Tragedi Geger Pecinan atau juga dikenal sebagai Tragedi Angke, atau dalam bahasa Belandanya Chinezenmoord, yang berarti “Pembunuhan orang Tionghoa” adalah salah satu lembaran kelam dalam sejarah Ibukota Jakarta. Syahdan pada Oktober 1740, masyarakat keturunan Tionghoa melakukan perlawanan terhadap penindasan yang dilakukan pihak penguasa VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie, kongsi dagang Belanda yang bercokol di Nusantara masa lalu) kala itu, dan kemudian dikenal dengan Geger Pecinan atau Tragedi Angke. Berbagai catatan sejarah memperkirakan sekurangnya 10.000 orang Tionghoa dibantai dalam insiden itu. Kekerasan itu pun kemudian memicu perang yang terjadi antara gabungan masyarakat Tionghoa dan Jakarta melawan Belanda. Insiden itu sendiri dipicu oleh sikap represif pemerintahan VOC, dan berkurangnya pendapatan masyarakat Tionghoa akibat harga gula yang sempat jatuh pada saat itu.
Komikus Aris Mybret mencoba mengangkat kembali tragedi memilukan ini ke dalam bentuk komik berjudul Lampion Merah. Dengan berformat komik serial sebanyak 26 halaman, Geger Pecinan dicetak digital printing di kertas cts 190gr, 16 x 21 cm, 26 hal (4 berwarna, 24 hitam-putih) dengan dibanderol harga sebesar 25.000 Rupiah belum termasuk ongkos kirim.
Komik Lampion Merah ini pertamakali diperkenalkan pada ajang Pameran Komik Superhero dan Silat Indonesia pada awal bulan Februari 2015 dengan dirilisnya Lampion Merah Seri Pertama yang diberi judul FIRASAT.
Meskipun berlatar belakang sejarah peristiwa Geger Pecinan, namun Aris Mybret sendiri telah mengingatkan bahwa komik Lampion Merah adalah fiksi.
Intip beberapa teaser dari komik ini pada gambar-gambar berikut ini:
KURENAI TORO
terimakasih sudah mengulas komik saya… SALAM CERGAM