Pengantar
Taisho Baseball Girls (Taishō Yakyū Musume) adalah seri animasi yang diangkat dari novel ringan karya Atsushi Kagurazaka dengan ilustrasi dari Sadaji Koike. Seri sepanjang 12 episode ini diproduksi oleh J.C.Staff dengan Takashi Ikehata (Daphne in Brilliant Blue, Genshiken) sebagai sutradaranya, dan mengudara di musim panas 2009 di Jepang. Anime ini unik karena setting-nya adalah Jepang di periode Taisho (1912-1926), yang jarang ditampilkan dalam media populer seperti ini. Walaupun kisahnya hanya fiksi, tapi penggunaan setting sejarah tersebut menjadi pilihan sesuai untuk menampilkan kisah yang mengusung isu hubungan antar jender melalui olah raga dengan memikat.
Berlumur Keringat dan Debu: Membangun Semangat dan Rasa Hormat melalui Olah Raga
Jepang, 1925. Laki-laki berusia di atas 24 tahun akan segera mendapat hak pilih; perempuan telah diperkenankan untuk bergabung dengan perhimpunan politik; model baru seragam sekolah yang aneh menyerupai seragam kelasi (sailor) masih baru diperkenalkan.
Kisah ini berlangsung di tengah perubahan-perubahan sosial, budaya dan politik tersebut. Cerita dimulai ketika Akiko Ogasawara tersinggung oleh pendapat seorang cowok bahwa perempuan tidak perlu bersekolah dan cukup “kerja di dapur” saja. Untuk memberinya pelajaran, Akiko bertekad untuk mengalahkan si cowok dalam permainan kebanggaannya, baseball; yang masih dianggap sebagai olah raga khusus cowok di zaman itu. Bersama dengan sahabatnya, Koume, mereka berdua mengumpulkan pelajar-pelajar di sekolah putri Toho Seika untuk membentuk tim baseball dan menantang tim baseball sekolah si cowok. Tujuan tersebut tidak mudah untuk dicapai, karena para cewek menemui berbagai kesulitan mulai dari soal memperoleh izin untuk membentuk tim mereka, sampai harus berlatih baseball dari nol (hanya sedikit anggota tim yang pernah main baseball).
Nampaknya olah raga yang sangat “MANLY.”
“Bukan soal menang atau kalah, tapi soal apakah bisa ikut bermain.” Demikianlah prinsip yang menjiwai cerita ini dapat dirangkum. Mengenai tema olah raganya, anime ini termasuk salah satu contoh yang penggambarannya realistis dan membumi. Tidak ada teknik yang melanggar hukum fisika atau ekspresi yang lebai. Yang kita ikuti adalah sekelompok cewek belajar dan berlatih baseball dengan segala keterbatasan, berlumur keringat dan debu, dan sesekali menggunakan metode yang tidak lazim. Namun menang atau kalah bukanlah hal yang paling penting. Hal yang lebih penting adalah segenap upaya yang telah dikerahkan oleh karakter-karakternya dalam segala keterbatasan yang mereka miliki, untuk meningkatkan kemampuan mereka, menikmati upaya-upaya tersebut, dan menikmati bermain baseball. Dari situ penonton juga dapat belajar mengapresiasi serunya permainan baseball.
Mengenai isu hubungan antar jender, cerita ini sudah mampu membawakannya dengan cukup baik. Para cowok sebenarnya tidak digambarkan dengan buruk. Memang, nampaknya para cowok sendiri juga mengalami kekangan oleh nilai-nilai tradisional yang kaku. Dan para ceweknya pun tidak digambarkan membenci cowok. Koume, misalnya, berhubungan baik dengan cowok yang kerja di rumah makan ayahnya, dan cowok itu pun memberi dukungan pada Koume. Intinya apa yang dilawan oleh para cewek bukanlah cowoknya itu sendiri, tapi pandangan yang menganggap remeh terhadap para cewek. Karena itu, esensi perjuangannya bukanlah soal menang atau kalah dalam permainan baseball, tapi untuk memperoleh pengakuan dan rasa hormat sebagai lawan yang serius dan sepadan di lapangan. Penghormatan tersebut adalah kemenangan yang lebih besar untuk diperoleh.
Penggambaran transformasi sosial-budaya yang berlangsung dalam masyarakat yang sedang menjalani modernisasi juga menarik untuk diperhatikan. Di satu sisi, kehendak untuk menjadi modern telah membuat mengadopsi berbagai aspek dari budaya Barat. Namun di sisi lain, orang-orang juga masih memegang nilai-nilai tradisional yang acapkali bertentangan dengan nilai-nilai yang baru. Nilai-nilai baru apa yang dapat diterima dan nilai-nilai tradisional apa yang dianggap perlu dipertahankan juga bervariasi dari orang ke orang. Walaupun cerita ini memang fiktif dan belum tentu semua detailnya sesuai dengan kenyataan sejarah, namun dari penggambaran tersebut dapat dirasakan suasana suatu bangsa yang masih galau menentukan identitas barunya.
Memakai pakaian Barat tidak serta-merta membuat seseorang berpikiran lebih progresif.
Singkat kata, ini adalah anime bagus dengan tema positif dan karakter-karakter yang memikat melalui drama perjuangan mereka. Bagi yang ingin menonton anime olah raga yang beraliran realistik, dengan gadis-gadis elok sebagai tokoh utamanya, Taisho Baseball Girls is definitely worth watching.
Topik yang dapat Ditelusuri Lebih Lanjut
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, anime ini juga menggambarkan efek dari modernisasi dan pembangunan terhadap identitas dan budaya. Bab kedelapan dari buku International Relations Theory: a Critical Introduction (edisi kedua dan setelahnya) karya Cynthia Weber membahas isu ini dan implikasinya pada stabilitas. Bab tersebut membaca secara kritis argumen “clash of civilizations” (benturan peradaban) dari Samuel Huntington, dengan menyandingkannya dengan film East is East. Weber mendemonstrasikan bahwa identitas itu sendiri mengandung perselisihan dan kontradiksi. Keinginan untuk membentuk suatu identitas utuh juga dapat memicu konflik sebagaimana perbedaan antar identitas. Karena saat identitas suatu kelompok berusaha untuk didefinisikan secara ketat, orang-orang yang menjadi bagian dari kelompok tersebut namun memiliki karakteristik yang dianggap tidak sesuai dengan kriteria ketat yang dikehendaki, dapat mengalami diskriminasi dan penindasan karenanya.
KAORI Newsline | oleh Halimun Muhammad