
Bagi JR East, kereta listrik (KRL) seri E235 digadang sebagai awal perjalanan baru perusahaan ini di tengah seretnya pendapatan karena penduduk Jepang yang menua. Namun apa yang terjadi bila KRL ini justru mengalami gangguan pada hari perdana pengoperasiannya?
Dilansir Nikkei, direktur utama JR East Tetsuro Tomita meminta maaf karena gangguan yang dialami seri E235 pada hari perdana pengoperasiannya. Dengan uji coba lebih dari 10 ribu kilometer, gangguan yang dialami oleh E235 merupakan hal yang “tidak disangka-sangka” oleh JR East. Walau demikian, pengujian dilakukan dalam kondisi sintetis dengan asumsi penumpang 40% dari kapasitas, alih-alih 90% sebagaimana yang terjadi pada hari perdana pengoperasiannya lalu.
Berbeda dengan KRL yang pernah dibangun sebelumnya oleh J-Trec, anak perusahaan JR East, seri E235 memperkenalkan sistem terintegrasi bernama Interos. Interos memungkinkan kereta api tidak hanya menyajikan informasi dan iklan lebih interaktif pada penumpang, namun memungkinkan koleksi data secara real-time akan kondisi prasarana (rel), serta mengatur akselerasi dan pengereman secara otomatis. Ke depan, Interos juga memungkinkan petugas di depo kereta untuk dapat langsung menganalisis laporan harian untuk menghemat waktu dan mengurangi manusia yang diperlukan. Gangguan pengereman yang terjadi pada hari perdana E235 berdinas menguji ketahanan sistem ini.
Kendala-kendala lain di JR East seperti kasus putusnya kabel listrik aliran atas (LAA) di jalur Keihin Tohoku dan jalur Yamanote membuka kelemahan-kelemahan lain dalam JR East. Teknisi yang menua ditambah dengan rekrutmen yang sangat sedikit semakin memperparah masalah SDM yang ada di JR East.
Pada akhirnya, ambisi J-Trec dan JR East untuk merangkul pasar global dengan memproduksi kereta menggunakan teknologi-teknologi terbaru akan sangat bergantung pada kesuksesan seri E235, yang akan kembali beroperasi “bila masalah-masalah terkait telah dibereskan.”
KAORI Newsline