5. Shigatsu wa Kimi no Uso
Salah satu tontonan menarik tahun ini yang cukup mellow dan dramatis. Begitulah kesan keseluruhan setelah menonton anime ini hingga akhir. Masih banyak yang berharap adanya alter ending namun sayangnya hal tersebut rasanya tidak mungkin terjadi. Menghadirkan beberapa musik klasik menjadi poin utama dan alasan yang kuat untuk menonton anime ini, daya tarik lainnya adalah kehadiran setiap karakternya yang digambarkan dengan baik. Penggambaran karakter yang kuat membuat penonton benar-benar terhanyut dalam cerita drama remaja tanggung ini. Maka dari itu tidak salah anime yang satu ini menjadi yang terbaik di tahun ini. (Johann F.)
Shigatsu wa Kimi no Uso is a story about a piano prodigy, Arima Kousei, who had a mental breakdown after the loss of his mother is obsessed with perfection in everything he plays. As the result, he loses the ability to hear the notes while playing the piano. It would have scarred him for the rest of his life until he met the girl that changed his life forever. Kaori Miyazono is a violinist who believed that music should be expressed freely and doesn’t have to be monotonous. The encounter with Kaori will transform ’Friend A’ to a passionate performer as the anime progresses. It’s amazing to see how the anime evolved from a simple slice-of-life to get you attached to the characters in the first cour into the emotional rollercoaster in the second cour that revealed the truth that is faithful to the title itself. Accompanied by breathtaking classical soundtracks from Chopin, Bach, Mozart to the accurate presentation of the piano that imitated Steinway & Sons grand piano down to the hammering action. The soundtracks bring out the most emotional and tear-jerking moments along with the humour and comedy that balances the show very well. The animation and the opening scene was very eye-catching with vivid colours that accentuate the moods. Overall, this anime did a splendid job in portraying a young man’s journey to adulthood. (Eri)
4. Osomatsu-san
Membuat ulang sesuatu dari karya lama yang sudah terkenal bahkan trademark salah satu dari karakternya sudah ditiru oleh John Lennon sekalipun menjadi suatu tantangan tersendiri. Dibantu dengan Yoichi Fujita yang sukses menyutradarai Gintama maka lahirlah remake paling menyenangkan di tahun ini. Osomatsu-san adalah sebuah anime yang dibuat ulang dari manga populer karya Fujio Akatsuka dengan latar yang lebih modern serta pengubahan sifat karakter yang membuat anime ini adaptatif dengan era sekarang. Osomatsu-san dengan sangat luwes dalam memainkan genre komedi, selain bisa mengocok perut Osomatsu-san kritis dengan hal yang terjadi saat ini dan menyajikannya dalam bentuk komedi sehingga terkesan lucu sekaligus menyindir.
Ketika karya ini bisa dinikmati oleh penonton seluruh dunia via internet maka komedi era Showa yang dianggap jadul dikikis dengan mempertahankan beberapa trademark. Anime ini mempunyai humor yang universal dan bisa ditonton oleh siapa saja tanpa harus mengenali karakteristik humor Jepang terlebih dahulu, hal ini terjadi karena parodi dan referensi dari kultur pop seperti Saw, Love Live, UtaPri, Spiderman, Anpanman, Space Odyssey, Kuroko no Basket, Yowamushi Pedal sampai Attack on Titan. Saking banyaknya parodi, episode 1 dan 3 anime ini ditarik oleh pasaran karena masalah hak cipta namun dengan banyaknya parodi dan ditambah dengan lelucon slapstick makin membuktikan bahwa Osomatsu yang baru sukses menjadi buah bibir di penggemar anime dan menjadi salah satu bukti bahwa Osomatsu telah berhasil melakukan regenerasi kepada penontonnya dan menjaga nama Osomatsu tetap ada. (Luthfi S.A)
Apparently, Osomatsu-san is an anime series based on the grown up character of comic and anime series Osomatsu-kun. They are totally aware of their change and try to adjusting life as an adult (even though that never matters in anime who never takes themselves seriously). It is filled with absurd jokes and parodies, the one you’d find in Gintama and Danshi Koukousei, but something makes them different.
Osomatsu-san is a situational comedy anime with unique characters. The sextuplets have all their own traits that complete each other through the skits, and the supporting still hold their own outdated jokes from Showa era. Another good thing with Osomatsu-san is the voice-acting. It may be not too impressive for some, but I find it very rich and contributing to the skits as much as the writing does. But don’t hope for nothing more, because Osomatsu-san is only an anime (and a little melancholy) with a lot of jokes. Hysterical ones, I could say. (Daniel)
3. Hibike! Euphonium
Dalam trailer untuk seri anime ini, Kyoto Animation berjanji akan menyajikan sebuah kisah mengenai musik dan masa muda. Dan sesuai janjinya, memang itulah yang dihadirkan dalam anime ini; drama remaja mengenai perjuangan sebuah orkes tiup SMA untuk mencapai kompetisi nasional. Namun lebih dari menampilkan sebuah kisah drama yang menarik, Kyoto Animation mampu menjadikan menonton anime ini sebuah pengalaman yang memabukkan, memanjakan dan menghanyutkan indra dan emosi penonton ke dalam sensasi bermusik ansambel.
Sebagaimana penampilan musik ansambel yang menjadi tema anime ini, pembuatan sebuah anime layaknya mampu memadukan berbagai unsur di dalamnya secara harmonis menjadi satu kesatuan yang bernilai lebih dari sekedar jumlah tiap-tiap bagiannya. Dan Kyoto Animation berhasil melakukan hal itu dengan animasi karakter yang menjiwai, karakterisasi tokoh yang berwarna, interaksi antar tokoh yang penuh dengan emosi intens, humor yang menghibur, penekanan momen dramatis yang pas, visual yang memikat, pilihan musik yang menawan, dan lain-lainnya. Sound! Euphonium adalah sebuah karya yang mendemonstrasikan kekuatan anime sebagai sebuah karya seni. (Halimun)
2015 has been a wonderful year for music anime. Kyoto Animation returned once again with Hibike! Euphonium which aired during spring. Originally a light novel series by Ayano Takeda, the anime was directed by Tatsuya Ishihara. As a musician myself, I appreciate the fact the KyoAni has carefully crafted little details to illustrate the atmosphere of a high school musical band. From the polish of the instruments, smooth fingering animations, the realism of the scenes, and the accommodating soundtracks. Attention to details like these is usually overlooked in the majority of anime. KyoAni has proven us that it can bring anime, as a medium, to a whole new standard.
Characters are probably one of the strongest aspects of this anime. You could instantly relate to the characters with their unique individual characteristic, and this effect grows stronger as they overcome the internal conflicts together as they are heading for the nationals. There will be an emotional ride of ups and downs from the funny humors to intense dramatic scenes. All of these combined with the great visuals, realistic scenes, stellar soundtracks, memorable characters, and many others are what I believe to be the reasons why KAORI have chosen this anime to be one of the best in 2015. (Eri)
One-Punch Man adalah anime yang sederhana, bercerita mengenai seorang superhero yang terlalu kuat, hingga dia bosan dengan setiap pertarungannya yang berakhir dengan satu pukulan. Berlandaskan konsep tersebut, One-Punch Man memilih untuk menciptakan daya tariknya lewat komedi dan action. Komedi di One-Punch Man kebanyakan ditampilkan secara ringan lewat humor deadpan dari Saitama yang seringkali terlihat seperti seorang pemalas aneh dengan ekspresi bosan. Kemudian, kemunculan Genos memberikan variasi baru dalam komedinya, menjadikan interaksi antara keduanya seringkali menjadi guyonan ala manzai. Sayangnya, hal tersebut masih belum cukup. Pola komedi yang sama di tiap episodenya menjadikan humornya lama kelamaan terasa monoton. Tetapi untungnya, seiring dengan jalannya cerita, One-Punch Man memilih untuk mengambil pendekatan yang lebih serius dengan mengusung tema bahwa “seorang pahlawan harus mengerti bahwa seringkali jasanya tidak akan diapresiasi oleh orang-orang”.
Namun, bukan hanya itu saja. Komedi yang monoton, storyboard yang terkadang kurang memaskan, dan kekurangan lainnya, solah tertiup oleh kekuatan dari animasinya semata. One-Punch Man adalah contoh dari apa yang terjadi apabila sebuah proyek berhasil mengumpulkan benyak animator yang handal dan tidak memberi mereka tali kekang apapun. Tiap adegan actionnya dipenuhi dengan animasi yang begitu breathtaking dan bervariasi. Berbagai macam outline dari yang tebal dan brushy hingga yang tidak ada sama sekali, dari animasi yang presisi dan fluid hingga yang terlihat mentah dan unpolished, efek-efek dan impact frames yang flashy saling bersahut-sahutan, dipadu dengan koreografi yang memukau serta layout yang impresif, menjadikan adegan-adegan action di One-Punch Man sangat atraktif, powerful, dan intense. One-Punch Man bukanlah sebuah adaptasi yang sempurna ataupun anime dengan cerita atau tema terbaik, namun One-Punch Man menyuguhkan sesuatu yang mengingatkan kita kembali bahwa menyaksikan animasi yang keren memang sebuah hal yang menyenangkan. (Yoza)
One Punch Man was the most hyped anime in Fall 2015, and it does not disappoint. With a very simple story of a man called Saitama who yearned to become a hero just for fun and eventually became one. He is so powerful that he beats any opponent in just one punch. But in fact, nobody seems to have recognised his strength until he saved Genos with one punch to the enemy. More characters are introduced, and the cast variety makes it more entertaining.
But it doesn’t end here, the art style of One Punch Man is something that you could not dismiss. Directed by Shingo Natsume (Key animator of Gurren Lagann, Fullmetal Alchemist: Brotherhood) along with entire animation staff pays details to the animation. Every scene has a purpose and the chosen styles for the comedic and the fight scenes blend so well with the sound effects and the soundtracks. Even the intro and outro before the ads were given a proper treatment, which is rare to find nowadays. One Punch Man is not your typical superpowers anime, but an anime filled with excellent graphics and sound accompanied by funny scenes. It’s the entertainment value that makes One Punch Man a must watch anime in 2015. (Eri)
1. Shirobako
Shirobako menceritakan tentang proses produksi anime yang berpusat pada sebuah studio animasi fiktif bernama MusAni, konsep yang bisa dibilang cukup jarang ditemui dalam anime. Namun, yang membuat Shirobako berhasil bertengger dalam posisi pertama bukan hanya karena Shirobako menceritakan “bagaimana” anime itu dibuat, namun juga “siapa” yang membuatnya, dan “seberapa berat” perjuangan mereka. Bagaimana sebuah anime diproduksi dari awal hingga akhir, tidak dijelaskan melalui eksposisi panjang lebar yang membosankan, melainkan mengalir satu per satu secara natural seiring dengan kemunculan dan resolusi tiap-tiap konflik di dalam Shirobako. Sehingga, proses produksi anime menjadi sebuah medium atau landasan untuk menyuguhkan drama yang timbul dari perjuangan tiap karakternya, relasi antar karakter, serta dari konflik internal tiap karakternya.
Karakter-karakter Shirobako memiliki chemistry dan dinamika yang pas serta menarik, dengan beberapa di antaranya didesain dengan gaya yang cukup serius, seperti Ema dan Yano, sedangkan yang lainnya didesain dengan gaya yang komikal, seperti sutradara Kinoshita dan Taro. Hal tersebut yang kemudian menciptakan kombinasi antara humor serta nuansa dramatis yang tepat di momen yang tepat. Selain itu, dengan menggunakan proses produksi anime sebagai medium untuk merepresentasikan dunia kerja, Shirobako berhasil membuat tiap-tiap karakternya terasa begitu relatable, melalui usaha, perjuangan, masalah, dan kekhawatiran mereka yang terasa nyata dan bisa saja terjadi kepada semua orang yang terjun ke dalam dunia kerja. Hal-hal tersebut dieksekusi dengan begitu baik melalui directing dan melalui animasinya, yang walaupun terkadang terlihat medioker, tetapi berhasil memunculkan nuansa dan impact yang tepat saat dibutuhkan. Sang sutradara berhasil memadukan semua elemen tersebut untuk mempresentasikan tema dari Shirobako dengan begitu apik, bahwa “bekerja adalah perjuangan yang berat, namun kerja keras pasti akan membuahkan hasil”. Shirobako adalah sebuah anime dari orang-orang yang mencintai anime untuk orang-orang yang mencintai anime. (Yoza)
A humanly story about human is the biggest praise I can give to this show. Behind their premise as anime which tell about what happened behind the curtain of Japanese animation industry, It also tell some tales about people who struggle in their work, try to make their dreams come true with all hindrance they face.
The story is simple, a workplace drama that probably happen in our everyday live, but this show know how to use that mundane live become one of the most powerful story in their viewer’s mind. This show manage to tell the struggle of human that work in the industry they love, race against time to create the best work with all their might. This show also give insight to their character’s personal problem, like family, idealism, or dreams, slowly stealing their viewer’s heart in the process. the end, it is really hard to not symphatizing with the characters in this series (except Funny Story Guy maybe), not only because they are work in industry that we cared so much about, but also because it easy to relate to their character and their struggle. With that reason, I think it’s fair if KAORI staff choose this show to become the best anime in 2015. So simple, yet so humble and so human. Make it one of the most memorable anime aired this year that successfully touch the heart of its viewers. (Dany)
KAORI Newsline & Indonesian Anime Times | Dirangkum dari penilaian para staf KAORI Newsline & Indonesian Anime Times
Saya nonton Shirobako baru paham secara keseluruhan (contohnya si A jadi bagian asisten produksi.. tugasnya ini.. terus si B,si C tugasnya ini..ini..ini..) setelah nonton seri nya untuk yg kedua kali xD