Ulasan Anime: Absolute Duo

1

Terkadang jalan menuju sukses tidak harus dipelajari dengan membaca kisah-kisah kesuksesan, namun dengan mengetahui kisah-kisah kegagalan. Mungkin saja sang sutradara Atsushi Nakayama telah menonton Mahou Sensou dan sebagai proyek pertama yang ia sutradarai, berusaha membuat Absolute Duo menarik ditonton.

Sebagai proyek penugasan Kadokawa untuk menggenjot penjualan novel ringan aslinya, Absolute Duo bernasib cukup sial. Berbeda dengan Saenai Kanojo no Sodatekata yang sebagai novel dengan setting kehidupan sehari-hari masih memiliki keunggulan dalam pengembangan karakter, Absolute Duo sebagai sebuah novel yang sudah mengetengahkan unsur chuuni dalam cerita aslinya tidak akan mungkin bagus-bagus amat hasilnya.

Cerita dibuka dengan Thor Kokonoe (atau Tor) yang diterima bersekolah di sekolah Kouryou untuk mengikuti program “Duo” supaya bisa membalas dendam atas kematian adiknya, Otowa. Ia bertemu dengan Julie Sigtuna, gadis yang berasal dari Norwegia yang memiliki ketertarikan terhadap Thor dan selanjutnya menjadi pasangan bertempur “Duo” bersamanya. Dalam menjalani hidup di sekolah Kouryou, Thor berkumpul bersama Tomoe Tachibana, tipikal gadis yang blak-blakan dan “sempurna”, Miyabi Hotaka yang pemalu namun memiliki dada berukuran besar, dan Lilith Bristol yang kabarnya murid pindahan dari Inggris.

Sepanjang perjalanan cerita, bayang-bayang masa lalu Thor (dan tentu saja keinginan membalas dendam) selalu dimunculkan pada momen-momen tertentu dan nantinya akan ditampilkan dengan gamblang pada episode terakhir. Tetapi selain dari trauma masa lalu (dan trauma K, Kevin), tidak dijelaskan motivasi apa yang sebenarnya mengangkat cerita ini.

Sajian awal cerita dieksekusi dengan baik selayaknya anime yang lazim ditonton oleh orang kantoran (yang tentu tidak perlu kandungan filosofis apalagi cerita yang berat dan logis.) Episode pertama diawali dengan pertarungan yang kualitas animasinya mencerminkan kualitas animasi dalam setiap adegan pertarungan sepanjang seri ini. Sajian fanservice yang diberikan meski cukup menyenangkan, tidaklah sefrontal Shinmai Maou no Testament.

Dari segi karakter, tidak terlalu banyak yang bisa diceritakan: Julie dengan ucapan “Ja” adalah gadis yang setia dan lengket dengan Thor. Pada awal episode 1 digambarkan sekilas bagaimana Julie bila rage dan ditampilkan kembali pada akhir episode. Selebihnya, Julie cukup flat. Sedangkan Thor adalah tipikal lelaki yang stereotip (bayangkan Tatsuya Shiba yang kadar kharismanya sudah cukup dikurangi) dan entah mengapa selain Julie, hanya Lilith dan Miyabi saja yang tertarik dengannya; itu pun tidak menghasilkan kesimpulan tarik-menarik sebagaimana Infinite Stratos. Sedangkan Lilith yang konon pindahan dari Inggris pada akhirnya hanya sekadar karakter yang tertarik pada Thor karena kekuatan dan sikapnya saja, tanpa pengembangan latar belakang yang lebih mendalam.

Dari sekian banyak karakter dengan stereotip terlampau generik di sini, barangkali hanya sang guru, Rito Tsukimi yang memiliki kepribadian menarik. Bergelar profesor (yang berarti sudah menyelesaikan kuliah S3), ia benar-benar aktif dan energik di satu sisi, namun tidak segan-segan dan kadang terlihat tidak berperasaan, meski ia memiliki perhatian lebih kepada anak didiknya. Karakter yang mencoba membunuh Thor dengan sepenuh hati pada paruh pertama seri ini sebenarnya cukup menarik dan menjadi salah satu motivasi menonton di tengah datarnya pengembangan karakter yang lain.

Secara keseluruhan cerita dalam seri ini sangat tedjo, tidak jelas dan terasa seperti bagian-bagian random yang bergabung menjadi satu. Tedjo-nya anime ini semakin menjadi bila mengingat Absolute Duo, hal yang digadang-gadang oleh sang kepala sekolah Sakuya Tsukumo, tidak pernah dijelaskan secara jelas selain sebagai sebuah hasrat besarnya saja. Namun bila ditonton sebagai bagian yang terpisah dan tidak dalam premis Absolute Duo, seri ini tidak buruk-buruk amat. Fanservice yang ada juga tidak terlalu berlebihan, hanya sekadar menunda kantuk dan tidak sampai menimbulkan dorongan seksual sehingga tidak membuat jijik (bayangkan seperti menonton film-film Warkop), beberapa adegan-adegan yang bisa mengumbar senyum, setidaknya bisa menjadikan anime ini tidak seberapa membosankan.

absduo-11

Selain fanservice dan bagian filler (yang dieksekusi dengan baik oleh seri ini), bagian pertempuran antara Thor dan kawan-kawan dengan Miyabi adalah bagian yang dieksekusi dengan baik oleh tim pembuat anime ini. Miyabi yang pada saat ini telah berubah menjadi lawan Thor dkk ditampilkan mengenakan bodysuit yang menyisakan ketiak saja, mengingatkan sekilas pada Infinite Stratos.

Bila ada faktor lain yang mungkin membuat orang akan tabah menonton anime ini sampai akhir, barangkali adalah lagu pembukanya Absolute Soul yang dinyanyikan oleh Suzuki Konomi yang bagi sebagian orang, mungkin akan menjadi lagu pembuka anime terbaik pada periode Januari-Maret 2015.

Penonton Absolute Duo, bila tidak memutuskan berhenti menonton anime ini pada episode pertama, akan mendapatkan kesenangan yang diharapkan dari menontonnya. Tidak ada ekspetasi cerita bagus yang diharapkan dan bila terjebak dalam rutinitas kerja yang semu dan menyakitkan, menonton Absolute Duo saat menumpang bis, naik kereta, atau saat terjebak dalam rapat panjang adalah pilihan baik. Sayangnya, hanya itu saja nilai positif dari seri ini.

Positif

  • Adegan fanservice yang cukup sebatas obat kantuk, tidak terlampau menjijikan seperti Shinmai Maou atau Highschool DxD.
  • Lagu pembuka yang bagus
  • Di tengah kacaunya narasi, bagian-bagian anime ini sebagai sebuah individu punya cerita yang menarik dan menyegarkan untuk ditonton.

Negatif

  • Cerita tidak koheren
  • Lagu latar yang biasa saja
  • Kualitas penggambaran yang mirip dengan Grisaia no Kajitsu namun tidak cocok untuk adaptasi anime ini

Yang Disayangkan

  • 8-bit nampaknya sudah berusaha menjadikan anime ini sebaik mungkin dengan apa dan daya, namun mengingat ceritanya yang chuuni plus keluhan dari pembaca novel ringannya, sulit menemukan alasan untuk merekomendasikan teman atau kerabat agar menonton anime ini.

KAORI Newsline | oleh Kevin W

Versi novel ringan aslinya telah bisa dipesan melalui KAORI Shop di sini.

1 KOMENTAR

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses