang bagus. Oleh karena itu, Anri beranggapan bahwa posisi terbaik Aoi adalah playmaker, pemain yang menurutnya hanya bermain di posisi tengah lapangan. Namun, Yuuma dan Togashi tidak sependapat. Mereka melihat Aoi memang cocok menjadi playmaker, tapi pemikiran bahwa playmaker hanya bermain di tengah lapangan adalah pandangan sempit. Pemain yang mengkreasi peluang tidak harus beroperasi di tengah. Menurut mereka, hal inilah yang diinginkan Fukuda. Aoi, dengan segala potensinya, cocok bermain sebagai playmaking fullback.

Jadi bagaimana akhirnya pemain seperti Aoi bisa menjadi playmaker ketika ditempatkan di belakang? Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana Aoashi mendeskripsikan peran playmaking fullback dalam sepakbola.

Apa Itu Playmaking Fullback?

Dalam artikelnya di The Athletic, Michael Cox (2019) mendefinisikan Playmaker sebagai pemain yang secara harfiah “membuat permainan”. Mereka adalah pemain yang mendikte bagaimana tim mereka akan bermain. Playmaker dapat menjadi pemain yang secara tiba-tiba memberika umpan tusuk ke belakang garis pertahanan, atau pemain yang justru melambatkan tempo permainan. Mereka adalah mentronom dari suatu tim. Cara bermain sebuah tim juga dapat berubah tergantung dari cara playmaker bermain.

Normalnya, playmaker identik dengan pemain yang memiliki peran sebagai “No.10” di suatu tim. Peran ini diberikan pada pemain yang beroperasi di depan kotak penalti, area yang terkadang disebut juga sebagai zona 14. Di tahun 1990an dan awal 2000an, banyak pelatih menggunakan pemain kreatif seperti Zinedine Zidane, Eric Cantona, atau Francesco Totti untuk mengeksploitasi area ini. Dengan menguasai zona tersebut, pemain-pemain kreatif tersebut dapat menciptakan peluang serta situasi berbahaya yang berujung terjadinya gol.

Lokasi zona 14 dalam sepakbola

Dengan pengertian seperti ini, cukup sulit membayangkan seorang fullback yang berposisi di garis pertahanan bagian luar sebagai seorang playmaker. Namun, itulah yang terjadi di sepakbola modern. Dalam postingan ini, terlihat bek kanan Liverpool Trent Alexander-Arnold merupakan pemain yang paling berpengaruh di pertandingan Liverpool vs KRC Genk. Di pertandingan tersebut, Alexander Arnold merupakan pemain yang paling banyak melakukan passing, umpan progresif, serta paling terlibat dalam proses penciptaan peluang (Yang terlihat melalui xG chain)

Pemain lain yang memainkan peran serupa adalah Josua Kimmich di Bayern Munich. Meskipun dapat bermain sebagai gelandang bertahan, Kimmcih juga sering dimainkan di posisi fullback. Di postingan ini, Kimmich dimainkan di posisi fullback melawan Hoffenheim. Terlihat dia merupakan pemain yang paling banyak menyentuh bola serta pemain terbaik kedua dalam proses penciptaan peluang setelah Thiago.

Namun, mengapa seorang fullback bisa menjadi pemain yang berperan sebagai playmaker? Pada dasarnya ketika bertahan, sebuah tim akan fokus mengamankan sisi tengah lapangan untuk mengamankan area kotak pinalti dan zona 14. Karena tim lawan banyak menumpuk pemain di tengah, pemain yang berada di sektor sayap sering mendapatkan ruang. Dari sini, cukup logis apabila pelatih menempatkan pemain yang kreatif di sisi sayap. Pemain tersebut akan mendapatkan ruang lebih untuk berkreasi dan mendikte permainan.

Trent Alexander-Arnold melakukan switchplay dan memindahkan bola ke sisi lain lapangan.

Alasan lain adalah dalam sepakbola modern, pemain tidak lagi saklek terpaku dalam satu posisi tertentu. Pemain yang berposisi sebagai penyerang dituntut untuk mampu bertahan, dan pemain yang berada di sayap juga dituntut untuk bermain lebih ketengah apabila ada ruang yang dapat dieksploitasi. Kerena itu, seorang fullback tidak lagi terpaku sebagai pemain terluar yang memberikan crossing. Fullback saat ini juga dituntut untuk mampu memberikan umpan terukur ke depan atau bahkan masuk ke dalam kotak pinalti layaknya penyerang. Sepakbola modern menuntut pemainnya untuk tidak statis, dan fullback dituntut untuk tidak hanya mengeksploitasi sisi luar lapangan.

Bersambut ke halaman selanjutnya: Aoi sebagai playmaking fullback, dan konsep ruang.

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses