junsant

Apa yang terlintas ketika seseorang bertanya kepada anda “apa itu cerita populer?”

Umumnya, jika anda merupakan seseorang yang hidup dalam society modern mungkin akan memberikan contoh gaya penceritaan Hollywood sebagai referensi apa itu cerita populer, nah, itu dari barat, lalu bagaimana dengan cerita populer di timur khususnya indonesia? Jujur saja saya tidak bisa memberi contoh apa yang benar-benar dapat memberi gambaran apa itu cerita populer yang khas di indonesia, tetapi saya bisa memberikan contoh, bagaimana cerita populer kontemporer (kekinian) sedang mengarah secara global melalui empat karya komik yang dikarang oleh Juni Santoso dengan nama pena JunSant.

upIMG_20150818_164252-720x960

Pertama adalah komik berjudul Identity, Mengikuti cerita seorang pemuda bernama Permana yang baru saja mengalami kejadian yang mungkin “sering” terjadi pada kaum pria, hanya saja tidak didramatisir sehingga anda tidak sensi dengan karakter utamanya. Permana kemudian berpetualang untuk mencari suasana baru ke pantai, Permana yang sedang asyik tiduran secara kebetulan ketiban perempuan dari langit. Perempuan yang memiliki tangan mesin tersebut tidak memiliki jati diri, sehingga Permana menjadi salah satu orang yang dapat memberikan apa itu sebuah “identitas” kepada perempuan asing tersebut seperti nama, gender dsb. Dari sini cerita Identity mulai memiliki arah, Permana malah mencari masalah karena bersosial dengan orang asing yang identitasnya tidak jelas tapi secara bersamaan menjadi awal dari “suasana baru” yang ia harapkan.

upIMG_20150818_164204-720x960

Kedua merupakan komik yang menurut saya paling menarik, yakni berjudul PIJA, bersetting pada era yang akan mengingatkan kita akan Wiro Sableng dengan tokoh utama ayam, ceritanya sangat umum tapi esensi tentang ayam jago ya adanya di sini. Menghindari berbagai macam jurus “Shounen” ala komik Jepang dalam wujud ayam. Dan komik ini mungkin akan menyenggol jiwa orang-orang perfeksionis, karena entah secara sengaja atau tidak sengaja penulis dalam komik ini ada yang salah eja dan tidak diberi spasi.

upIMG_20150818_164419-768x576

Ketiga Unknown Zone, sebuah komik yang saya dengan sangat yakin bahwa ini merupakan karya yang terinspirasi dari animasi Jepang yang cukup tenar. Alih-alih menyebutkan judul cerita yang menjadi sumber referensi, saya akan menyebutkan referensi karakter, sebut saja “Levi versi perempuan”. Untuk kalian yang pernah membaca atau menonton judul karya yang sudah saya berikan petunjuk tersebut, mungkin akan langsung sadar unsur apa saja yang diikuti oleh sang penulis dalam cerita ini.

upIMG_20150818_163958-768x576

Keempat adalah komik paling tebal di antara tiga komik lainnya, dengan judul The Dangerous Girl. Komik ini menggelitik pikiran saya, bagaimana seorang perempuan dapat bertindak kekerasan sesukanya dengan andil-andil balas dendam atas keadilan. Apakah “keadilan” itu ada? Kalaupun ada bukankah hanya berlaku pada sesama manusia saja? Lalu bagaimana dengan alam? Apakah manusia sudah berlaku adil pada alam yang disinggahinya? Ketika membaca komik ini yang terlintas di kepala saya bukanlah bagaimana ceritanya berlangsung, melainkan unsur-unsur elemen yang menjadi sumber plot cerita. “Bagaimana rasanya?” Terkurung dalam kehidupan sosial di mana kuasa otoriter sama sekali tidak bisa dilawan? Ya.. nikmati aja.

upIMG_20150818_164504-768x576

Komik yang ditulis oleh JunSant, jujur saya merasa komik ini memiliki dialog yang sangat rasional dan sehari-hari indonesia sekali. Terlepas dari keputusan yang revolusioner untuk entah sengaja atau tidak sengaja salah eja dan tidak memberi spasi.

Cerita populer berlingkar pada suatu problem, kemudian problem tersebut diangkat menjadi sebuah cerita yang menjadi pengewanjatahan dari suatu konsep kemudian konsep tersebut terus berkembang menjadi referensi yang terus didaur ulang karena terbukti ampuh disukai oleh orang-orang pada masa itu. Misal saja cerita Identity, mengangkat tema identitas sekaligus menaruk referensi “robot” yang sering ditemui dalam cerita sains fiksi, padahal tanpa menggunakan “robot” pun tema identitas sudah menarik, keputusan menaruhkan konsep “robot” adalah bumbu yang terbukti ampuh dalam cerita kontemporer agar orang-orang tertarik. Semua berlaku dalam karya Juni Santoso, bukan hanya JunSant saja, gaya penulisan populer yang sejenis sering kita temui terutama dalam industri animasi dan komik jepang. Tema poligami, fantasi, kehidupan sekolah dan komedi yang terus didaur ulang selalu ada dalam industri animasi jepang karena terbukti ampuh untuk menarik perhatian konsumen. Ini bukan berarti karya tersebut memiliki tingkat yang rendah, justru hal ini dapat menjadi sebuah pelajaran bagaimana kehidupan sosial jepang yang penuh kejenuhan mengharapkan sesuatu yang baru dalam kehidupan sosial mereka layaknya komik karangan JunSant yang berjudul Identity.

Sebagai penikmat animasi jepang, terutama seseorang yang berada dalam luar lingkar kehidupan Jepang mungkin tidak tahu betapa berharganya tema animasi yang terus didaur ulang tersebut, maka dari itu karya populer adalah produk referensial yang dapat menggambarkan sosialita pada suatu civil society dapat berupa kritik ataupun harapan dan kesadaran terdalam yang muncrat ingin dilampiaskan.

Tulisan di atas semuanya murni opini penulis tanpa menggunakan refrensi ataupun catatan kaki.

KAORI Newsline | oleh Farid R | Penulis adalah mahasiswa program studi Filsafat Universitas Indonesia

Tinggalkan komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses