Perjalanan Jakarta-Bandung terasa sedikit berbeda Rabu lalu. Begitu melangkahkan kaki dari kereta Argo Parahyangan, teriknya Bandung yang tidak seperti biasanya langsung menusuk ubun-ubun. Tidak lama kemudian, hujan deras yang turun menghapus panasnya siang.
Di tengah guyuran hujan deras itu, saya masih berkeras menunaikan keinginan saya yang lama tak terwujud: mencoba makan di warteg yang ada di seberang Itenas. Menurut Kincen dahulu, begitu enaknya menu makanan warteg ini sampai-sampai dahulu ada warung di dekatnya yang bangkrut karena tidak mampu bersaing.
Saat datang, saya pun menghela nafas. Masih berpikir mengapa dan bagaimana teledornya baik saya maupun panitia pengadaan jaket sehingga uang 50 orang, plus jaket saya dan Kincen bisa menghilang dibawa lari orang.
Rencananya saya mau menemui seseorang untuk kejelasan mengenai jaket ini pada Kamis malam, namun hal ini urung dilakukan. Terpaksa acara ditunda sampai Jumat siang.
Rupa-rupanya orang yang dipercaya oleh Kincen ini tidak hanya menggelapkan uang jaket milik KAORI saja. Menurut pengakuan salah seorang pemilik konveksi di kawasan Suropati, banyak sekali yang kena tipu oleh orang ini. Jumlah kerugiannya pun mencapai 20-30 juta rupiah kalau ditotal. Termasuk salah satu usaha milik keluarga Kincen yang kena tipu oleh orang ini.
Masih dalam kondisi menghela nafas, saya sendiri tidak dapat berbuat apa-apa. Uang sudah terlanjur hilang, dan saya pun bersyukur akan kejadian hal ini.
Setidaknya, KAORI kena tipu dalam skala yang kecil. “Hanya” lima juta rupiah yang hilang. Meskipun saya yakin bagi sebagian orang (dan saya sendiri), uang seratus ribu rupiah itu sangat berharga, dan bahkan saya harus berjuang keras untuk mengumpulkan uang sebesar itu.
Bayangkan jika nanti KAORI sudah menjadi perusahaan Tbk (seperti yang digembar-gemborkan saddam) dan terjadi penipuan dalam jumlah yang cukup besar. Dengan begini, ada yang bisa dipelajari agar di masa depan tidak kena penipuan seperti ini. Ongkos yang mahal sudah menjadi risiko tak terelakkan.
Pun dalam kondisi yang seperti ini, saya melihat sebuah kemakluman yang menarik. Menurut Nasrul, kalau yang seperti ini terjadi di forum lain, mungkin panitia sudah habis, dicecar oleh orang-orang yang lama menunggu. Bahasa kerennya, seperti di-PHP-in. Pemberi harapan palsu.
Terima kasih untuk pengguna KAORI yang sudah sabar menunggu pemesanan jaket kali ini. Mudah-mudahan panitia tidak akan mengecewakan lagi dalam kesempatan berikutnya.
Lalu ada faktor lain yang membuat saya bersyukur. Selama empat hari ini saya pun bersemedi, mencoba tapa brata untuk berpikir dari mana uang ini bisa didapatkan.
Setelah berkubang dengan masalah kernel dan lain-lain, memanfaatkan sumber daya kosong, maka dalam tempo minggu ini KAORI akan mulai menjual paket torrent leech yang murah namun bisa diandalkan, hitung-hitung memanfaatkan sumber daya menganggur.
Uang penjualannya sementara akan dipakai untuk membayar biaya talangan jaket yang jumlahnya besar itu. Kalau uang talangan ini sudah kembali, tentu saja nanti rasionya akan dinormalkan, sesuai dengan kebutuhan forum dan kapasitas server yang tersedia.
Mungkin di kesempatan berikutnya, bisa jadi ada lebih banyak lagi cara bagi KAORI untuk berinovasi. Syukur-syukur tidak hanya mencukupi untuk menghidupi dirinya sendiri, namun juga bisa mendanai ekspansi dirinya sendiri. Terkesan hermaprodit, tapi menarik bila nanti KAORI memang bisa mendanai dirinya sendiri!
Ide-ide kreatif ini mungkin saja masih ada lebih banyak lagi di KAORI. Dari lima ribuan pengguna terdaftar, pastilah ada sugesti maupun inisiatif yang tepat guna, Lebih bagus lagi kalau ide ini bisa terus dijalankan bahkan jauh ke depan, lebih dari sekedar solusi sementara mengatasi masalah uang jaket ini.
Teman-teman staf pun pasti akan menanggapi ide-ide brilian yang masuk dengan mengirimkannya ke surel saya, shinmuhammad[at]kaorinusantara.or.id atau bisa melalui sarana PM. Siapa tahu, dan saya berharap, ada pemikiran yang bisa cepat diwujudkan.
Shin Muhammad
Administrator KAORI
Saya turut bersedih mendengarnya, mudah2an tuh orang penipu dapat balesannya.