Mengenalkan Islam di Jepang Lewat Persinggungan Budaya

1

islam-di-jepang_20150629_135733

Peserta wanita di acara Islamic Cultural Exchange (ICE) pada tanggal 27 Juni 2015, bertempat di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT). 

Umat Muslim di Jepang berpuasa lebih lama dibandingkan umat Muslim di Indonesia. Tapi itu tidak menghalangi semangat warga muslim di Jepang berdakwah kepada masyarakat sekitar.

Sebagai rangkaian dakwah Ramadhan, Keluarga Masyarakat Muslim Indonesia (KMII) Jepang, didukung KBRI Tokyo dan komunitas Muslim negara lain, mengadakan acara Islamic Cultural Exchange (ICE) pada 27 Juni 2015, di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT).

“KMII sebagai lembaga yang telah berdiri sejak 1970-an, aktif tidak hanya berdakwah untuk warga Indonesia yang tinggal di Jepang, namun juga aktif menyampaikan ajaran Islam yang damai sesuai asal nama Islam itu sendiri yang berarti damai, kepada masyarakat Jepang. Salah satunya melalui event yang kali ini cukup spesial karena tidak hanya mengundang warga Jepang di sekitar lokasi, namun juga dari daerah lain, bahkan ada yang datang di luar Tokyo. Acara ini pun juga melibatkan komunitas Islam dari Negara lain”, ujar Maidiward, Ketua KMII yang juga Atase Kehutanan KBRI dalam sambutan acara ICE tersebut sebagaimana dilansir dari Tribunnews.

Diskusi menyoal wajah Islam sesungguhnya dimulai menggunakan bahasa Jepang dengan menghadirkan tiga panelis berkewarganegaraan Jepang yang cukup lama berinteraksi dengan warga Muslim baik di Timur Tengah dan di Asia.

Salah satu poin diskusi ini adalah cukup banyak kesamaan nilai Islam dengan budaya di Jepang, tapi banyak nilai-nilai dan tradisi di Jepang luntur seperti menghargai orang tua dan tetangga. Banyak orang Jepang tidak terlalu peduli agama, namun mengakui okage sama de, zat yang menggerakkan segala kejadian.

Tak melulu diskusi, acra ini juga menampilkan tiga budaya Indonesia. Pertama adalah tari indang rebana dan tari dindin badindin yang dibawakan oleh anak-anak sekolah SRIT. Mereka tetap puasa tapi terampil dan cekatan membawakan tarian. Orang Jepang kagum dengan mereka.

Setelah itu, ada penampilan bela diri merpati putih yang dibawakan orang Jepang dan orang Indonesia. Peragaan mematahkan besi, mampu membuat orang yang hadir terpukau. Penampilan terakhir yang tak kalah menarik adalah nasyid berbahasa Jepang berjudul “Kamisama” (Tuhan) yang dibawakan oleh komunitas muslim Malaysia (AMIR).

Azab Maghrib pun tiba dan saatnya berbuka. Pengunjung mendapat sajian pembuka khas Ramadan, yaitu kolak, kurma dan tahu isi. Setelah itu, pengunjung diajak mencicipi makanan khas dari berbagai Negara muslim, seperti Martabak Malaysia, “Fatteh” khas Syria, “Bauyrsak” dari Kazakhstan, dan tidak ketinggalan Indonesia dengan menu rendang dan soto ayam yang disesuaikan dengan lidah orang Jepang.

Di penutup acara, pengunjung Jepang mengucapkan apresiasinya atas acara ini karena bisa mengetahui Islam secara lebih dekat dan berharap kegiatan ini terus berlanjut di kemudian hari.

KAORI Newsline

1 KOMENTAR

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses